Ch. 17 : Tes Kedua

1.1K 139 15
                                    

Dua sosok itu tidak menyangka bahwa Ryuu akan terbangun. Tanpa basa-basi, mereka hendak langsung meringkus Ryuu. Ryuu tengah menimbang-nimbang antara berteriak memanggil penjaga dari klan Nakayama atau menghabisi dua orang ini langsung di tempat.

Namun, tanpa memberikan Ryuu waktu berpikir, mereka melancarkan serangan. Mereka sepakat untuk bekerja sama melawan Ryuu.

"Melawan anak kecil berumur sepuluh tahun berdua? Sungguh, aku merasa terhormat karena kalian memandang ku setinggi itu!"

Ryuu mulai menangkis tiap serangan dari kedua sosok itu. Dalam pikirannya, ia bertanya-tanya apakah dua penjaga yang ditempatkan di depan kamarnya telah dilumpuhkan.

Sementara, kedua sosok itu tampak kaget melihat Ryuu yang benar-benar bertahan melawan mereka berdua dengan mudah, bahkan tidak tampak kesulitan dalam ekspresinya. Namun, tak tampak bukan berarti tak ada, kenyataannya, Ryuu merasa lelah karena sejujurnya nyawanya pun belum terkumpul, ditambah lagi tubuh pendeknya menghalanginya untuk benar-benar mengeluarkan bakat bela dirinya.

Ketika Ryuu lengah, ia melihat salah satu dari kedua sosok itu hendak melempar pot bunga pada Reiji yang entah bagaimana masih terlelap di keributan itu.

"Reiji!" seru Ryuu sembari berusaha menghalangi pot bunga itu mengenai bocah pirang yang masih terlelap.

Reiji yang tiba-tiba terbangun mendengar suara teriakan Ryuu kaget ketika melihat kepala Ryuu yang berdarah akibat terkena pecahan pot bunga. Dua sosok yang menyadari bahwa rencana mereka telah gagal memutuskan untuk melarikan diri.

Ryuu yang setengah sadar menatap kepergian dua orang itu dengan lega. Setidaknya, mereka aman untuk saat ini.

"Ryuu! Ryuu!"

Reiji dengan panik menepuk-nepuk wajah Ryuu. Ryuu hanya tersenyum tipis dan bergumam, "biarkan aku tidur,"

Tanpa basa-basi, Reiji membaringkan Ryuu di atas ranjang dan berlari keluar kamar. Di luar kamar, ia melihat dua pengawalnya tidak sadarkan diri. Ia berlari menuju kamar Ayahnya yang berada di lantai empat.

"Ayah! Ayah!" serunya sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar dengan kasar.

Oga segera membuka pintu dan hendak bertanya apa yang terjadi, namun Reiji tidak membiarkan sedetikpun habis dan menyeret Ayahnya sebelum menceritakan semua yang ia tahu—walau hanya sebatas ia yang terbangun karena seruan Ryuu, melihat dua sosok misterius keluar melalui jendela, dan melihat kepala Ryuu yang berdarah karena terkena pecahan pot.

"Ayah, Ryuu baik-baik saja 'kan?"

"Setidaknya, sekarang Ryuu baik-baik saja. Kita tunggu fajar tiba dan dokter datang, ya?" ujar Oga sembari mengusap kepala anaknya.

Reiji yang merupakan anak kecil normal, langsung menangis. "Ayah... Aku berjanji pada Ryuu akan melindunginya, tapi mengapa selalu aku yang dilindungi oleh Ryuu?"

Oga tersenyum, "karena Ryuu memiliki kekuatan yang lebih kuat, sehingga dia harus melindungi teman yang lebih lemah darinya. Kalau Reiji ingin melindungi Ryuu, maka Reiji harus lebih kuat daripada Ryuu. Paham?"

Reiji mengangguk paham kemudian bertanya, "apakah Ryuu tetap bisa mengikuti ujian kedua, Ayah?"

"Tentu, Ryuu anak yang kuat."

Menit demi menit berubah menjadi jam, telah dilalui. Dokter telah berkata bahwa tidak ada yang buruk terjadi pada Ryuu. Dia bisa mengatakan bahwa Ryuu berada di kondisi puncaknya, dan bisa mengikuti tes secara normal.

Reiji, yang biasanya hanya bermalas-malasan, tiba-tiba meminta Ayahnya mengajarinya beberapa gerakan berpedang yang akan diujikan di tes kedua yang merupakan tes kemampuan berpedang.

Re : Overlord [Slow Update]Where stories live. Discover now