fools : 02

2K 297 52
                                    

Memastikan Rendi selalu pulang ke rumah dengan selamat adalah prioritas Jeaden sejak dulu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Memastikan Rendi selalu pulang ke rumah dengan selamat adalah prioritas Jeaden sejak dulu.


Dilihatnya dirgantara yang semakin menggelap, Jeaden mengemudikan motornya menuju rumah. Sebenarnya letak rumahnya bersebelahan dengan rumah Rendi. Lalu di sebelah rumahnya ada rumah Nadhif.

Faktanya, mereka bertiga adalah tetangga dan mereka lahir di tahun yang sama. Ini bukan rencana yang disengaja oleh kedua orangtua mereka bertiga, melainkan rencana dari takdir yang telah digariskan. Mereka bertiga selalu berkaitan satu sama lain.

"Baru balik, Je?"

Mendengar pertanyaan itu dan suara motor lain berhenti di sampingnya, Jeaden ikut menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah, "Iya, Na. Lu juga baru balik? Gue tadi lewat depan ruang anak OSIS perasaan udah ga ada orang."

"Iya. Anak-anak ngajakin rapat di luar."

Jeaden ber-oh seraya mengangguk paham, "Ngomong-ngomong besok sore anak gang sebelah ngajakin main bola di pantai."

"Maaf Je, gue ga bisa ikut," Nadhif menekuk wajah lelahnya dan menghela napas. "Masih banyak kerjaan yang harus gue urusin. Bentar lagi kan SMA kita ulang tahun, mau ngadain festival besar-besaran."

"Sabar ya jadi budak organisasi hari Minggu pun tetep kerja rodi," Jeaden mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk pelan bahu Nadhif.

Mendapat perlakuan seperti itu Nadhif hanya mendengus kesal, "Rendi besok ikut?"

"Ikut dia mah."

"Kita udah lama ga main bareng ya, udah punya kesibukan masing-masing. Lu sama Rendi sibuk di basket, gue sibuk di OSIS."

Jeaden berdeham lirih, "Makin dewasa kita, makin berkurang waktu kita buat main-main."

"Bener."

Dan sesi nostalgia di penghujung hari pun dimulai. Mereka rasa waktu berjalan begitu cepat. Seperti baru kemarin mereka selalu menghabiskan waktu bersama dengan bermain petak umpet, bermain kelereng, bermain layang-layang di lapangan, bahkan membangun rumah pohon untuk mereka main rumah-rumahan.

Mereka rindu masa dimana menangis hanya karena jatuh dari sepeda, bukan karena jatuh dari masalah hidup yang tanggungjawabnya kian besar. Mereka telah didewasakan oleh masalah yang tak hentinya datang. Jeaden dan Nadhif terlarut dalam perbincangan hingga salah satu dari mereka pamit mengundurkan diri.

Selesai mandi, Jeaden merebahkan diri di ranjangnya. Merasa teringat seseorang, dia lantas duduk dan membuka tirai jendela kamarnya. Dari sana dia memerhatikan rumah Rendi. Lampu dalam ruangan yang dia yakini adalah kamar Rendi masih terlihat menyala. Pemuda itu belum tidur rupanya.

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora