fools : 06

1K 210 11
                                    

Menangis bukan berarti bahwa seseorang itu lemah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menangis bukan berarti bahwa seseorang itu lemah. Jika seseorang menangis itu artinya dia telah lama berjuang menjadi kuat. Jangan merasa lemah hanya karena menangis, tanpa emosi itu manusia sama dengan robot. Ingat ketika seorang bayi terlahir ke dunia, tangis pertamanya selalu menjadi pertanda bahwa ia hidup.

Rendi mendengar suara isakan tangis itu berasal dari rumah pohon. Terletak di kebun belakang perumahan, tiga serangkai membangun rumah pohon yang digunakan sebagai tempat bermainㅡ dan bersembunyi sejenak dari masalah hidup yang datang menghampiri. Seperti yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber suara isakan tangis tersebut.

"Jeje?"

Rendi memberanikan diri memeriksa ke dalam rumah pohon. Lantas mendapati Jeaden terduduk seorang diri di sana, menghadap tembok kayu, dan menggelamkan wajah pada kedua lengannya menyembunyikan tangisnya. Mengangkat kepala kemudian memutar tubuhnya, Jeaden menatap sendu orang yang memanggil namanya.

"Renㅡ"

"Ternyata kamu di sini."

Jeaden tersenyum getir, "Kamu menemukanku lagi, bahkan disaat aku sedang bersembunyi."

"Kamu ga ada di pemakaman Mama kamu, jadi aku cari kemana-mana." Rendi mendekati sahabatnya dan duduk di hadapannya. "Kenapa kamu sembunyi? Kita ga lagi main petak umpet."

Jeaden menurunkan pandangan, menatap kosong pada lantai kayu berdebu, "Kata Papa laki-laki ga boleh nangis, ga boleh terlihat lemah di depan semua orang. Cuma di sini aku bisa nangis sepuasnya, ga ada orang yang melihat."

Tanpa bertanya lebih, Rendi menarik tubuh Jeaden ke dalam pelukannya, membenamkan wajah Jeaden di dadanya dan berkata, "Sekarang ga akan ada orang yang melihatmu, menangislah."

"Jika kamu bisa tertawa saat bahagia, maka kamu pun berhak menangis saat bersedih. Kamu manusia, maka bersikaplah selayaknya manusia. Jangan pura-pura kuat, jangan pura-pura baik-baik saja lagi. Kasian hatimu."

Seolah hujan turun di musim kemarau, tangis Jeaden berderai bersama nestapa yang datang membuai. Semakin dalam dia menenggelamkan wajah pada dada sang sahabat, semakin kencang tangis yang keluar, terdengar pilu nan menyakitkan. Biarkan air mata itu mengalir, membasahi jiwanya dan menyembuhkan lukanya.
















Jeaden tak menyangka keadaan yang sama terjadi lagi tujuh tahun setelah itu. Tapi posisinya berbeda, kini dia yang menemukan Rendi bersembunyi di rumah pohon, "Udah gue tebak lu pasti ada di sini."

Rendi tersentak, dia mengusap air matanya dengan lengan lalu memutar tubuhnya, "Je? Apa orang-orang nyariin gue?"

"Gue nyariin luㅡ" Jeaden berjalan mendekat dan duduk di hadapan pemuda itu. "Disaat orang-orang sibuk di pemakaman nyokap lu, gue ga liat lu ada di sana."

Rendi menghela napas, "Orang-orang tanya gimana nyokap gue bisa meninggal."

"Bahkan saudara-saudara gue tanya kronologinya gimana."

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Where stories live. Discover now