fools : 13

736 151 26
                                    

"Simpan saja penjelasanmu itu untuk orang lain!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Simpan saja penjelasanmu itu untuk orang lain!"

Amarah Jovian kian bergejolak setelah mendengarkan penjelasan dari Nadhif. Pemandangan tak senonoh yang pria itu lihat pagi tadi sudah membuat pikirannya tertutupi oleh prasangka buruk. Sehingga apapun usaha Nadhif untuk membuka pikiran kedua ayah sahabatnya itu agar memandang masalah ini dari berbagai sisi menjadi sulit diterima.

"Aku tetap pada pendirianku," Jovian melanjutkan, matanya menatap tajam sebagai tanda bahwa dia serius akan perkataannya.

"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Norma dan budaya lingkungan kita jelas menolak hubungan menyimpang seperti itu."

"Jo, anakku hanya menjelaskan agar kita bisa menanggapi masalah ini dengan bijak, ga menghakimi anak-anak kita dan merenggut hak asasi mereka sebagai manusia."

Agung menerangkan dengan tenang, dia berkata demikian sebab dia pun telah menganggap Jeaden dan Rendi seperti anaknya sendiri. Pria itu teringat perkataan seorang mantan wakil presiden ketika menghadiri acara Indonesia Summit di Hotel Shangrila, Jakarta pada tahun 2016 lalu. Bahwa dulu juga ada menteri di Indonesia yang memiliki orientasi seksual terhadap sesama jenis, dan masih menjadi menteri pada saat itu.

Bahkan masyarakat sudah mengetahuinya dan tak menganggapnya sebagai masalah besar waktu itu. Walau tidak disebutkan namanya, Agung menjelaskan menteri tersebut menyelesaikan tugas selama hidupnya dengan baik. Karena seorang menteri diukur dari kinerjanya, bukan dari orientasi seksualnya. Sedangkan Nadhif hanya diam menjadi pendengar, setelah digertak Jovian tadi dia tak berani memberikan lebih banyak pendapat.

"Prestasi seorang anak juga ga diukur dari orientasi seksual mereka Dim, Jo."

Agung menatap dua pria itu bergantian, lantas melanjutkan, "Dengan kita mengekang mereka bukannya mereka akan jadi terarah, justru mereka akan merasa tertekan."

"Ada juga orang-orang di luar sana yang memiliki banyak prestasi terlepas apapun orientasi seksual mereka."

"Ini bukan masalah aku ga bisa menerima orientasi seksual anakku, Gung," Dimas angkat bicara, berbeda dengan Jovian, kini dia lebih bisa mengendalikan emosinya.

"Tapi mengingat latar belakang keluargaku adalah keluarga terpandang, kakeknya Jeaden itu seorang ulama. Bagaimana nanti pandangan jamaah beliau kalau tau ternyata cucu seorang ulama adalah gay?"

Sulit. Terdengar suara helaan napas dari Agung dan Nadhif.

"Disamping itu aku juga memiliki alasan lain yang menguatkan keputusanku," kata Dimas diakhir penjelasannya.

"Aku mengerti maksudmu dan anakmu tadi untuk ga mengekang anakku," Jovian tiba-tiba membuka suara.

"Baiklah. Aku akan memberikan kembali hak yang seharusnya dia dapatkan. Aku beri dia kebebasan lagi tapi tetap dengan caraku sendiri."

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Where stories live. Discover now