fools : 11

1K 176 104
                                    

Kalau Jeaden boleh mengibaratkan, cinta itu seperti bisul; tiba-tiba muncul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau Jeaden boleh mengibaratkan, cinta itu seperti bisul; tiba-tiba muncul.

Orang Jawa mengatakan 'witing tresna jalaran saka kulina'. Hati itu memang tidak bisa dipaksakan. Tetapi, cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa.

Terbiasa tidur seranjang misalnya, karena sampai Jeaden menginjak jenjang SMP dia tidak berani tidur sendirian. Biasanya ditemani ibunya, atau terkadang ditemani Rendi jika orangtua pemuda itu mengijinkan menginap. Nadhif juga pernah tapi tidak sesering Rendi, sebab dia tipe orang yang susah tidur nyenyak jika bukan di kamar miliknya sendiri.

Ketika Jeaden berada di jenjang kelas 6 SD, ibunya meninggal. Sejak saat itu intensitas kegiatan Rendi menemani Jeaden tidur menjadi lebih sering, bahkan hampir setiap malam. Dari sana lah ladang renjana mulai tercipta di dalam hati mereka, hingga menumbuhkan kisah asmaraloka antara dua jejaka.

Setelah kepergian ibunya, Jeaden merasa Rendi mulai menggantikan sosok penting itu dalam hidupnya. Walaupun tidak sepenuhnya, sebab kasih ibu tetap takkan lekang oleh waktu. Karena meskipun raganya telah menjadi fana, hanya cintanya yang amerta.

Sebagian besar sifat yang melekat dalam diri Jeaden itu diturunkan oleh ayahnya. Yang paling dominan adalah sifat acuh tak acuh dan tidak mau diatur, suka dengan kebebasan. Pasca sang ibu tiada, Jeaden tidak peduli dengan pola makannya.

Jika bukan karena Rendi yang mengingatkan sampai rela memasakkan makananㅡ mungkin penyakit maag Jeaden akan lebih teruk lagi, ayahnya mana sempat mengurus karena sibuk dengan pekerjaan.

Jeaden juga maniak game. Menyebabkan banyak nilainya yang berwarna merah semasa sekolah. Begitulah akibat dari kurang belajar, tapi game selalu lancar. Diingatkan Rendi sampai mulutnya berbusa untuk tidak begadang main game pun seakan masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Alhasil kedua mata Jeaden jadi minus sejak dini.

Karena Jeaden tidak suka memakai kacamata, dia memilih untuk melakukan operasi lasik mata.

Sebenarnya masih ada banyak hal lagi yang Rendi lakukan untuk Jeaden. Dari hal sederhana sampai hal yang sangat berkesan. Seperti ketika Rendi merawat Jeaden saat sakit. Rendi rela begadang untuk menjaga pemuda itu. Rendi merawat Jeaden benar-benar seperti bayi.

Memang begitu kenyataannya. Orang lain mungkin banyak yang tertipu dengan tampilan sampul seorang Jeaden Fahrizal Al-Hakim. Garis rahang yang tegas memberikan aura pemimpin. Tatapan seriusnya yang terkesan mengintimidasi namun begitu manis saat tersenyum. Tubuh jangkung nan atlelis, idaman para kaum hawa.

Tapi kenyataannya, Jeaden tak lebih dari seorang bayi besar di hadapan Rendi.

Sangat manja.

Sampai pada saat mereka mulai menyadari bahwa perasaan yang mereka miliki tak seharusnya hadir. Adalah pertengkaran mereka ketika di jenjang SMP. Dua orang dengan dua isi kepala yang berbeda tentang hakikat norma dan budaya. Kata bersatu pun menjadi semu. Sejak saat itu mereka sepakat untuk menjaga jarak dan menciptakan sekat.

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Where stories live. Discover now