fools : 14

955 158 27
                                    

Alena turun dari taksi yang dia naiki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alena turun dari taksi yang dia naiki. Tersenyum sejenak ke arah toples kaca berisi 356 kertas warna-warni bertuliskan motivation quotes di dalamnya. Toples kaca yang dilingkari oleh pita berwarna merah itu dia peluk dengan erat. Langkahnya dia bawa memasuki cafe dimana Rendiㅡ kekasihnya, sudah menunggunya sejak beberapa menit lalu.

Senyum itu semakin lebar saat dia melihat orang terkasihnya itu duduk di salah satu meja dengan memandangi arah jendela. Langkahnya dia percepat untuk segera bertatap dengan Rendi. Dia meletakkan toples kaca itu di atas meja dengan penuh perasaan.

"Maaf Ren, jalanan macet tadi."

Rendi menoleh dan hanya mengangguk singkat. Raut wajah pemuda itu sudah berubah menurut Alena, berbeda dengan hari-hari ketika mereka belum menjalani hubungan jarak jauh. Namun gadis itu mengabaikannya karena tidak ingin merusak hari bahagianya bersama Rendi. Setelah sekian lama tak berjumpa dan akhirnya di sini lah mereka bertatap muka.

Ngomong-ngomong, ini adalah hari jadi ke-4 tahun mereka berpacaran. Sudah selama itu memang. Alena sengaja menyempatkan diri datang jauh-jauh dari Surabaya ke Yogyakarta hanya untuk merayakan hari spesial ini. Dari sebulan lalu dia menyiapkan 356 lembar kertas berisi daily motivation quotes yang dia tulis tangan sendiri sebagai hadiah hari jadi untuk Rendi, rencananya.

"Soal kemarin aku minta maaf udah bentak kamu di telpon," Alena mengawali percakapan.

Rendi berdeham, "Kita emang mau bahas itu kan?"

"Aku tau akhir-akhir ini kamu pasti mengalami hari yang berat," Alena menggeser dengan pelan toples kaca itu mendekat ke arah Rendi.

"Karena jarak aku jadi ga bisa kasih kamu semangat setiap harinya kayak dulu. Jadi aku bikin ini untuk kamu, kamu bisa ambil satu hari satu kertas motivation quotes dari dalam toples ini."

Stagnan. Rendi menatap toples di hadapannya dengan perasaan bersalah lalu beralih menatap kekasihnya, "Alena, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Tentu aja, aku kangen ketika kamu cerita tentang gimana hari-hari yang kamu lalui," Alena menyangga dagunya dengan kedua tangannya dan memfokuskan perhatiannya pada Rendi.

"Ayo cerita, aku udah siap jadi pendengarmu."

Rendi mengepalkan tangannya di bawah meja, hatinya sedikit nyeri melihat senyuman tulus gadis itu.

"Ayo kita putus," katanya lugas.



Degㅡ



Alena mengerjapkan mata pelan, dadanya terasa sesak dan bergemuruh kala mendengar ucapan Rendi barusan.

"Hahahaㅡ lucu banget, Ren. Lelucon yang bagus," Alena tertawa hambar dengan tangan yang bergemetar. Matanya perih seketika.

"Maaf, Alena," cicit Rendi lirih dengan kepala yang tertunduk, namun masih bisa ditangkap oleh indra pendengaran Alena.

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang