with you : 20

1.5K 177 31
                                    

I wanna sleep next to you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I wanna sleep next to you.
But that's all I wanna do right now.
So come over now and talk me down.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━







Seiring dengan penderitaan hidupnya yang tak kunjung berhenti, satu-satunya hal yang Jeaden inginkan adalah mati. Sejak kecil dia ditinggalkan wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Kemudian, dia ditinggalkan orang yang dicintainya di buana. Lalu, dia ditinggalkan pria yang telah merawat dan mendidiknya hingga dewasa. Dan sekarang, dia harus menghadapi dirinya sendiri yang putus asa.

Setelah muntah darah, Jeaden terbaring di atas lantai kamar dengan tubuhnya yang kian terasa lemah. Empat tahun sudah, dia bergelut dengan kanker lambung yang menggerogoti tubuhnya dan membuat hidupnya semakin tak berarah. Semenjak Rendi tiada, ulang tahunnya menjelma layaknya pisau bermata dua. Dia membenci hari itu tapi juga menyukainya. Benci sebab kenangan tentang hari itu yang menghantuinya, dan suka sebab dengan bertambah usianya itu sama artinya dia selangkah lebih dekat mendekap kematian.

"Aku ingin tidur di sampingmu, Ren. Aku ingin tidur di sampingmu," racaunya tiada henti.

Memejamkan mata, Jeaden berharap malaikat pencabut nyawa datang menjemputnya. Dia sengaja menolak obat, sengaja memberontak tak ingin makan, agar dia segera binasa. Namun, semesta seolah sedang menghukum dengan membiarkannya menikmati penderitaannya. Dia bagai ranting patah menghantam tanah, rapuh diterjang udara, lapuk termakan usia, dan kini telah mati rasa.
























Nadhif tertidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar di atas meja. Mimpi itu membuat pria tersebut terlihat tidak tenang dalam tidurnya. Kening yang berkeringat dan tangan yang menggenggam erat. Mahesa yang duduk di sebelah Nadhif segera membangunkan pria itu lantaran merasa khawatir. Ditepuknya pelan pipi Nadhif hingga pria itu terbangun.

"Naㅡ"

Nadhif menegakkan punggungnya kemudian mengusap wajah dengan kasar, "Maaf Kak, aku ketiduran."

"Kamu butuh istirahat, Na," Mahesa menghela napas menatap kantung mata Nadhif yang terlihat semakin menghitam. "Udah sebulan pola tidurmu berantakan karena project ini. Kamu jangan khawatir, aku akan selesaikan semuanya segera."

Nadhif menatap mata Mahesa yang juga mulai dihiasi lingkaran hitam samar-samar, "Aku mau memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, Kak."

"Sedikit lagi, Na. Sedikit lagi...," Mahesa mengusap lengan Nadhif dan tersenyum menenangkan. "Sedikit lagi tubuh Rendi sempurna. Kita hanya kurang suara dan ingatan dia, lalu setelah itu semuanya selesai, Rendi hidup lagi."

"Tentang itu, aku ada ide," Nadhif menaikkan kedua alisnya lantas menjelaskan isi pikirannya pada Mahesa.

Setelah mendengar penjelasan pria itu, Mahesa berkata, "Kamu ga pernah berubah, Na. Meski kehidupan telah berganti, kamu tetap orang yang memiliki ambisi besar."

BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang