.
Mereka berdua masih berdiri di tempat yang sama, di selimuti keheningan tanpa ada yang berniat membuka suara.
Splash!
Byurr...
Tiba-tiba saja ada motor yang melaju dengan kecepatan tinggi melewati mereka. Melindas genangan air yang lumayan besar membuat air itu terciprat
Syifa menutup matanya rapat rapat karena genangan air tadi tepat di depannya, ia sudah cukup pasrah untuk pulang dengan baju basah. Tapi sudah cukup lama menutup mata, tidak ada air yang terasa, malahan aroma yang tercium seperti... Minyak kayu putih? Aroma itu tercium di indra Syifa
Pelan-pelan Syifa membuka matanya ingin melihat apa yang ada di depannya
Saat Syifa membuka mata, sontak mata Syifa membulat kaget
Yang dia lihat adalah Doyoung yang berdiri di depannya memegang jaketnya untuk menutupi tubuh Syifa
Syifa tertegun menatap wajah Doyoung yang sangat dekat dengannya, lebih tepatnya tubuh Doyoung yang sangat dekat dengannya karena tinggi Syifa hanya sebatas dada Doyoung.
Syifa mendongak dan Doyoung menunduk, itulah yang membuat jarak wajah antara keduanya sangat dekat.
Entah kenapa jantungnya bekerja lebih cepat saat ini, bahkan hanya dekat dengan Doyoung seperti ini ia merasa aman.
Seketika Syifa tersadar. Buru-buru ia langsung berjalan cepat ke belakang Doyoung, dan bisa dia lihat baju bagian belakang Doyoung basah kuyup terkena air genangan yang kotor
"Pak! Ini gimana?! Baju bapak basah!" Syifa merasa bersalah, mana kemeja nya putih pasti susah di cuci, pikir Syifa
"Motor nya sudah jauh, tidak apa apa"
"Bapaknya yang kenapa napa" Ucap Syifa kesal. ia sangat khawatir pada Doyoung karena udaranya saat ini dingin dan baju Doyoung basah
"Aduh mana putih pak, ilang nya susah itu. Di muka bapak juga lagi! Huhu... Muka bening nya ternodai!" Racau Syifa sambil mencari tisu di tas nya panik
Doyoung yang mendengar dan melihat Syifa hanya tersenyum tipis, ia senang karena gadis di depannya ini mengkhawatirkan nya, walaupun bahasa nya aneh, tapi raut wajah Syifa sudah sangat jelas bahwa ia khawatir.
Setelah menemukan tisu di dalam tasnya, Syifa langsung mengelap pelan wajah Doyoung yang sedikit basah terkena air kotor. Syifa mengelap wajah Doyoung tentu saja tidak bersentuhan sama sekali, hanya tisu nya yang bersentuhan
Doyoung hanya diam menatap Syifa dalam, tidak menolak perlakuan Syifa
Saat ini Syifa tidak menyadari tatapan mata dari orang di depannya ini, ia terus mengelap wajah Doyoung.
Ia sangat khawatir, bahkan Syifa sendiri tidak mengerti, kenapa ia se khawatir ini? Kenapa ia sangat panik? Padahal itu hanya terkena genangan air, penyakit paling parah mungkin demam atau masuk angin, tidak mungkin sangat membahayakan, Syifa yakin Doyoung bisa mengatasi nya, tapi ia tetap sangat merasa bersalah dan khawatir
Syifa selesai mengelap wajah dan melihat kemeja Doyoung
"Aduh pak... Kenapa tadi jaketnya malah untuk nutupin saya? Harusnya nutupin kemeja bapak aja lah! Ish!" Ujar Syifa sebal sendiri dengan pemikiran gurunya ini
Doyoung yang melihat wajah Syifa yang sedang kesal menatap dirinya, hanya terkekeh pelan, menurut nya Syifa sangat menggemaskan
"Ih? Kok ketawa?! Ini baju kotor!"
"Eh pak... Coba deh nanti pas nyuci, pake pemutih yang namanya *****. Pemutih nya bagus pak! Gak bikin kain rusak! Pokoknya bagus deh! Noda kayak gini pasti ilang kok pak! Harganya juga gak mahal banget!nanti nyuci nya baju ini di pisahin ya pak, jangan bareng baju lain. Cobain ya!! " Usul Syifa malah jadi iklan pemutih di depan Doyoung
Sedangkan Doyoung hanya bisa menahan gemas saat melihat Syifa
"Iya Syifa nanti saya coba cari" Entah apa yang membuat Doyoung menurut pada Syifa
Syifa yang mendengar itu langsung menunjukan jari jempolnya dengan senyum lebar
Mereka tidak sadar ada yang memperhatikan interaksi mereka dari tadi, dengan senyum hangat
.
"Apa ayah kamu sudah datang?" Tanya Doyoung
"Bentar... Eh? Itu mobilnya! Ya udah saya duluan ya pak! Assalamu'alaikum! " Pamit Syifa tanpa menunggu jawaban salam dari Doyoung. Ia berlari ke mobil ayahnya
"Waalaikumussalam" Jawab Doyoung saat mobil ayah Syifa sudah tidak terlihat lagi
Doyoung pun berjalan ke mobilnya dengan senyum tipis yang terus mengembang. Ia bisa saja pulang dari tadi, ia tetap di sekolah untuk menunggu Syifa di jemput
Tapi itu memang tanggung jawab guru bukan? Menjaga anak muridnya di sekolah sampai pulang.
Dengan senyum tipis yang tidak luntur, pria bermarga Kim itu mengarahkan mobilnya ke salah satu mart untuk membeli pemutih yang Syifa rekomendasi kan.
***
Syifa dan Fatih sudah sampai di rumah
"Assalamu'alaikum! Mama! " Teriak Syifa saat masuk ke rumahnya
"Waalaikumussalam" Jawab Shinta
" Di omongin sekarang yah?" Tanya Shinta ragu
Fatih mengangguk mantap
Syifa yang tidak mengerti memutuskan untuk pergi ke kamarnya
Baru lima langkah, Fatih memanggilnya
"Syifa!"
"Ha? Kenapa yah? " Tanya Syifa membalikan badannya
"Sini nak! Ayah sama mama pengen ngomong sama kamu"
Syifa yang bingung langsung berjalan menuju sofa tempat ayah dan mamanya duduk
Syifa bisa melihat tatapan serius dadi ayahnya dan tatapan khawatir dari mamanya, Syifa tidak mengerti ada apa ini? Jangan bilang akan ada drama di kehidupan nya? Pikir Syifa mulai takut
"Syifa... Ayah ingin bicara. Ayah berencana menjodohkan kamu dengan anak teman kerja ayah " Jelas Fatih tanpa nada ragu
"HA?!" Pekik Syifa reflek
"Wait wait...WHAT?! BENERAN DRAMA INI MAH!! Jangan-jangan ini karma gara gara sering baca wattpad kurang baca quran ya? " -Batin Syifa
"Kamu boleh nolak, itu terserah pada kamu sendiri, ini kehidupan kamu, ayah sama mama gak berhak ngatur kehidupan kamu, kamu yang ngejalanin jadi terserah pada kamu sendiri. Tapi minimal ikut kami dulu ya? Tiga hari lagi kita ke restoran ayah, untuk ketemu temen ayah kamu dan anaknya, disitu kamu bisa jawab... Ok? " Jelas Shinta halus, ia takut anaknya akan memberontak seperti di drama drama jika di jodohkan. Lagi-lagi dari drama...
Untuk informasi, Fatih memang memiliki restoran yang sudah memiliki banyak cabang di Indonesia.
Tunggu Syifa masih loading...
"J-jadi gimana? " Tanya Syifa yang masih tidak mengerti
Shinta akhirnya menjelaskan ulang untuk anaknya.
Syifa belum menjawab apapun, Syifa sibuk dengan pemikiran nya
"Wah wah wah... Parah ini mah. Kayaknya hidup gw beneran drama! Tapi seru sih... Siapa ya kira kira? di wp biasanya di jodohin sama ketos... Raka? Ah ga mungkin, dia aja ga punya orang tua... Kapten basket... Dadang? Ah bukanlah yaw... Kalo dipikir-pikir kayaknya kalo di wp kapten basket itu namanya langit, angkasa, galaksi... Berkelas gitu nama nya, sekolah ku memang beda. Jadi Siapa ya? Nathan? Wah udah itu mah gw ga punya temen! Tambah drama lagi. Musuhan ama temen, lagian Nathan juga bukan muslim. Udahlah ya... Liat dulu nanti siapa." -Batin Syifa memulai per-halu-an.
"Apa kalo Syifa nerima perjodohan nya, mama sama ayah bakal seneng?" Tanya Syifa pelan
Shinta dan Fatih tidak menjawab. Jujur saja, jika Syifa menerima perjodohan nya, mereka akan sangat senang, karena lelaki yang akan di jodohkan dengan Syifa adalah memantu impian mereka. Tapi Shinta dan Fatih juga tidak bisa egois, ini kehidupan Syifa
Syifa yang melihat mama dan ayahnya hanya diam tersenyum tipis. Ia mengerti, ayah dan mamanya pasti sangat menginginkan ia untuk menerima perjodohan.
~~~ To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/258608756-288-k497093.jpg)
YOU ARE READING
Teacher
Fanfiction"Bapak kapan nikah si pak? Bapak kek punya banyak beban idup ya? Cari istri pak... Biar bisa ngeringanin beban bapak gitu minimal" "Sudah ada" "Hah? Udah ada calonnya pak? Nikahin lah pak, kapan nikah pak? " "Tunggu kamu lulus"