13.

6.2K 516 1
                                    

.

"Syifa boleh nolak kok, gapapa. Tapi Syifa ikut dulu ke resto hari Kamis" Ucap Shinta menyingkirkan egonya

"Iya nanti Syifa ikut" Jawab Syifa berusaha tersenyum tulus

Shinta langsung memeluk anaknya, dia bisa melihat itu adalah senyum paksa

***

Di sisi lain, terlihat pria yang terduduk di ranjang nya menatap kosong ke depan

"Kamu harus menerima perjodohan ini!" Tekan pria paruh baya

"Dia anak baik, cantik, pinter agama. Tolong kamu pikirin yang terbaiknya gimana ya" Ucap seorang wanita paruh baya lembut sambil membelai rambut anaknya.

Ia mengacak rambutnya kasar.

***

Selama 3 hari terakhir Syifa bingung dengan sifat Doyoung yang tidak memanggilnya lagi ke ruang guru. Padahal baru tiga hari, tapi Syifa sudah rindu dengan gurunya yang selalu menyuruh-nyuruhnya. Ia sudah bercerita kepada kedua sahabat nya, reaksi kedua temannya juga sama bingung. Kenapa Doyoung tidak memanggil Syifa lagi? Sebelum nya kedua nya sudah menutup 'penyelidikan' tentang Doyoung, dan mereka menyimpulkan dengan yakin kalau wali kelas mereka menyukai Syifa, mereka sangat yakin dengan hal itu.

Syifa merasa bahwa ada rasa kurang jika tidak di panggil ke ruang guru dan saat itu juga setelah mendapat pencerahan dari kedua sahabat nya, Syifa sadar... Ia telah jatuh cinta dengan gurunya sendiri.

Memang benar... Harus kehilangan dulu baru sadar.

"Akh! Kalaupun udah sadar tapi Doyoung nya ngejauh, ya sama saja." Batin Syifa

Selama tiga hari itu juga, Syifa menjadi sering melamun, ia memikirkan tentang perjodohan nya, apa yang harus ia pilih? Terima atau menolak? Pertanyaan itu yang terus memenuhi pikiran Syifa, ia tidak mau membuat orang tua nya kecewa.

Syifa sudah memutuskan, ia tidak boleh egois, Syifa akan menerimanya!

"Nak! Syifa kamu udah siap?" Teriak Shinta dari lantai bawah membuat lamunan syifa buyar

"I-iya ma! Syifa ini mau turun! " balas Syifa berjalan menuruni tangga

"Cantiknya anak mama" puji shinta saat melihat anak perempuan satu-satunya berjalan menuruni tangga.

Sebenarnya baju Syifa simpel saja, ia memang biasanya memakai style ini jika pergi ke mall bersama teman nya, kemeja santai berwarna coklat pastel dengan rok coklat panjang dan jilbab pashmina. Syifa benar-benar tidak tau harus memakai apa lagi karena memang ia tidak punya gamis, isi lemarinya memang hanya ada baju dan rok

Syifa takut nantinya akan di bilang tidak sopan karena memakai pakaian seperti ini ke acara yang bisa dibilang resmi walau hanya dua keluarga tapi tetap saja, ini pertemuan ayah dengan rekan kerjanya.

"Menurut mama Syifa sopan gak sih pake ini ke sana? Syifa takut di cap ga sopan" Tanta Syifa menghampiri Shinta

"Enggak kok. Syifa cantik" Jawab Shinta tersenyum pada anaknya

"Syifa kan emang selalu cantik, Syifa tau... Udah deh ga usah di bilangin lagi" Balas Syifa percaya diri

"Terserah kamu aja deh" Shinta menatap malas anaknya

"Yuk jal- MashaAllah anak ayah cantik banget!" Ujar ayah Fatih takjub melihat anaknya yang sangat cantik walau hanya menggunakan baju sederhana bahkan Syifa tidak memakai make up apapun, hanya pelembab bibir

"Mama gak cantik yah?" Tanya Shinta kesal karena yang di puji hanya anaknya

"Mama cantik juga kok. Kalo mama gak cantik Syifa ga mungkin secantik ini! Dari pabrik nya juga udah cantik!"

"Ya udah yuk! "

Saat di jalan Syifa masih sibuk dengan hati dan otaknya yang terus bertentangan

"Dia udah nerima yah? " Tanya Syifa pelan

"Udah" Jawab Fatih cepat

"Dia emang udah tau Syifa yah? Kok dia gampang banget nerima nya?" Tanya Syifa bingung

Fatih tak menjawab, ia hanya tersenyum simpul menatap anak gadisnya dari kaca spion.

~~~ To Be Continue

TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang