Sadewa (Chapter 88)

12 4 0
                                    

Suryani tengah menutupi mulutnya dan menguap karena malam telah datang. Namun, ia tidak bisa meninggalkan Amor yang tengah dikompres air dingin akibat demam tinggi semenjak kejadian di malam itu.

Amor tengah tertidur pulas. Dewa pun mencoba diam-diam melihat keadaan gadis itu ke kamarnya. Tentu saja, Suryani menyadari kedatangan pria itu. Beliau pun menghampiri Dewa.

"Gimana keadaannya Amor, Bu?" tanya Dewa.

"Belum ada kemajuan, Le," sahut wanita paruh baya itu. "Tapi untungnya sekarang, Mbak Amor udah mau kalau disuruh makan. Dia juga barusan tidur,"

"Ya udah, kalau gitu, biar saya aja yang sekarang jagain Amor," sahut Dewa sembari tersenyum tipis.

"Tapi, Mas Dewa kan juga belum tidur dari kemarin malam. Nanti kalau Mas Dewa sakit juga gimana?" tanya beliau.

"Saya nggak apa-apa kok, Bu," sahut pemuda itu. "Ibu istirahat aja dulu,"

"Nanti kalau saya perlu apa-apa, saya pasti bangunin ibu kok," ujar Dewa. Suryani pun setuju dan pergi menuju ke kamarnya.

Dewa terdiam di kamar Amor. Kedua tangannya tidak pernah melepaskan tangan gadis itu. Ia memeriksa suhu tubuh Amor, dan suhunya sangat tinggi, tidak seperti suhu tubuh orang sakit pada umumnya.

Dewa juga merasakan aura di ruangan kamar Amor negatif. Ia merasakan sesuatu yang jahat tengah berada di sekitarnya.

"Mungkinkah ini sihir?" pikirnya.

Pemuda itu mencoba mencari kitab suci di sekitarnya agar ia bisa menetralkan suasana. Namun, ia tidak dapat menemukannya.

Pria itu pun terpaksa membongkar tas Amor untuk mencari kitab suci Al-qur'an. Ia yakin bahwa gadis itu tidak pernah meninggalkannya.

Setelah mencari beberapa saat, Dewa pun menemukannya. Ia lantas membacanya perlahan-lahan.

Setelah membacanya sekitar satu jam, Dewa merasakan aura jahat itu sedikit-sedikit mulai menghilang. Ia pun menutup kitabnya serta mengembalikannya dan keluar dari ruangan itu.

Dewa berusaha untuk membangunkan Suryani pelan-pelan. Tak lama kemudian, beliau pun bangun.

"Ada apa, Mas?" tanya Suryani yang terlihat masih sangat mengantuk.

"Maaf, saya ganggu ibu tidur," sahut Dewa. "Tapi, apa ibu bisa rebusin Daun Kelor buat Amor?"

Suryani pun berpikir sejenak.

"Tapi, saya nggak punya sayur kelor, Mas," sahut Suryani. Wanita paruh baya itu pun pergi ke arah jam dinding di ruang TV. Rupanya, jam tengah menunjukkan waktu pukul dua dini hari. Beliau pun baru sadar dengan maksud permintaan Dewa.

"Jangan bilang kalau Mbak Amor lagi kena gangguan ghaib?!" tanya Suryani dengan wajahnya yang terlihat begitu terkejut.

"Itu yang saya mau kasih tahu, ada yang mencoba gangguin Amor dengan bikin dia sakit," sahut Dewa. Suryani benar-benar tidak menyangka.

"Padahal, Mbak Amor ini orangnya baik banget. Tapi kenapa dia malah ada yang ganggu?" tanya Suryani. Dewa tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu.

"Tapi, pasar jam segini udah buka, Mas," lanjut Suryani. Dewa pun langsung menyuruh Suryani pergi ke Pasar dan membeli Sayur kelor sebanyak-banyaknya ditemani oleh Benny.

Dewa lantas kembali ke kamar Amor. Rupanya, gadis itu masih tertidur dengan pulas. Namun, suhu tubuh Amor masih belum turun juga.

Dewa mulai merasa bahwa matanya terasa berat. Serta kepalanya mulai terasa pusing akibat belum tidur sama sekali. Dan juga energinya telah terkuras semenjak mayat kedua remaja itu ditemukan. Ia tidak bisa beristirahat sedikitpun. Sebab, ia ingin bisa terus menjaga kekasihnya. Terutama di saat-saat seperti ini.

Kisah SadewaWhere stories live. Discover now