Sadewa (Chapter 57)

1.4K 91 0
                                    

"Nak, tolong kakek, Nak ..." ujar suara itu. Dewa terdiam sejenak, suara itu terdengar sangat dekat. Ia lantas menoleh ke belakang dengan perlahan-lahan.

Benar saja, kakek-kakek yang ia lihat di dalam ruang siaran itu kini berada di belakangnya.

"Nak, tolong kakek, Nak," ujar suara itu. Dewa mengembuskan napas panjangnya. Ia benar-benar ingin mengabaikan sosok itu. Namun, ia benar-benar tak bisa melakukannya. Sebab, Dewa benar-benar tak tega melihat kakek-kakek itu.

"Ada apa, Kek?" tanya Dewa. Kakek-kakek itu pun tersenyum sembari menatap laki-laki itu dengan sayu.

*****

Dewa yang saat ini tengah duduk di sebuah kafe terlihat begitu sibuk menulis sembari mengenakan masker. Entah apa yang dia tulis, sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangan Amor.

"Kamu nulis apa?" tanya Amor. Dewa sangat terkejut mendengar suara itu dan langsung meletakkan alat-alat tulisnya, dan menurunkan maskernya.

"Oh, nggak. Aku cuma iseng," sahut Dewa sekenanya sembari menunjukkan cengiran khasnya.

Selesai makan, Amor melihat Dewa yang sedaritadi hanya memain-mainkan sendok dan garpunya pada makanan-makanan itu tanpa memakannya sedikitpun.

"Kenapa?" tanya Amor. Dewa pun meletakkan sendok dan garpunya sembari mengembuskan napas panjang.

"Enggak, aku cuma bingung," sahut Dewa. "Apa anak indigo kayak aku ini bisa jadi penyanyi yang baik? Aku takut kalau kemampuanku itu bakalan ngerusak semuanya,"

Pertanyaan Dewa benar-benar membuat Amor merasa bingung.

"Kenapa kamu bisa mikir gitu?" tanya Amor. Dewa pun menggelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa. Aku merasa ... nggak semua orang bisa menerima kemampuanku," gumam Dewa. Mendengar ucapan Dewa, Amor menggelengkan kepalanya.

"Enggak, kamu salah. Kalau orang itu sudah terpikat denganmu, maka dia akan menerimamu apa adanya," sahut Amor. "Menjadi indigo itu bukan kekurangan, Sayang. Tapi, anggap saja itu adalah keunikanmu,"

"Cobalah kamu melihat dirimu sendiri dari segi pandang penggemarmu. Maka, kau pasti akan mengerti," lanjut Amor sembari tersenyum. Mendengar ucapan Amor, Dewa jadi sedikit merasa lebih baik dari sebelumnya. Ia pun tersenyum sembari menggenggam kedua tangan Amor dengan erat.

"Makasih banyak, Sayang," ujar Dewa sembari menatap Amor. Kedua insan itu pun sama-sama tersenyum dengan raut wajah kemerahan.

*****

Pada siang hari di sebuah studio TV, suasana persiapan syuting begitu gaduh. Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing sembari bercakap-cakap satu sama lain. Tak lupa juga, studio itu juga sudah dipenuhi oleh para penggemar Dewa yang berdatangan untuk mendukung Dewa.

Yahya, Mr. Yo, dan juga Amor yang sudah datang lebih dulu, terlihat sedang menunggu kedatangan Dewa dan Benny. Lalu tak lama kemudian, yang ditunggu pun akhirnya datang.

"Oh akhirnya, kau datang juga," gumam Yahya. "Masuklah ke ruang make up. Kau sudah ditunggu banyak orang,"

"Ayah, aku masih punya waktu dua jam lagi kan?" tanya Dewa.

"Kenapa kamu tanya itu? Kamu mau ke mana?" tanya Yahya. Dewa pun mengembuskan napas panjang dan memberanikan diri untuk mengatakan ini.

"Aku ada urusan. Jadi, aku harus pergi," sahut Dewa. Yahya pun memandangi Dewa dengan tatapan kecewa.

"Kamu tahu kalau hari ini adalah hari yang sangat penting buat kamu?!" seru Yahya. Dewa menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Aku tahu, Yah. Sangat tahu. Karena, itu adalah cita-citaku dari dulu," sahut Dewa. "Tapi kalau aku menjadi penyanyi dan harus menyembunyikan jati diriku, maka lebih baik, aku mengundurkan diri dari bidang yang baru saja aku masuki itu,"

Semua orang benar-benar terkejut mendengar ucapan Dewa. Laki-laki itu pun melanjutkan kata-katanya.

"Aku pernah menyembunyikan kemampuan indigo yang kumiliki dalam waktu yang sangat lama. Tapi sepandai-pandainya aku bersembunyi, pada akhirnya semua itu terbongkar. Dan itu membuatku merasa sangat sakit hingga aku merasa takut dengan banyak hal," lanjut Dewa. Semua orang terdiam mendengar ucapan Dewa, termasuk para penggemar Dewa yang benar-benar terkejut mendengar ucapan laki-laki itu. Benny yang ada di samping Dewa pun menghampiri Yahya.

"Om, cobalah mengerti keadaan Dewa," gumam Benny. Amor pun menimpali ucapan Benny.

"Benar, Om. Menjadi anak indigo bukanlah keinginannya. Jadi, biarkan Dewa melakukan apa yang ia inginkan," ucap Amor. Beberapa orang penggemar di sana pun juga menyuarakan pendapatnya.

"Kami nggak keberatan dengan kemampuan indigo yang Dewa miliki," ujar salah seorang dari mereka.

"Itu benar! Karena kami benar-benar menyayangi Dewa dengan tulus!" seru yang lainnya. Dewa benar-benar terkejut mendengar ucapan orang-orang itu. Mungkinkah ini yang dimaksud oleh Amor? Benar, ia baru saja memahaminya. Dewa benar-benar merasa terharu hingga ia nyaris saja menangis.

"Ya sudah, kamu boleh pergi sekarang. Tapi, kamu harus benar-benar kembali dalam waktu dua jam lagi, kamu mengerti?" tanya Yahya, Dewa pun tersenyum sembari meneteskan air mata.

"Pasti," sahut Dewa sembari menghapus air matany. Sang ayah lantas memeluk putranya dengan erat.

"Ayah benar-benar minta maaf. Ayah sangat egois. Ayah takkan melarangmu lagi. Kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan, selama itu tidak mengecewakan semua orang yang selalu mendukungmu. Kamu mengerti?" tanya pria itu lagi. Dewa pun menganggukkan kepala.

"Aku ngerti, Yah," sahut Dewa. Laki-laki itu pun melepaskan pelukan sang ayah.

"Aku harus pergi sekarang," gumam Dewa. Laki-laki itu pun berlari sendirian meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang amat sangat bahagia ...

***** TBC *****

Kisah SadewaWhere stories live. Discover now