Sadewa (Chapter 32)

1.4K 101 0
                                    

Dewa berjalan pada malam hari di jalan yang sepi. Ia menggaruk-garuk kepalanya, ia bingung, kenapa ia bisa ada di sini?

"Oh, pasti gue lagi mimpi," gumamnya. Ia melihat-lihat di sekitarnya. Tampaknya, ia tak asing dengan jalan ini. Hanya saja, beberapa terlihat berbeda, tidak seperti biasanya. Apa mungkin dirinya tengah kembali ke masa lalu? Entahlah.

Dewa menghentikan langkah kakinya karena melihat seseorang yang tampaknya ia kenal. Orang itu adalah Rusdiana. Wanita itu terlihat meletakkan sesuatu. Dewa pun menghampiri wanita itu, dan sedikit terkejut dengan yang diletakkan oleh Rusdiana.

"Hah? Bayi?" gumamnya. Wanita itu pun berlari meninggalkan bayinya yang tengah tertidur lelap. Di dada bayi itu juga tertulis sebuah nama. Tapi, Dewa tak bisa membaca tulisan itu dengan jelas. Dewa menyadari bahwa ia tengah kembali pada masa wanita itu dibunuh.

Dewa melihat beberapa orang pria berlarian mengejar seseorang. Sudah bisa dipastikan, mereka pasti tengah mengejar Rusdiana. Dewa pun berlari dan mengejar mereka untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi pada wanita itu.

Beberapa saat kemudian, Dewa berhasil menemukan mereka. Para lelaki itu mengepung Rusdiana yang tampak kebingungan. Dewa tengah berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Jadi, kamu memilih untuk membayar hutangmu, atau menjadi istriku?" tanya salah seorang dari pria itu. Tampaknya, pria itu adalah rentenir yang dimaksud oleh Rusdiana.

"Maaf, Pak. S-saya ... saya masih tidak punya uang," sahut wanita cantik itu dengan sedikit ketakutan. Pria itu pun tersenyum sinis mendengar jawaban Rusdiana. Ia pun berkata kepada yang lainnya.

"Semuanya, kita harus apakan dia biar wanita  ini mau bayar hutangnya?" tanya pria itu kepada yang lain. Beberapa ada yang menjawab bercinta dengan wanita itu, dan ada juga yang menyarankan untuk membunuhnya. Dewa merasa sangat ngeri mendengar jawaban-jawaban dari orang-orang itu. Apa harus seperti itu cara menyelesaikan masalah ini? Sayang sekali, Dewa tak bisa menolong wanita  itu untuk memperbaiki nasib.

"Baiklah, kita akan perkosa dia ramai-ramai, setelah itu, kita baru bunuh dia," ucap pria itu. Rusdiana terlihat sangat ketakutan dan berusaha untuk melarikan diri, tapi ia tidak bisa pergi karena dirinya telah dikepung oleh pria-pria itu. Dewa sangat terkejut sekaligus bingung, kenapa ia harus melihat hal yang seperti ini?

Wanita itu diperkosa beramai-ramai, setelah itu, Rusdiana dibunuh dengan menggunakan pisau dan ditusuk berkali-kali. Dewa hanya bisa menyaksikan pemandangan mengerikan itu dengan seluruh tubuhnya yang bergetar. Para pria itu meninggalkan meninggalkan Rusdiana, sedangkan wanita itu masih hidup, tapi ia terlihat sudah tak berdaya. Hingga pada akhirnya, Rusdiana meninggal di tempat.

Dewa terbangun dari mimpinya. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya penuh dengan keringat. Ia meraih air putih yang ada di samping ranjang, dan meminumnya. Beberapa saat kemudian, ia sudah mulai merasa tenang.

"Kenapa gue harus mimpi arwah itu sih?" tanyanya kepada diri sendiri.

Dewa melihat ke sekelilingnya, rupanya Amor sudah tidak ada di ruangannya. Sepertinya gadis itu sudah pulang. Dewa pun melihat ke sebuah meja yang ada di sampingnya, di sana ada selembar catatan kecil yang sengaja ditinggalkan oleh Amor untuk Dewa.

Kamu tidurnya nyenyak banget, jadi nggak enak buat bangunin. Aku berangkat dulu, dan semoga kita bisa mengerjakan soal UN dengan benar.

FIGHTING!!!

Dewa tersenyum membaca pesan itu. Ya, setidaknya pesan itu bisa menghibur dirinya meskipun hanya sedikit.

*****

Dewa baru saja selesai mengerjakan soal UN dan menyerahkannya kepada pengawas yang berada di sampingnya. Ia merasa sama sekali tidak nyaman mengerjakan soal itu di rumah sakit. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa banyak bergerak karena seluruh tubuhnya terasa sakit akibat patah tulang di mana-mana. Terlebih lagi, mimpi itu juga masih mengganggunya hingga saat ini. Dewa merasa bersalah karena telah menolak permintaan arwah itu. Tapi, ia benar-benar tidak mau terlibat lagi dalam masalah pelik.

Amor pun datang dengan senyuman yang ceria, ia sangat senang melihat Dewa yang semakin hari menunjukkan sedikit kemajuan atas kondisinya. Tetapi, Dewa justru berdiri dan berjalan ke arah kursi roda dengan berpegangan pada ranjangnya.

"Eh, kamu mau kemana?" tanya Amor. Dewa akhirnya bisa meraih kursi roda itu dan duduk di sana.

"Aku mau cari seseorang yang harus kutemui sekarang," sahut Dewa dengan datar.

"Aku temani ya?" ajaknya. Namun, laki-laki itu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Nggak perlu, kamu tunggu di sini aja," sahut Dewa. Laki-laki itu pun langsung pergi meninggalkan gadis itu. Amor sangat penasaran, siapa orang yang dimaksud Dewa?

***** TBC *****

Kisah SadewaWhere stories live. Discover now