Sadewa (Chapter 26)

1.5K 101 0
                                    

Elen pergi meninggalkan Dewa dan juga Amor. Tetapi, Amor berusaha untuk mengejar gadis itu.

"Elen, tunggu!" seru Amor. Elen pun menghentikan langkahnya dengan raut wajah kesalnya.

"Kenapa?! Apa lagi yang ingin kamu katakan?! Apa kamu ingin berkata sesuatu yang lebih tidak masuk akal?!" Elen meluapkan semua kekesalannya kepada Amor. Ia merasa semakin marah ketika melihat Amor berdiri di hadapannya. Tetapi, Amor justru membalasnya dengan senyuman.

"Bukan begitu, ayo kita tenangkan diri di suatu tempat," ajak Amor sembari tersenyum. Elen pun mengerutkan alisnya. Tetapi pada akhirnya, ia menyetujui ajakan Amor

*****

Amor mengajak Elen pergi ke pantai. Ia tampak menikmati angin malam di pantai bersama dengan gadis itu. Amor menatap Elen sembari tersenyum, sedangkan Elen menatap lurus ke arah ombak.

"Kayaknya kamu udah mulai tenang ya," gumam Amor sembari menatap gadis itu. Elen pun mengembuskan napas panjang serta menganggukkan kepala.

"Yeah, lumayan ..." sahut Elen. Amor menatap Elen dengan sedikit rasa simpati terhadap gadis itu, ia merasa bahwa hidupnya lebih beruntung daripada Elen.

"Kamu tahu? Awal perkenalanku dengan Dewa itu aneh banget," ucap Amor. "Saat hari pertama aku jadi murid baru di sekolahnya, aku tak begitu memperhatikannya meskipun wajahnya sangat tampan,"

"Tapi saat aku pulang sekolah, tiba-tiba aku dikejar-kejar oleh orang yang berada dalam pengaruh obat, dan lebih ngerinya lagi, orang itu mirip zombie. Tapi, Dewa tiba-tiba datang dan menyelamatkanku. Ia melakukan itu seolah-olah dia udah tahu. Sejak saat itulah, aku merasa ada sesuatu yang membuatnya berbeda dengan orang lain," lanjut Amor. "Tapi saat kami baru saling mengenal, kami malah sering bertengkar,"

"Banyak hal kami lalui bersama. Dia memiliki kelebihan yang nggak dimiliki oleh orang lain, dia memiliki indera keenam yang bikin dia sering merasa nggak nyaman," lanjut Amor. Elen pun mendengarkan semua yang diceritakan oleh Amor. Meskipun ia masih merasa kesal dengan kejadian tadi, bukan berarti ia harus marah dengan gadis yang ada di sampingnya ini.

"Dewa mengatakan itu semua ke kamu, bukan untuk sesuatu yang buruk. Dia cuma ingin menolong ibu tirimu, dan juga keluargamu," lanjut Amor. Elen mengembuskan napas panjang, ia masih tak bisa memahami maksud dari semua itu.

"Tapi ... ini tuh nggak masuk akal banget! Gimana aku bisa percaya sama semua ucapannya?!" seru Elen.

"Dia nggak minta kamu buat percaya sama dia, tapi dia mau meminta izin sama kamu untuk menyelamatkan seluruh anggota keluargamu," sahut Amor sembari menatap lurus ke depan. "Dia nggak akan bisa tenang sebelum masalah ini selesai. Bahkan, dia rela kehilangan nyawa untuk menyelesaikan semuanya ..."

Air mata Amor tiba-tiba menetes begitu saja. Rasanya, ia tak rela jika laki-laki yang ia cintai itu meregang nyawa. Tapi, ia juga tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Elen menatap Amor dengan sendu, ia jadi tahu alasan Dewa memacari Amor.

"Oke, aku bakalan izinin kalian untuk melakukan yang kalian inginkan," ujar Elen. "Tapi dengan satu syarat, jangan sampai ibu tiriku mati. Aku ... aku nggak mau kehilangan ibuku untuk yang kedua kalinya,"

Amor menatap Elen sembari tersenyum dan menghapus air matanya. Sementara Elen terlihat sangat pasrah.

"Aku yakin, Dewa akan melakukan yang terbaik,"

*****

Dewa, Amor, dan juga Elen telah berkumpul di rumah Ki Agung untuk melakukan sebuah ritual pengusiran arwah dari jarak jauh. Mereka semua telah duduk bersila dengan membentuk lingkaran. Di depan mereka juga sudah tersedia berbagai perlengkapan untuk pengusiran arwah seperti sesajen, dupa, dan juga ayam putih yang masih hidup.

"Kalian semua tolong saling berpegangan tangan," ucap Ki Agung. "Jika arwah itu merasuki  tubuhku ataupun Dewa, kalian harus memotong ayam itu,"

Elen dan Amor pun menganggukkan kepalanya. Ki Agung pun melanjutkan ucapannya.

"Tolong, jangan ada yang mengacaukan ritual ini," lanjut beliau. Ki Agung pun memulai ritual, dan semua orang pun saling berpegangan tangan. Ki Agung dan Dewa memejamkan mata dan mulai mengucapkan do'a-do'a. Di sisi lain, Emi yang sedang tertidur merasakan kepanasan yang teramat sangat, ia berteriak sangat kencang, tubuhnya seperti dibakar. Mr. Choi yang tertidur di sebelahnya pun terbangun mendengar teriakan Emi.

"Yeobo, kamu kenapa?!" seru Mr. Choi, tetapi Emi hanya bisa berteriak kepanasan.

Sementara itu, Amor menatap Dewa yang sedaritadi memejamkan mata sembari melantunkan do'a-do'a. Laki-laki itu terlihat tenang, tapi nyatanya Dewa dan Ki Agung sedang berperang melawan roh yang tinggal sedikit lagi akan keluar dari tubuh Emi.

Sedangkan Elen tiba-tiba menangis, ia tak sanggup membayangkan ibunya tengah tersiksa akibat ulah Ki Agung dan Dewa. Gadis itu pun tiba-tiba berteriak dan menghancurkan semua yang ada di hadapannya itu.

"HENTIKAN! HENTIKAN SEMUA INI!" teriak Elen. Amor sangat terkejut melihat Elen. Ki Agung dan Dewa menghentikan ritual itu akibat terganggu oleh ulah Elen.

"Aku ... aku nggak bisa! Aku nggak mau! Tolong, jangan ganggu keluargaku!"

***** TBC *****

Kisah SadewaWhere stories live. Discover now