Sadewa (Chapter 92)

12 4 0
                                    

Di siang hari, Dewa dan Benny telah selesai membereskan semua barang-barang mereka yang berada di hotel. Sedangkan Amor dan yang lainnya tengah menunggu di luar hotel. Dua pria itu pun meninggalkan kamar dan check out dari hotel.

Ketika berada di luar hotel, Dewa menatap semua orang yang ada di sana satu-persatu dan berpamitan kepada mereka semua. Waktu dua minggu begitu berharga untuknya. Ia memiliki teman dan juga keluarga baru di kota Banyuwangi. Ia merasa berat meninggalkan kota ini.

Semua orang begitu sedih karena harus berpisah dengan Dewa dan Benny. Namun, mereka harus bisa melepaskan kepergian dua orang itu.

"Kalau ada waktu, kalian harus kembali ke sini lagi ya?" pinta Suryani yang berlinang air mata sembari menatap Dewa dan Benny. Dewa pun mengangguk.

"Mungkin suatu saat, saya akan merekomendasikan ke promotor saya untuk menjadikan kota Banyuwangi menjadi salah satu kota untuk konser saya," sahut Dewa sembari tersenyum. Sementara itu, Amor dan Benny terlihat saling berpelukan.

"Jangan lupa buat doain Mama, Ben," ucap Amor. Benny mengangguk dengan lemas. Ia seperti seseorang yang tengah kehilangan energi.

Kini giliran Dewa dan Amor yang saling berpelukan.

"Kalau udah sampai di Rumah Sakit, hubungi aku ya? Aku juga mau lihat keadaan Mamanya Benny," pinta Amor. Dewa pun mengangguk.

"Kamu juga, jaga diri baik-baik ya?" pinta Dewa sembari melepas pelukannya. Amor pun tersenyum dan mengangguk ...



*****



Di sore hari, Benny dan Dewa telah tiba di Rumah Sakit. Benny mencari-cari ruangan ibunya dengan begitu panik dan khawatir.

"Ben, tenangin diri lo!" pinta Dewa.

"Gue nggak bisa, Wa!" seru Benny sembari menghapus air matanya yang mengalir.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya, mereka melihat Rio dengan istrinya, Kakak Benny tengah duduk terdiam di depan ruang IGD. Sementara istrinya sedang berdiri.

"Gimana keadaan Mama, Kak?" tanya Benny. Rio pun menghela napas panjang.

"Mama terkena penyakit Hipoksia," sahut Rio yang terlihat mencoba menutupi kesedihannya.

"Apa itu?" tanya Benny.

"Itu adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan," sahut Dewa. "Akibatnya, kadar oksigen di jaringan akan turun. Hal itu diikuti dengan adanya berbagai keluhan dan gejala,"

"T-tapi kenapa bisa gitu?" tanya Benny. Ia jadi sangat bingung dengan semuanya.

"Mama lo pernah sakit apa?" tanya Dewa. Benny berpikir sejenak.

"Mama gue pernah Anemia, jauh sebelum ini," sahut Benny.

"Justru itu salah satu penyakit yang bisa menyebabkan Hipoksia," jawab Dewa.

Mereka bertiga pun saling diam di sana. Mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Mulai beberapa hari lalu, napas Mama terdengar sesak. Gue ngajak Mama buat pergi ke Rumah Sakit. Tapi, Mama nggak mau," gumam istri Rio yang bernama Ria. "Dan semalam, Mama tiba-tiba panas. Waktu ke kamar mandi, Mama jatuh,"

"Abis itu, Mama udah nggak bisa gerak lagi. Ngomong aja nggak bisa," lanjut wanita itu.

"Itu adalah beberapa gejala Hipoksia," jawab Dewa.

"Terus, kita ngapain di luar?" tanya Benny dengan panik.

"Gue nggak bisa masuk," jawab Rio. "Kalau gue atau yang lainnya ada di dalam, Mama kelihatan nggak suka meskipun nggak bisa ngomong,"

Kisah SadewaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz