1

15.5K 2.3K 461
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

20 April 2008 Amerika

Suara kicauan burung begitu terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah. Seorang anak laki-laki yang masih bergelung dengan selimut spiderman itu nampaknya tak terganggu sama sekali.

Justru malah semakin mempererat selimut yang membungkus tubuh mungilnya.

Tok tok tok

"Tuan muda Jay ..."

Hening. Ketukan dan panggilan itu sama sekali tak di gubris oleh si anak.

Tok tok tok

"Hari ini ulang tahun anda tuan muda. Saya sudah menyiapkan makanan kesukaan tuan muda."

Mata bulat itu perlahan terbuka. Menatap kosong dinding putih yang menyambut paginya.

"Ulang tahun ya?" gumamnya pelan.

Dengan perlahan, Jay terduduk di kasurnya. Suara ketukan tadi juga sudah hilang, seakan sudah mengetahui bahwa sang pemilik kamar telah terbangun.

Melirik sedikit ke arah meja nakas yang terletak di samping tempat tidurnya. Ada sebuah kue yang masih utuh dengan lilin angka 6 yang berada di atasnya.

Happy birthday to me happy birthday to me
Happy birthday happy birthday
Happy birthday to me

Ia teringat dengan hal yang ia lakukan sendirian tadi malam. Ketika semua orang sudah tertidur, dia merayakan hari lahirnya dengan sebuah perayaan sederhana untuk dirinya sendiri.

Jay sendirian lagi


~DERANA~


Jay menatap bungkusan dengan berbagai macam ukuran yang tersusun rapi di ruang tamu. Tak ada ekspresi senang atau apapun, Jay kecil melengang begitu saja sembari memakan sandwich yang dibuatkan nanny nya.

Jay tidak mambutuhkan itu

Ia duduk di luar rumahnya yang megah. Menatap ke depan sambil mengunyah makanan favoritnya.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah masuk ke pekarangan rumahnya. Mata bulat Jay menatap mobil itu dengan intens. Di otaknya berpikir keras tentang siapa gerangan yang memasuki rumahnya saat ini.

Lalu sesosok pria dewasa keluar dari pintu belakang mobil itu diikuti seorang anak laki-laki yang menggenggam erat tangan si pria tadi.

Jay kecil berdiri dari duduknya. Ketika dua laki-laki berbeda umur tadi sampai di depannya, ia memberi salam.

"Good morning." Disertai bungkukan kecil.

Si lelaki dewasa itu tampak senang dengan sambutan yang Jay lakukan padanya. Oh lihatlah, betapa sopan anak yang ada didepannya ini.

"Good morning Jay, apa nanny mu ada di dalam?"

Kepalanya ia anggukan sebagai jawaban dari pertanyaan si laki-laki dewasa.

Lalu laki-laki tadi mengusak rambut Jay lembut, kemudia masuk ke dalam rumah megah itu begitu saja, meninggalkan dua anak laki-laki yang hanya bisa terdiam.

"He's your dad?"

Nada yang Jay kecil keluarkan begitu datar bahkan tidak bisa dibedakan itu pertanyaan atau pernyataan.

Si anak laki-laki tadi mengangguk. Bisa Jay pastikan bahwa anak di depannya adalah orang asing.

Jay kecil memilih tak peduli, ia berbalik dan akan masuk ke dalam rumahnya. Namun ada tangan yang menahannya.

"M-mau berteman denganku?"

Lirikan tak bersahabat dilayangkan Jay untuk anak laki-laki tadi yang hanyak bisa menunduk karena ditatap seperti itu.

"Kau bukan orang penting yang bisa ku jadikan sebagai teman."

Jay menepis cekalan ditangannya lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"NAMAKU SHIM JAEYOON! PANGGIL SAJA JAKE. SEKARANG AKU TEMANMU JAY!"

Namun, Jay tidak peduli.


~DERANA~


Jay menatap koper-koper yang tersusun rapi di ruang tamu dengan tatapan kosong. Di tangannya ada satu tiket penerbangan dengan tujuan ke negara asalnya, Korea.

"Tuan muda ..."

"Apa nanny tidak mau ikut bersamaku?"

Wanita paruh baya itu menghela napas pelan. Ia berjongkok di samping Jay yang masih terduduk di sofa dengan tatapan kosongnya.

"Saya tidak bisa tuan muda ..."

Suara kekehan terdengar dari mulut Jay kecil. Bukan kekehan lucu, namun terdengar seperti kekehan miris seakan menertawakan diri sendiri.

"Sendirian lagi ya?"

Wanita tadi rasanya ingin menangis melihat anak tuannya yang ia rawat dari kecil ini. Dengan perlahan, tangan renta nya mengenggam jemari mungil milik Jay.

"Nak ..."

Nampak kedua binar milik Jay itu bergetar. Dengan air mata yang menumpuk menghalangi pandangannya.

Namun sekuat tenaga, Jay kecil menahannya.

"Terimakasih, nanny sudah mau merawat Jay selama ini. Menemani dan mengasuh Jay tanpa lelah. Nanti nanny jangan pergi dari rumah ini ya? Ajak saja cucu nanny kemari untuk bermain. Tapi jangan biarkan rumah ini kosong. Cukup Jay saja yang selalu sendiri, rumah ini jangan. Rumah ini adalah satu-satunya teman Jay, jangan biarkan teman Jay merasakan kesepian juga. Apa nanny berjanji?"

Wanita paruh baya itu menangis. Hatinya sakit melihat anak kecil yang begitu tulus ini.

Dengan perlahan, ia memeluk dan mengecup kening tuan muda yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Nanny berjanji Nak, nanny berharap kau akan menemukan bahagia mu di negara asalmu. Restu dan doa nanny selalu menyertaimu."

TBC

Shim Jaeyoon (JAKE)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shim Jaeyoon (JAKE)

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang