22

6.9K 1.6K 107
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

"ABANGGGG"

Jay sedikit terhuyung ke belakang ketika seseorang menubruknya dengan pelukan yang tiba-tiba.

"Dek, kok lo tambah tinggi sih? Perasaan baru gue tinggal sebentar."

Seseorang yang tak lain adalah Ni-ki itu kini malah tersenyum lebar memperlihatkan semua giginya. Di belakang bocah itu, ada Asahi dan seorang laki-laki dewasa yang penuh wibawa.

Jay merapihkan sedikit penampilannya lalu membungkuk sopan, diikuti Mario yang berdiri di belakangnya.

"Selamat datang, paman."

Laki-laki yang berstatus sebagai ayah kandung dari Asahi dan ayah sambung Ni-ki itu tersenyum menatap Jay yang sudah ia anggap keponakan sendiri.

Tuan Hamada memeluk Jay sejenak lalu berjabat tangan dengan Mario.

"Bagaimana kabar mu Jay?" Tanya Tuan Hamada berbasa-basi.

"Baik, paman."

Jay beralih memeluk Asahi sejenak, sementara Tuan Hamada kini mulai berbincang dengan Mario.

"Kak, Dokter Seokjin sama Sunoo udah dateng?" Tanya Jay pada Asahi.

"Tadi sih bareng sama kita, tapi sekarang ngga__ oh itu mereka!"

Seruan Asahi membuat yang lain menoleh dan mencari objek yang dimaksud. Tepatnya pada dua orang laki-laki berbeda umur yang kini berjalan mendekat.

"Selamat datang Dokter Seokjin." Sapa Jay sambil membungkuk sopan dan diikuti yang lain.

Dokter itu tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Jay pelan. Sang anak, Kim Sunoo juga berjabat tangan dengan yang lain.

"Langsung berdiskusi?" Tanya Tuan Hamada.

"Ayo, kita cari privat restaurant sekarang." Ajak Dokter Seokjin yang disetujui lainnya.

Lalu mereka berjalan menuju luar bandara dan menyewa sebuah taksi untuk Tuan Hamada dan Dokter Seokjin. Sementara anak-anak menaiki mobil Jay yang dikemudikan Mario. Kedua mobil itu berjalan menuju salah satu privat restaurant terdekat.

Mereka memesan beberapa makanan sebagai menu makan siang sambil mulai berdiskusi.

"Jay, semua review kesehatan mu sudah aku siapkan. Besok, aku dan Sunoo akan menemui kakek dan nenekmu."

Jay menganggukan kepalanya mengerti ketika Dokter Seokjin berbicara.

"Tapi, bagaimana jika ada yang curiga. Atau bahkan kakek dan nenek Jay mengira kalian adalah suruhan Jay semata?" Tanya Tuan Hamada.

"Jangan khawatir paman, aku bisa mengurus itu." Jawab Sunoo sambil tersenyum manis.

Mereka tertawa melihat tingkah Sunoo. Lalu Tuan hamada mengambil beberapa berkas kemudian ia menyerahkannya pada Jay.

"Itu berkas yang kau mau Jay. Dan juga aku sudah menyiapkan surat-surat kepemilikan yang hanya perlu di tanda tangani oleh kakekmu sebagai persetujuan pemindahtanganan aset-asetnya dari kedua orang tuamu."

Jay menerima berkas-berkas itu dan membacanya dengan teliti.

"Oh ya, salinan surat-surat kepemilikan juga sudah ku buat. Sebenarnya untuk apa itu?" Tanya Tuan Hamada.

Kini seluruh atensi terarah pada Jay yang malah tersenyum penuh arti.

"Plan B, paman."

Mereka saling berpandangan dengan tatapan tak mengerti, apalagi Mario yang sejak tadi pagi memikirkan apa maksud dari Plan B yang tuan mudanya maksud. Jay menatap Ni-ki yang juga menatapnya dengan sendu.

"Oh iya paman, aku meminta bantuan mu sekali lagi." Ujar Jay pada Tuan Hamada.

"Katakanlah."

Masih dengan senyumannya Jay meminta sesuatu yang membuat Mario dan Sunoo langsung menatapnya dengan tatapan berbeda.

"Aku ingin merekomendasikan Yang Jungwon untuk mendapat beasiswa di universitas milikmu"


~DERANA~


Jay berjalan sendirian di tengah dinginnya malam. Setelah perbincangan serius dengan para sekutunya, Jay meminta Mario untuk pulang terlebih dahulu, sementara ia ingin menghabiskan waktunya sendirian.

Walau dengan sedikit perdebatan, akhirnya Mario setuju. Ia pulang ke apartementnya dengan menaiki taksi dan meninggalkan tuan mudanya.

Mobil mewahnya ia parkirkan agak jauh dari posisinya sekarang yang sedang berdiri di pinggiran pantai.

Suasana yang sepi membuat Jay bisa menenangkan pikirannya sejenak.

Ketika sedang asik menelusuri pantai, mata Jay memincing melihat sesuatu yang tak jauh darinya.

"Jake?"

Jay langsung berlari melihat seseorang yang ia yakini adalah Jake dengan panik. Masalahnya, anak satu-satunya Shim Edison itu malah berjalan ke tengah laut sendirian.

Dengan sedikit paksaan, Jay berhasil menarik Jake ke pantai. Ternyata remaja seumurannya itu tengah mabuk.

"Gue ngga tau kalau lo sebodoh ini Jake. Lo pikir keren mabuk di laut kaya gitu? Dan bukannya lo belum legal?!"

Namun Jake sama sekali tak menggubris dan malah mengambil ancang-ancang untuk kembali ke arah lautan. Jay langsung dengan sigap menarik Jake kembali.

"LEPASIN GUE BRENGSEK! SIAPA SIH LO?!"

Jay menghela napasnya melihat Jake yang sedang berteriak dengan kondisi tak sadar. Jake benar-benar mabuk sekarang.

Jake memincing melihat Jay dengan tubuh yang sempoyongan, lalu tiba-tiba remaja itu bersujud memeluk kaki Jay dan mulai menangis.

"Jay, gue mohon jangan ambil mama. Gue butuh dia, please."

Tangisan itu membuat Jay benar-benar tak tega. Ia seakan melihat dirinya dulu yang menangis meminta agar kedua orang tuanya tetap bersama.
Lalu Jay berjongkok dan memegang bahu Jake agar tidak ambruk.

"But, she's my mom, Jake. Mama kandung gue. Sebenci apapun gue sama dia, dia tetap mama gue."

"Jay, gue mohon. Gue tau lo ngga sejahat yang papa bilang, gue tau lo orang baik. Jay, jangan ambil mama ya, please."

Jay tertegun mendengarnya. Jadi ini alasan Jake tak suka padanya. Karena bualan Edison yang mengatakan kalau Jay akan mengambil kembali Liliana.

Helaan napas keluar dari belah bibir Jay. Kemudian remaja itu memeluk Jake dan menepuk-nepuk bahu saudara tirinya yang lain itu.

"Hm, gue ngga akan temuin mama lagi. Karena mama gue, sekarang udah jadi mama lo. Gue janji, Jake."

Biarlah, kali ini Jay kembali berkorban. Walau ia membenci sosok Liliana, Jay tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia begitu merindukan sang mama.

TBC

Nanti sahur aku up satu part lagi

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now