17

7.4K 1.7K 377
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Pagi-pagi buta Jay telah siap dengan setelan casualnya. Jantungnya berdebar sangat kencang dan perasaannya tak menentu dari semalam, tepatnya ketika Jungwon tiba-tiba menghubunginya dan meminta untuk bertemu.

Dan ini berkaitan dengan Heeseung.

Awalnya Jay ingin melewatkan sarapan, namun ketika melewati dapur, Jay melihat ibu Sunghoon yang sedikit berkeringat dengan memakai celemek yang membuatnya sedikit tak tega.

Ingat, hanya sedikit.

Akhirnya, dengan setengah hati Jay mampir ke ruang makan untuk menyantap sarapan sederhana yang telah disiapkan Jiyeon.

Jujur saja, Jay benar-benar tersentuh ketika Jiyeon dengan telaten mengambilkannya selembar roti yang kemudian dioleskan dengan selai coklat untuknya. Seumur hidup Jay tidak pernah diperlakulan seperti ini oleh sosok selain nanny nya.

Hal se-sederhana ini sangat membekas di hati Jay yang sedari kecil selalu ditinggal orang tuanya.

Bahkan Jay hampir tersedak ketika Jiyeon membuatkannya susu coklat yang memang menjadi minuman favoritenya untuk sarapan. Jay berpikiran kalau mungkin saja Jiyeon bertanya banyak hal tentangnya pada Mario untuk sekedar mendapatkan atensi.

"Pencitraan"

Jay mengunyah rotinya dengan tenang, sementara Jiyeon lanjut memasak nasi goreng untuk Sunghoon.

"Papa belum pulang?"

Jiyeon buru-buru mematikan kompornya ketika mendengar Jay mengajaknya bicara. Senyum merekah wanita paruh baya itu tidak bisa disembunyikan.

"Papa mu sedang ada project penting di Prancis. Kamu ingin ibu menghubunginya, Nak?"

Tak buru-buru menjawab, Jay memilih untuk menghabiskan segelas susu coklat di meja terlebih dahulu. Menghiraukan Jiyeon yang begitu antusias ingin mengajaknya berkomunikasi lagi.

Jay membersihkan area bibirnya dengan tissue lalu bangkit dan meraih kunci mobilnya.

"Tidak. Aku hanya ingin berpesan jika papa pulang ketika aku tidak di rumah, bilang padanya jangan mengacak-acak kamar ku. Bagaimanapun juga rumah ini adalah hak ku"

Setelah mengatakan kalimat pedas itu, Jay berlalu pergi. Meninggalkan Jiyeon yang mati-matian menahan air matanya. Namun wanita paruh baya itu buru-buru menghapusnya.

Seharusnya dia tak lemah seperti ini. Jika dia sudah dengan lancangnya masuk ke dalam kehidupan keluarga seseorang, maka ia harus siap menerima apapun risikonya.


~DERANA~


Jay mengendarai mobil mewahnya dengan gelisah. Perasaannya benar-benar tak enak. Bahkan Jay lupa untuk memberitahu Mario kalau dia keluar pagi ini.

Sibuk dengan pikirannya membuat perjalanan terasa sangat singkat. Kini mobilnya sudah berhenti di depan rumah bercat biru muda. Rumah yang dulu pernah ia kunjungi sekali. Rumah yang membuatnya tersenyum pertama kalinya dengan teman-teman sebaya.

Jay turun dari mobilnya sambil memantapkan niat. Dia harus menyelesaikan ini secepatnya.

Langkah demi langkah menuntunnya memasuki kawasan rumah sederhana itu. Berdiri di depan pintu dengan tangan yang sudah siap untuk memencet bel.

Tiga kali, Jay menekan bel itu. Hingga akhirnya pintu berbahan kayu itu terbuka. Namun bukan sosok Jungwon yang membukanya, melainkan sang adik. Daniel.

Jay benar-benar takjub dengan penampilan bocah yang kini sudah berusia 15 tahun. Ia ingat bagaimana imut dan lucunya Daniel dulu ketika Jay datang ke pesta ulang tahunnya.

"Cari siapa?"

Buru-buru Jay mengendalikan dirinya dari bayang-bayang masa lalu.

"Saya cari Jungwon."

Daniel menganggukan kepalanya dengan bibir yang sedikit mengerucut.

"Oh, cari abang. Sebentar ya, ayo masuk dulu."

Hampir saja Jay menolak tawaran Daniel, sebelum sebuah suara terdengar dari belakang tubuh tinggi Daniel.

"Ngga perlu. Kita mau langsung pergi"

Suara Jungwon. Terdengar lebih berat sekarang. Jay benar-benar takjub dengan semua perubahan ini. Bocah yang dulunya sangat-sangat menyebalkan dan pernah mengancam akan melorotkan celana Jay sekarang sudah tumbuh menjadi remaja yang berkarisma. Walau tingginya masih rata-rata.

Daniel hanya mengangguk lalu kembali masuk ke dalam rumah. Kini tinggal Jay yang tengah mengamati Jungwon.

"Won"

Jungwon sedikit mendongak. Tatapan matanya benar-benar tidak bisa dibaca.

"Lo mau ketemu Kak Heeseung, kan?" tanya Jungwon.

Jay menganggukan kepalanya sebagai balasan dari pertanyaan Jungwon.

"Kalau begitu ikut gue."

Setelah itu Jungwon masuk ke dalam mobil Jay dan duduk di samping kursi pengemudi. Keduanya hanya diam selama di perjalanan. Sesekali Jungwon menunjukan arah pada Jay.

"Kenapa lo pulang?"

Jay terserentak sedikit ketika Jungwon bertanya seperti itu padanya. Namun dengan cepat, Jay mengendalikan ekspresinya.

"Ada beberapa hal yang harus gue urus disini."

Setelah itu suasana kembali hening. Jay menyeringit ketika ia mulai memasuki kawasan asing. Ini bukanlah arah rumah Heeseung. Kemana sebenarnya Jungwon ingin membawanya?

"Berhenti disini."

Jay menuruti titah itu. Lalu Jungwon melepas sabuk pengamannya dan keluar begitu saja dari mobil. Membuat Jay akhirnya ikut menyusul remaja itu.

"Won, ini ..."

Jungwon tak menjawab. Ia justru menggenggam tangan Jay dan menuntunnya berjalan lebih jauh. Keduanya berhenti di sebuah tempat yang begitu bersih dan rapih dengan beberapa bunga yang menghiasi.

"Lo mau ketemu dan minta maaf sama Kak Heeseung, kan? Di sini sekarang dia tinggal."

Jay terduduk dengan tatapan nanar. Jadi ini yang Sunoo mau. Ingin Jay menemui dan meminta maaf pada Heeseung___









































Yang sudah tertidur damai di tempat peristirahatan terakhirnya.

TBC

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang