3

10.4K 2K 173
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Pukul 5 pagi, Jay sudah bangun dari mimpinya. Ia meraih ponsel yang tidak disentuhnya sama sekali dari kemarin.

Memilih menu panggilan dan menghubungi seseorang yang begitu dirindukannya. Jay menggigiti kuku sembari menunggu seseorang itu mengangkat panggilannya.

Namun raut wajah kecewa tampak jelas di wajah Jay, karena seseorang itu tidak mengangkat panggilannya.

Kembali mengutak-atik ponselnya, kali ini Jay mencoba menghubungi seseorang yang ia yakin akan selalu ada untuknya.

"Nanny ..."

"Tuan muda sudah bangun ya?"

"Hm."

"Ada apa tuan muda?"

Kedua mata Jay tiba-tiba berkaca-kaca dengan napasnya yang memburu. Tangan mungilnya mencengkram erat sprai hingga sedikit kusut.

"Tuan muda baik-baik saja?"

Intonasi penuh kekhawatiran begitu terdengar jelas dari lisan wanita paruh baya itu, membuat air mata Jay menetes.

"Mama tidak mengangkat panggilan Jay, nanny"

Setelah mengatakan itu, tangis Jay pecah. Isakannya begitu memilukan. Membuat wanita yang mengasuhnya dari kecil juga menangis di sana.

Pagi hari itu digunakan Jay untuk menangis sepuasnya. Tak ada kata yang terucap karena tangisannya sudah menjelaskan semuanya.


~DERANA~


Jay menatap pantulan dirinya di cermin yang trrlihat begitu tampan dan menggemaskan dengan seragam sekolah barunya.

Setelah meraih tasnya, Jay berjalan ke luar kamar dengan diikuti Mario seperti biasa.

Setelah kejadian tadi malam, para pelayan berunding untuk membuat hati tuan mudanya senang kembali. Mereka juga menghubungi para pelayan di rumah tuan mudanya saat di Amerika.

Mereka sadar. Walau berasal dari keluarga berada dan orang tua yang begitu terkenal dan disanjung di lingkungan masyarakat, Jay tetaplah seorang anak berumur 6 tahun.


Makanan favoritnya sama dengan anak seusianya yang lain. Sandwich, susu, cookies, dan cake. Bukan hidangan berat yang tadi malam mereka sajikan.

Cukup dengan melihat tuan mudanya itu memakan hidangan yang telah disiapkan saja membuat hati para pelayan senang.

Setelah menghabiskan roti bakar dan segelas susu coklat hangat, Jay berlalu dan berjalan menuju tempat sepatu.

Memakainya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan Mario yang mendampinginya pun hanya bisa menurut ketika Jay memintanya untuk diam saja.

Mario tak bisa berkutik ketika Jay dengan tegas melarangnya untuk mengantar ke ruang guru. Laki-laki dewasa itu menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil sembari memejamkan matanya sejenak.

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now