16

7.2K 1.6K 151
                                    

DONT FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Mario hanya bisa terdiam ketika Jay tak menanggapi sambutan hangat Jiyeon dan malah mengabaikan wanita paruh baya itu. Ingin menegurpun ia tak bisa. Mengingat kembali banyaknya luka yang tuan mudanya alami sedari kecil membuat Mario mewajarkan perilaku Jay sekarang.

Lalu tanpa disadari siapapun, Mario menghampiri Sunghoon yang berdiri tak jauh dari Jiyeon yang masih berusaha mendapatkan atensi dari Jay.

"Saya tau tuan muda Jay sangat tidak sopan sekarang, tapi saya minta Anda sedikit memakluminya tuan muda Sunghoon."

Sunghoon tersenyum mendengarnya. Ia memandang ibunya yang tersenyum manis menyambut kembalinya putra kandung suaminya dengan tatapan hangat.

"Aku tau. Dan aku juga sadar kalau aku dan ibuku juga terlibat di semua penderitaan yang Jay alami"

Mario sedikit tenang mendengarnya. Setidaknya Sunghoon dan ibunya menerima Jay kembali. Lalu Mario merasakan tepukan di pundaknya yang ternyata dilakukan oleh Sunghoon.

"Terimakasih kau sudah menemani Jay dari kecil hingga sekarang. Terimakasih karena sudah menjaga saudaraku, Mario"

Tanpa Sunghoon sadari, perkataannya membuat Mario sangat lega. Setidaknya bertambah orang-orang yang tulus pada tuan mudanya itu.

"Sunghoon."

Mendengar panggilan dari ibunya, Sunghoon bergegas menghampiri.

"Ya, ibu?"

Jiyeon mengulas senyuman manis yang begitu menawan bagi siapapun, kecuali Jay tentunya.

"Bisa kamu antarkan Jay ke kamarnya, Nak?"

"Ten__"

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri"

Bohong jika Jiyeon tak sakit hati atas perlakuan Jay, tapi ia bisa apa. Kenyataan bahwa remaja yang ada didepannya mengalami banyak penderitaan akibat masuknya ia ke dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya membuat Jiyeon hanya bisa memaklumi.

Sunghoon yang melihat raut kecewa ibunya merasa tak tega. Dengan cepat ia mengambil koper milik Jay.

"Gue maksa."

Setelah mengatakan itu, Sunghoon berlalu begitu saja. Benar-benar tengil di mata Jay.

"Putramu menyebalkan"

Setelah mengatakan itu Jay menyusul Sunghoon dengan umpatan yang mengiringi langkahnya. Tak sadar jika Jiyeon dan Mario tersenyum melihat interaksi dua tuan muda yang saat ini akan tinggal bersama.


~DERANA~


Sunghoon sampai di depan kamar Jay lebih dulu. Lalu dia membuka pintu abu-abu itu dan masuk ke dalam sembari menggeret koper milik Jay yang masih dia pegang.

Jay yang melihat itu hanya bisa menghela napas sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam kamar lamanya.

"Gue masih inget dimana kamar sendiri."

Mendengar ucapan bernada ketus itu, Sunghoon hanya mengendikan bahunya acuh.

"Pintunya dicat dengan warna baru. Takutnya lo ngga tau."

Jay tak menjawab. Ia kini tengah memandangi kamar lamanya yang benar-benar tak ada yang berubah. Suasananya, letak perabotannya, tatanan barang-barang pribadinya, bahkan di atas kasurnya sudah ada nana yang terpajang rapih seakan menyambutnya kembali.

"Kamar gue ada di sebelah, kalau ada apa-apa bisa bilang gue aja."

Karena tak ada respon, Sunghoon memilih untuk membiarkan Jay sendiri. Ia meletakan koper hitam milik Jay di sudut ruangan dan melangkah pergi.

Namun sebelum ia melewati pintu bercat abu-abu itu, terdengar suara Jay yang menginterupsinya.

"Luka baru ya?"

Sunghoon menyeringit bingung, lalu ia berbalik menatap Jay yang sekarang juga tengah memperhatikannya dengan tatapan datar.

"Maksudnya?"

"Tangan lo. Ada bekas merah. Persis kaya keadaan gue pas diseret sama papa waktu kecil"

Jay bisa melihat kalau Sunghoon terserentak ketika mendengar kata-katanya dan buru-buru menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya sendiri.

"Benar ternyata," gumam Jay diakhiri kekehan kecil.

Seketika atmosfer di kamar Jay menjadi dingin. Jay masih menatap Sunghoon dengan tatapan datar dan yang ditatap masih berusaha untuk terlihat tak gentar.

"Obatin. Nanti ibu lo sadar."

Setelah mengatakan itu, Jay masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Sunghoon yang sekarang memandangi pergelangan tangannya.

"Ternyata lo mengalami hal yang lebih parah dari gue. Maaf pernah iri sama lo waktu kecil, Jay. Maaf juga karena gue sama ibu masuk ke dalam keluarga kecil lo. Tapi gimanapun juga gue sama ibu butuh papa"

Setelah bergumam seperti itu, Sunghoon merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah permen kopi lalu meletakannya di nakas. Kemudian Sunghoon berbalik pergi dan tak lupa menutup kembali pintu kamar Jay dengan rapat.

Sementara di dalam kamar mandi, Jay tengah berendam di bathup yang sudah terisi air sabun beraroma lavender. Kedua mata tajamnya terpejam menikmati ketenangan yang menghampirinya sejanak.

Namun ketenangan sementaranya terusik oleh suara dering ponsel yang ia letakan di pinggiran bathup. Jay langsung menerima panggilan itu tanpa mengecek siapa yang menghubunginya sekarang.

"Halo," ucap Jay sedikit berat.

Satu alis Jay terangkat ketika tak mendengar balasan dari sang penelpon. Ia menegakan tubuhnya sembari berdecak pelan. Ponselnya ia jauhkan dari telinganya untuk melihat siapa orang tidak ada kerjaan itu.

Nomor tidak dikenal

Jay hampir saja mematikan panggilan sebelum sebuah suara menyapa indera pendengarannya. Suara yang sudah lama tidak Jay dengar.

"Jay, lo udah pulang ternyata"

Tubuh Jay menegang seketika. Matanya sedikit membola. Dan bibirnya menggumamkan sebuah nama.

"Jungwon..."

TBC

Terjangin badai lagi ngga ya?🤔

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now