7

8.5K 1.7K 630
                                    

DONT  FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Kedua netranya terbuka dengan cepat. Napasnya naik turun dengan keringat dingin yang membasahi wajah.

"Hanya mimpi ..."

Jay mengubah posisi tubuhnya untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Tangan kecilnya mengusap wajahnya sendiri dengan kasar. Suara gemuruh hujan dan petir yang bersahutan membuatnya semakin bergetar.

Dengan tergesa, ia meraih boneka yang masih ada di kasurnya untuk dipeluk. Dia butuh ketenangan. Dan tak ada yang bisa ia datangi untuk sekedar meminta sebuah dekapan.

Mario dan para pelayan pasti sudah tertidur. Tak ada yang bisa ia andalkan selain dirinya sendiri sekarang.

Diiringi isakan keras, Jay menenggelamkan kepalanya pada boneka coklat berukuran besar itu. Ia benar-benar terguncang. Itu adalah mimpi terburuk yang Jay alami.

Jay lebih memilih bermimpi dikejar seorang psikopat dari pada harus menyaksikan awal mula kehancuran dirinya.

Jay meraih ponsel yang ada di nakas, lalu mencoba menghubungi seseorang yang sangat ia harapkan mau mengangkat panggilannya.

"Papa!"

Jay refleks berteriak ketika panggilannya berhasil terhubung dengan papanya.

"Jay? Kau belum tidur? Di sana kan sudah dini hari, son."

Namun Jay tidak menjawab pertanyaan papanya. Ia justru menangis dengan keras. Menumpahkan semua kesedihan dan keresahan yang tengah ia rasakan sekarang.

"Hei, ada apa boy? Kau bermimpi buruk?"

"Sangat buruk pa ... Jay takut ..."

Isakannya begitu memilukan. Tangisannya semakin keras dengan tangan yang masih memeluk bonekanya mencoba mencari pegangan.

"Dengarkan papa, sekarang atur napasmu dulu. Tarik napas, buang perlahan. Lakukan itu."

Jay menuruti titah sang papa. Tangisannya sudah mereda, membuat ia berhasil bernapas dengan baik.

"Papa tidak akan memintamu menceritakan mimpi buruk mu, Son. Itu hal yang mengerikan, bukan? Maka jangan ceritakan pada siapapun tentang hal yang buruk. Sekarang, Jay peluk nana dan tidurlah."

"Nana?"

"Boneka coklat itu papa namai nana. Bagus, kan"

"Hm."

Jay kembali berbaring dan memeluk nana dengan erat.

"Tidurlah, son. Jangan pikirkan hal yang buruk."

"Terima kasih papa. Jay tutup ya."

"Iya sayang. Selamat tidur~"

"Iya pa."

Sambungan telepon itu dimatikan oleh Jay. Ia menuruti instruksi papanya. Memikirkan hal baik sambil memeluk teman barunya yang bernama nana itu dengan erat.

"Jay menyayangi papa dan mama"


~DERANA~


Di sekolah, Jay mulai menanggapi Heeseung. Setelah dipikir-pikir, tak ada ruginya untuk berteman dengan bocah Lee itu. Jangan lupakan si blak-blakan Jungwon yang kini justru ikut menempel pada Jay.

DERANA || PJS ✔ {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now