6

307 48 18
                                    

Seorang siswa dengan kacamata bulat dan poni panjang yang hampir menutupi sebagian wajahnya, terlihat berdiri di dekat pagar pembatas atap gedung sekolah. Dengan terpejam, ia sibuk menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Terasa hangat, hingga tanpa sadar membuatnya tersenyum.

"Ternyata kau memang suka menyendiri begini, ya?"

Siswa itu sontak membuka kembali matanya dan menoleh dengan kaget. Dilihatnya sosok berwajah tegas yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang sana, bersandar pada tembok dekat pintu masuk.

"Eh, Liu Yaowen?"

Ia merasa sangat gugup saat sosok tersebut mendekat ke arahnya. Saking gugupnya, ia mulai menunduk dan berjalan menjauh, sampai sebuah tangan menarik lengannya.

"Kenapa mundur-mundur, sih? Aku tidak akan menyakitimu." seru sosok yang dipanggilnya Liu Yaowen tadi.

Yaowen mengulurkan sekotak susu ke arah si siswa.

"Untukmu."

Meski heran, ia pun menerimanya. Mereka pun terdiam untuk sesaat. Ia melirik Yaowen sekilas. Sosok itu terlihat begitu tinggi dan tegas, bahkan saat ia sibuk menikmati susu kotak stroberinya pun tak ada sedikitpun kesan imut di sana. Tanpa sadar kedua pipinya memerah dengan jantung yang entah sejak kapan sudah melompat-lompat dengan riang di dalam dadanya. Dengan perlahan ia berdiri samping Yaowen dan meminum susu kotaknya dalam diam. Hal itu membuat Yaowen sedikit melirik ke arahnya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

Siswa tadi sedikit terkejut mendengarnya. Sedikit sedih juga karena Yaowen tidak tau namanya padahal mereka jelas-jelas berada di kelas yang sama. Sepertinya ia terlalu berkhayal kalau menganggap Yaowen mendekatinya karena sosok itu peduli padanya. Benar, kan?

"So- Song Yaxuan." cicitnya.

"Huh? Siapa?"

"Song Yaxuan."

Yaowen menganggukkan kepalanya. Mereka kembali terdiam, hingga akhirnya Yaxuan memberanikan diri untuk membuka obrolan. Untuk pertama kalinya, ia memiliki kepercayaan diri untuk melakukan hal tersebut.

"Yaowen, boleh aku bertanya?"

"Hmm."

"Kenapa kau memperlakukanku dengan begitu baik? Kau bahkan sering memberiku makanan atau minuman."

Yaowen menoleh. Ditatapnya sosok yang tengah menunduk dalam sambil meremat kedua telapak tangannya itu. Di matanya, sosok itu terlihat begitu kecil dan rapuh.

"Untuk orang sepertiku, kau tak perlu berlaku begitu baik. Kau superior, terkenal, kuat, dan aku hanya sebutir kecil dari bagian itu, tak layak untuk berdekatan denganmu. Aku takut teman-temanmu jadi menjauhimu gara-gara aku."

Yaowen bisa melihat setetes air yang jatuh mengenai permukaan telapak tangan Yaxuan. Hal itu membuat Yaowen jadi tergerak untuk menarik dagu Yaxuan agar sosok itu mendongak menatapnya. Meski tertutupi oleh poni yang begitu panjang, Yaowen bisa melihat kalau wajah Yaxuan mulai basah karena air mata. Sayangnya, ketika tangannya ingin menyibak poni tersebut, Yaxuan spontan menepisnya dan kembali menunduk sambil meremat pagar pembatas. Yaowen pun hanya bisa mendesah pelan dan menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas.

"Sejujurnya, aku bukan orang baik. Bahkan keluargaku sendiri pun mengatakan kalau kelakuanku begitu berandal. Tapi, meski begitu aku sangat benci ketika melihat seseorang tertindas. Aku benci melihat seseorang menangis. Dan ketika melihatmu, aku hanya spontan ingin menolongmu." serunya.

Red Organdy | WenXuan - Zhenyuan ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ