13

298 36 14
                                    

"Yaowen ini... Siapamu?" tanya Fumi.



Untuk sesaat, pertanyaan tersebut sanggup menciptakan atmosfer hening di sekitar mereka. Fumi pun sadar kalau ekspresi Yaxuan terlihat berubah menjadi sedikit bingung dan canggung. Ia tau. Ia tau dengan pasti kalau temannya itu sedang ragu untuk memberitahunya atau tidak. Jika memang Yaxuan memilih untuk berbohong padanya dan menutupi semuanya, maka Fumi sudah pasti akan merasa sangat sakit hati dan menganggap Yaxuan sangat keterlaluan. Tapi yang terjadi kini, Yaxuan justru tersenyum malu-malu sambil mengusap tengkuknya.

"Fumi, kurasa ada hal yang ingin kuakui padamu."

Fumi pun hanya bisa mendelik. Padahal dirinya sudah tau, tapi bila Yaxuan sendiri yang mengakuinya begini, tiba-tiba saja ia menjadi tidak siap. Bukan, lebih tepatnya hatinya lah yang tidak siap.

"So- soal?"

"Sebenarnya aku masih ragu untuk memberitahumu, tapi kurasa cepat atau lambat kau pasti akan tau juga, karena aku sudah menceritakannya terlebih dulu pada Jingyuan."

'Hah? Kak Jingyuan udah tau!?'

Dan kini Fumi justru merasa seperti dikhianati oleh kakaknya sendiri. Kenapa kakaknya itu tak pernah menceritakan apapun kepadanya soal Yaxuan?

"Ayo, kita ngobrol di study corner disana." ajak Fumi.

"Eh? Bukannya kau sedang sibuk kerja kelompok?"

"Aku tak peduli itu sekarang."

Benar, pengakuan Yaxuan jauh lebih penting, karena dengan begitu, hatinya bisa merasa sedikit lega sehingga ia sanggup melupakan perasaannya untuk Yaxuan dengan tenang karena sudah mengetahui alasan jelasnya.

*****

"Kenapa dia tak memberitahuku, sih?" gumam Fumi pada dirinya sendiri.

Yaxuan yang mendengar hal tersebut meski hanya samar-samar sontak menatap Fumi yang duduk di depannya.

"Kakakmu pasti tidak ingin membuatmu kepikiran. Karena aku pun begitu." balasnya.

Fumi ikut mendongak dan menatap kedua mata Yaxuan dalam diam.

"Aku takut kau akan terlalu mengkhawatirkanku, jadi aku sengaja menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya padamu. Maaf." sambungnya.

Meski masih sulit menerima, Fumi mencoba untuk tetap memahami keadaan dan kehidupan Yaxuan. Ia cukup bahagia saat Yaxuan mengatakan kalau sosok itu tak ingin dirinya merasa khawatir. Itu artinya ia sosok yang penting untuk Yaxuan, bukan? Meski tanpa hubungan cinta sekalipun, Fumi akhirnya sadar kalau Yaxuan selama ini sangat menyayanginya meski sebatas teman atau mungkin hanya menganggapnya sebagai saudara. Fumi bersyukur. Dan kenyataan tersebut cukup mengobati luka di hatinya.

"Jadi, Fumi, Yaowen adalah mateku. Dan Yaowen, Fumi adalah teman dekatku yang sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Dialah yang selama ini selalu membantu dan menemaniku sehingga aku tak terlalu kesepian. Dia dan kak Jingyuan adalah dua sosok yang begitu kusayangi meski mereka adalah manusia biasa." seru Yaxuan dengan senyum lebar khas miliknya.

Yaowen yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan menahan diri untuk tidak mencubit pipi kemerahan sosok tersebut. Sedangkan Fumi, ia hanya bisa tersenyum simpul. Sudah tak ada gunanya lagi ia merasa sakit hati dengan semua pengakuan itu. Toh, ia dan Yaxuan memiliki jalan hidup dan takdir yang berbeda, dan inilah yang terbaik untuknya dan juga untuk Yaxuan.

"Makasih, ya."

Fumi tersadar dari pemikirannya dan mendongak menatap Yaowen. Laki-laki berwajah tegas itu tengah tersenyum lembut ke arahnya.

Red Organdy | WenXuan - Zhenyuan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang