8

344 46 9
                                    

Yaowen berjalan di sekitar tribun basket. Sejak tadi, mata tajamnya tak lepas dari sosok Yaxuan yang berjalan dengan santai di sekitar lapangan basket. Ingatan tentang sosok tersebut yang beberapa waktu lalu terkena lemparan bola basket kembali hinggap di kepalanya. Ia sedikit tersenyum karena wajah Yaxuan yang sibuk membersihkan mimisannya itu terlihat begitu lucu di matanya. Ya, meskipun pada waktu itu ia cukup khawatir karena Yaxuan bisa saja dijadikan target oleh para vampire. Tapi mengingat kembali bagaimana Yaxuan adalah miliknya, ia menjadi sedikit lega. Benar, sejak kejadian tersebut, Yaowen sudah bertekad kalau ia akan mulai mendekati Yaxuan dan mencari waktu yang tepat untuk mengakui semuanya.

'Cepat atau lambat, kau harus tau semuanya.'

"Hey!"

Yaxuan cukup terkejut saat Yaowen tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya. Entah muncul darimana sosok itu hingga ia sama sekali tak menyadarinya, atau mungkin karena ia sedang melamun jadi tidak terlalu memperhatikan sekitarnya.

"O- Oh, hai." balas Yaxuan dengan gugup.

Ia bisa merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Merasa Yaowen terdiam menatapnya, Yaxuan menggunakan kesempatan tersebut untuk berjalan menjauh darinya. Tapi baru beberapa langkah melewati Yaowen, ia bisa merasakan kalau sosok tersebut mencekal tangannya hingga mau tak mau ia menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Kenapa kau seolah menghindariku? Apa kemarin aku mengatakan sesuatu yang menyinggungmu?" tanya Yaowen.

Yaxuan hanya terdiam sambil mengigit bibirnya. Ia bahkan tak berani menatap balik kedua mata tajam Yaowen.

"Aku hanya ingin mengenalmu, tapi sepertinya kau tak menyukai hal tersebut." sambung Yaowen.

Yaxuan pun sontak mendongak. Ia heran. Kenapa tiba-tiba Yaowen ingin mengenalnya? Lagi, perasaan cemas menghampirinya. Ia selalu merasa takut dengan kemungkinan kalau Yaowen mengingatnya. Ia hanya belum siap untuk itu.

Yaowen melirik ke arah leher Yaxuan yang tertempel plester. Itu pasti tempat dimana ia tanpa sengaja membuat tanda kepemilikannya. Ia jadi sedikit penasaran kenapa Yaxuan harus repot-repot menyembunyikannya, padahal seharusnya bekas luka tersebut sudah menghilang bila mengingat waktu yang sudah hampir setengah tahun berlalu.

'Apa dia sengaja menghalangi aroma feromonku agar tak ketahuan kalau dia sudah menjadi mate seseorang?'

Memikirkan hal tersebut membuat Yaowen tiba-tiba saja merasa kesal.

"Tolong lepaskan tanganmu, kau menyakitiku."

Yaowen tersadar dan buru-buru melepaskan cekalannya. Ia bisa melihat bekas kemerahan tercetak jelas di pergelangan tangan Yaxuan. Yaxuan melirik sekilas ke arah Yaowen. Sosok itu hanya menatapnya, sehingga Yaxuan lebih memilih untuk kembali berlalu. Kali ini ia sengaja sedikit berlari agar Yaowen tak menarik tangannya lagi. Yaowen pun hanya bisa terdiam saat melihat Yaxuan yang berlalu darinya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sosok itu sepertinya memang benar-benar menghindarinya.

Apa boleh buat, haruskah Yaowen menggunakan cara paksa? Tidak, Yaowen tidak tega kalau harus menyakiti matenya sendiri meski ia belum terlalu mengenal sosok itu.

Sedangkan di sisi lain, Yaxuan yang sudah mulai menjauh tiba-tiba saja merasakan sensasi aneh yang kembali menyerang tubuhnya. Sebuah sensasi yang sepertinya pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mencengkeram erat-erat kaosnya pada bagian dada. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, bukan karena gugup, tapi karena perasaan lain. Ia sadar, untuk pertama kalinya ia sepertinya tanpa sengaja mencium feromon seorang alpha yang begitu kuat.

Red Organdy | WenXuan - Zhenyuan ✔Where stories live. Discover now