Chapter 8 : keadaan mulai membaik

547 35 2
                                    

Happy Reading

🌿🌿🌿

" Iya Aba, Ummah, Mas. Farah sayang kalian " Ujar Farah.

Keluarga itu saling berpelukan. Haidar yang melihat pemandangan itu didepannya hanya bisa tersenyum. Haidar membuka handphone nya untuk melihat jam. Dan ya, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.

" Umah, Aba, Mas, Haidar izin pulang dulu yah " Ujar Haidar.

" Loh kenapa gak nginep saja disini? " Tanya Kyai Ali.

Haidar menggeleng " Nggak Ba, besok Haidar sudah mulai ngajar di pesantren " Jawab Haidar.

" Yasudah, terimakasih banyak yo le, kalau ndak ada kamu Ummah gatau deh nasib Farah bagaimana sekarang. Umah dan keluarga juga minta maaf yah, gara-gara Farah kamu ndak bisa hadir di acara khataman malam ini " Ujar Ummah Risma.

" Iya nggak apa apa Ummah, yang terpenting Farah sudah balik kerumah. Haidar pamit dulu ya, assalamu'alaikum " Haidar menyalami Ummah Risma dan Kyai Ali, serta Fasya.

" Dek, salim sana ke suami mu " Suruh Fasya dengan tatapan jahil nya.

Farah mengambil tangan Haidar meskipun ia sedikit ragu sebab belum terbiasa, lalu ia mencium punggung tangan suaminya. Tangan Farah bergetar dan basah akibat keringat Kesaltingannya.

"Astaghfirullah kok deg-degan gini yah? Ayo dong jantung, mana kerjasamanya?" Batin Farah.

" Saya pulang dulu ya Far. Kamu kalo butuh apa-apa hubungi saya saja, karena kamu sudah menjadi tanggung jawab saya sekarang " Ujar Haidar yang lagi lagi membuat jantung Farah berdegup sangat kencang. Setelah nya Haidar melangkahkan kaki pergi dari ndalem.

Farah tak menjawab ucapan dari laki-laki itu. Sedari tadi ia hanya menunduk, tak berani untuk menatap wajah Haidar. Namun setan dari mana yang merasuki diri Farah, hingga Farah berlari menyusul Haidar ke luar.

" GUS HAIDAR!! " Teriak Farah memanggil Haidar yang baru saja membuka pintu mobil nya.

" Iya, ada apa Far? "

" Terimakasih " Ucap Farah menatap Haidar dengan tatapan sendu. Dan Haidar yang mendapat tatapan itu pun hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban 'sama-sama'

" Hati-hati bawa mobil nya Gus " Ucap Farah. Lagi lagi Haidar hanya mengangguk sebagai jawabannya, dan jangan lupakan senyuman yang masih melekat di bibir Haidar.

"Maafin saya Gus. Saya hanya mementingkan perasaan saya sendiri tanpa mementingkan perasaan sampeyan. Insya allah saya akan jalani ini dengan ikhlas, walaupun sampai detik ini saya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa sampeyan adalah suami saya" Batin Farah sembari menatap kepergian Haidar dari pekarangan ndalem.

" Mas bangga sama kamu dek. Kamu bisa menerima ini semua dengan ikhlas. Mas tau ini berat buat kamu yang masih remaja. Tapi mas yakin, adek mas ini pasti bisa menjalaninya " Ujar Fasya yang muncul tiba tiba di belakang Farah. Sontak, Farah pun menoleh kebelakang, menatap sang kakak yang sudah menampilkan senyuman nya.

" Nerima? Mas bilang aku bisa nerima? Nggak Mas, bahkan sampai detik ini aku belum bisa nerima semuanya. Tapi aku cuma gak mau jadi anak yang durhaka sama orang tua, bahkan sama Gus Haidar yang statusnya sudah menjadi Suami aku, Hiiiksss... Aku cuma kepingin jadi anak sekaligus istri yang berbakti Mas. Berat banget buat aku menerima kenyataan pahit ini. Dan berat banget rasanya ketika aku sudah menjadi istri di usia aku yang masih remaja, hikss... " Ujar Farah penuh penekanan di setiap katanya.

" Aku kehilangan masa remaja ku Mas "

Pipi Farah sudah basah dengan air mata yang sejak tadi mengalir tak henti henti.

Masya Allah Gus ( On Going ) Where stories live. Discover now