32 - Aku Maluuu!

2.9K 367 153
                                        

Hari demi hari pun berlalu. Satu minggu di bulan ini terlewati begitu saja. Dan di hari Sabtu yang cerah ini, Haru terbangun karena ia bermimpi tentang masa kecilnya. Benar saja, bocah lelaki yang ada dalam foto bersamanya itu juga ikut masuk ke dalam mimpi.

Ia tidak yakin, benarkah itu hanya mimpi? Atau... Itu adalah sekelebat bayangan masa lalu yang kembali ia ingat lewat mimpi?

Haru tidak tahu. Ia juga tidak paham dengan semua ini. Lulu, Won-ie, dan Yeonjun. Ah, karena mimpi tersebut, Haru jadi teringat bahwa ia belum mengatakan keluh kesahnya itu kepada yang bersangkutan. Belakangan ini mereka selalu sibuk dengan urusan kantor. Begitu pulang ke kondo pun mereka langsung mandi, makan, berbincang sebentar, lalu tidur. Haru selalu lupa untuk mengatakannya.

Dan kebetulan hari ini hari Sabtu dan keduanya tak bekerja. Haru memutuskan untuk mengatakan hal tersebut. Bagaimanapun caranya, Haru tak boleh lupa lagi.

"Ahh shh." Haru meringis sakit begitu bergerak untuk duduk. Bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit.

Ahh iya. Bisa-bisanya ia lupa bahwa semalam ia dan Yeonjun sudah melakukan itu. Pipinya memerah malu. Dengan cepat ia menarik selimut yang merosot dan mengekspos bagian atas tubuhnya. Dengan selimut yang membalut tubuhnya, susah payah Haru berdiri dan mengambil piyama yang semalam Yeonjun lempar begitu saja. Ia berjalan pelan menuju kamar mandi, meninggalkan Yeonjun yang masih tertidur tanpa sehelai benang pun di atas ranjang.

Ya, sepulangnya bekerja—lebih tepatnya saat Haru masuk ke dalam ruangan kerja Yeonjun untuk pulang bersama—lelaki itu tiba-tiba saja menjadi lebih posesif terhadap Haru. Yeonjun langsung memeluknya begitu Haru masuk ke dalam ruangannya.

Saat Haru bertanya mengapa ia jadi seperti itu, Yeonjun hanya menggelengkan kepalanya. Wajahnya yang terlihat gelisah itu tampak begitu jelas, Yeonjun tidak dapat membohonginya. Namun, Haru tak ingin memaksa Yeonjun untuk bercerita kepadanya. Ia akan membiarkan Yeonjun bercerita jika memang lelaki itu berniat untuk melakukannya.

Sesampainya di rumah, ekspresi wajah Yeonjun pun terasa aneh. Tatapan matanya kosong. Haru pikir, pasti ada sesuatu yang besar yang sedang suaminya itu pikirkan. Selesai mandi, bahkan setelah selesai makan pun ekspresi wajahnya masih tetap sama.

Yeonjun yang biasanya makan dengan lahap dengan senyum girangnya itu telah menghilang. Berganti dengan Yeonjun yang pendiam dengan ekspresi wajah yang tak bisa ditebak.

Karena itu, Haru pun menghela nafasnya dalam. Begitu selesai mencuci piring, gadis itu langsung menuju ke ruang tengah—menyusul Yeonjun yang tengah ditonton oleh televisi. Ya, memang terbalik. Bukan Yeonjun yang menonton televisi, tetapi televisilah yang menonton dirinya. Pasalnya, kala itu Yeonjun hanya terdiam seraya menatap kosong meja di hadapannya.

Haru yang melihat itu langsung saja mematikan televisinya. Dengan segera ia mendudukkan diri di samping Yeonjun yang masih melamun.

"Yeonjun," panggilnya pelan. Dan tentu saja Yeonjun tak menyahut.

Haru pun memanggilnya lebih keras lagi. Kali ini dengan tambahan tepukan pada lengan atasnya. Barulah lelaki itu tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya. Kenapa, Haru?" tanyanya dengan senyum palsunya.

Haru mendengus melihat senyum itu. "Kamu kenapa? Sepulangnya dari kantor tadi kok bengong mulu? Ayo cerita, aku gak suka ya ngeliat kamu kayak gitu. Serem tau!" balasnya sebal.

Lagi-lagi Yeonjun tersenyum kecil. "Gak apa-apa, kok. Aku baik-baik aja," bohongnya.

Haru pun lagi-lagi dibuat mendengus kesal. "Bohong! Keliatan banget kamu lagi mikirin sesuatu!" balas Haru yang malah merajuk. Gadis itu bersedekap dada dan membuang pandangannya dari Yeonjun.

Our Fate • Choi Yeonjun [END] ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя