12. Perancis

4.6K 621 234
                                    

Jarum jam terus berputar, waktu pun terus berjalan. Yeonjun dan Haru kini baru saja selesai menyantap makan siangnya di restoran hotel.

"Udah, kan? Yuk," ajak Yeonjun setelah melihat Haru menyeka ujung bibirnya dengan napkin, pun meneguk air minumnya.

Gadis itu hanya menurut. Tanpa membalas ucapannya, ia turut berdiri dan mengikuti ke mana Yeonjun melangkahkan kakinya.

"Kamu mau ke Menara Eiffel atau ke Museum Louvre dulu?" Yeonjun berhenti sesaat, mencoba menyamakan langkahnya dengan Haru. Detik berikutnya gadis itu mendongak, membalas tatapan Yeonjun yang penuh tanya. "Terserah," katanya.

"Kamu kenapa sih? Saya ada salah apa? Dari tadi kamu nyuekin saya gini. Jangan kira saya gak sadar, Haru." Lelaki itu tidak dapat menahan kekesalannya. Yeonjun paling tidak suka diabaikan dan disikapi dingin oleh orang lain. Ia menghentikan langkah kakinya, menahan tangan Haru—yang mengabaikan ucapannya.

"Kenapa? Bilang ke saya," ucap Yeonjun menatap penuh selidik pada Haru, masih menggenggam tangannya—menahannya agar tidak pergi lagi.

"Kenapa? Bilang ke saya," ucap Yeonjun menatap penuh selidik pada Haru, masih menggenggam tangannya, menahannya agar tidak pergi lagi.

"Bukan apa-apa. Gak perlu tau," balas Haru singkat.

Sebenarnya, Haru seperti ini karena dirinya. Karena perkataannya saat di hotel tadi, saat Yeonjun pikir bahwa Haru telah tertidur. Haru tidak bisa berhenti memikirkan setiap perkataan yang Yeonjun ucapkan. Karena hal tersebut, Haru merasa lebih baik untuk menjaga jarak dengan Yeonjun agar tak ada rasa yang tumbuh di antara keduanya. Agar perasaannya seutuhnya tetap menjadi milik sang kekasih, Kang Taehyun.

"Gak mungkin gak ada apa-apa kalo kamu bersikap begini ke saya, Haru." Alis Yeonjun semakin terangkat ke atas, makin menandakan bahwa lelaki itu tidak suka dengan sikap Haru terhadapnya.

Gadis itu membuang pandangannya ke arah lain, enggan bersitatap dengan lelaki di hadapannya. Karena hal tersebut, dengan segera Yeonjun mengangkat dagu gadis itu dengan ibu jari dan telunjuknya, "Katakan," menyuruhnya untuk membalas tatapannya.

Gadis itu menepis tangannya, "Saya cuma badmood," bohongnya yang setelahnya lagi-lagi mengalihkan pandangannya pada objek lain.

"Serius?" tanya Yeonjun. Gadis itu akhirnya mengangguk terpaksa.

"Ya udah. Jangan badmood lagi, ya? Kita ke sini untuk bersenang-senang, Haru." Yeonjun tersenyum teduh menatapnya—walau Haru tak membalas tatapannya, tangannya terulur mengelus rambut Haru.

Setelahnya, tanpa izin lelaki itu mengaitkan jari-jarinya pada jari milik gadisnya, membawanya lanjut berjalan ke lobby hotel.

Pak Lee sudah menunggu keduanya sedari tadi, makanya Yeonjun menarik tangan Haru dan berjalan cepat-cepat.

Akhirnya keduanya pun sampai, "Yuk Pak, langsung ke Menara Eiffel ya," ucap Yeonjun begitu masuk ke dalam mobil.

"Baik, Pak." Lelaki berusia sekitar lima puluh tahun itu akhirnya menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobilnya menuju icon kota Paris.

Gadis itu membuang wajahnya, lagi-lagi hanya memandangi objek-objek yang ada di luar sana. Yeonjun menyadarinya, lelaki itu kemudian mencolek tangannya, membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dan menatap Yeonjun dengan tatapan bertanya-tanya.

Dengan cepat Yeonjun membawa kepala Haru untuk bersandar di pundaknya. Secepat kilat gadis itu langsung menjauh dan menolak perlakuannya, namun dengan tak kalah cepat Yeonjun menahannya, "Jangan kayak gitu di hadapan Pak Lee. Saya gak mau kita kelihatan gak dekat di depan dia. Coba kamu pikir, gimana kalo Pak Lee ngadu ke Ayah—bilang kalo kita ini gak dekat?" bisiknya pelan.

Our Fate • Choi Yeonjun [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang