• after 24 hours

444 23 1
                                    

Ini sudah dua puluh empat jam sejak aku tersadar—meski tak seorang pun menyadarinya. Harusnya aku sudah bisa membuka mata, bukan? 

Aku harap aku bisa mempercayai perkataan pria itu. Walau pada kenyataannya dia lah yang menyebabkan keadaanku seperti ini.

Aku mendengar suara pintu yang terbuka bersamaan dengan langkah kaki yang mendekatiku. Sebuah tangan kurasakan menyentuh pipiku dan mengusapnya lembut. Atas pergerakannya yang khas, aku mengetahui jika orang ini adalah Gabriela.

"Dokter baru saja memanggilku."

Kuharap ia menyampaikan kabar baik. Walau hanya nol koma sekian persen.

"Seharusnya kau sudah bangun, tetapi ternyata tidak." Suaranya bergetar. "Dokter menyatakan kau koma, dan tidak menjamin kapan kau akan bangun."

Aku ... koma?

"Sialan karena kau semakin membuatku takut, Jack," isak Gabriela sambil menidurkan kepalanya di atas lenganku. Aku sungguh ingin memeluknya sekarang juga, mengelus rambut ikal panjangnya dengan usapan terbaikku. Aku tidak sanggup jika harus terus-terusan mendengar isakan tangisnya lalu air matanya yang akan menetes di kulitku.  

Apakah seperti ini rasanya koma? Kau hanya bisa mendengar dan merasakan hal di sekitarmu. Tetapi bukankah koma adalah kondisi dimana seseorang berada di bawah kesadarannya? Lalu mengapa aku sadar saat ini?

Kenyataan-kenyataan yang kurasakan saat ini membuatku tidak bisa berpikir positif. Semua terlalu buruk untuk memikirkan bagian-bagian baiknya.

Kemudian aku merasakan Gabriela mendekatkan wajahnya dan mempertemukan kening kami. "Hey, kau pasti akan bangun secepatnya, bukan? Kau akan segera bangun dan bermain bersama putrimu lagi. Dia mencarimu, Jack. Cepatlah bangun, kami mencintaimu," bisiknya lembut tapi juga serak. Untuk sesaat, hatiku menghangat. Sampai akhirnya ia menjauhkan wajahnya dan aku mendengar langkah kaki menjauh. 

Tidak lama, pendengaranku menangkap langkah seseorang mendekat, setiap langkahnya pelan seakan tidak ingin mengganggu tidurku. Cukup lama, tidak ada suara terdengar hingga lagi-lagi tangisan yang terdengar. Hanya saja kali ini dari orang yang berbeda.

"Jack putraku." 

Suara lembut itu membuatku sangat ingin menangis sekarang juga. Suara yang selalu menenangkanku di setiap keadaan. Suara yang selama ini yang paling ingin selalu kudengar dan berharap tidak akan pernah hilang dari dunia. 

"Mengapa kau harus menghadapi keadaan seperti ini, sayang? Kau membuat kami semua takut. Kau bahkan membuat Mom khawatir padahal kau tidak pernah ingin membuat Mom khawatir."

Mom berusaha membuat suaranya sekuat mungkin. Meski hal itu tidak menutupi gemuruh di hatinya.

"Kau tahu? Gabby yang sedari tadi berusaha menguatkan Mom, sekarang pertahanannya runtuh. Tangisannya sangat dalam, seakan bisa menghancurkannya kapan saja. Dia hancur tanpamu, Sayang. Mom pun akan begitu."

"Tapi Mom tahu, kau adalah pria yang kuat. Kau hanya ingin beristirahat lalu kau akan bangun dan mengembangkan senyumanmu lagi. Kau pasti bisa melewati semuanya, Jack. Kau putra Mom yang selalu kuat."

Tangan Mom bergerak mengusap rambutku dengan sangat lembut. Membuatku ingin terus merasakannya. Seolah dengan begitu harapanku kembali mencuat.

"Mom menyayangimu, dan akan terus menunggumu."

Mereka mengkhawatirkanku. Mereka menungguku.

Akan tetapi aku justru hanya bisa berbaring, dan tak tahu hal buruk apa lagi yang akan mendatangiku.

hai hai hai !! aku kembali!!!! semoga besok ga males.

selamat hari raya idul adha bagi yang merayakan, ya. <33

thanks, see you and stay safe.

-rin.

StuckOnde histórias criam vida. Descubra agora