• they gave up

179 7 0
                                    

Beberapa hari setelahnya, kehadiran Gabriela semakin membuat suasana hatiku berbunga. Karena aku sudah sangat tidak sabar untuk melihatnya lagi dan menjalani kehidupan kami seperti sebelum-sebelumnya.

Namun, kala mendengar getaran suaranya yang menjelma menjadi isakan, mau tak mau aku harus mengesampingkan perasaan berbungaku dan fokus pada apa yang sekiranya akan dia katakan selanjutnya. Tentang alasan suasana hatinya berubah setelah sebelumnya bersemangat menceritakan tentang Lavender.

"Jack, aku sudah lama ingin memberitahumu tentang hal ini, tetapi aku tak pernah memiliki waktu yang tepat. Bahkan aku berencana mengatakannya padamu saat malam kecelakaan itu terjadi."

Dari nada suaranya, aku menangkap sebuah penyesalan. Gabriela tidak biasanya seperti ini. Meski sulit, aku tetap berusaha berpikiran apa yang ia maksud bukan hal buruk ataupun fatal.

"Jauh sebelum kecelakaan itu terjadi, saat kau harus menjalani tour dan meninggalkanku dan Lavy dalam waktu yang lama, kau tahu aku ... merasa sangat kesepian dan sendiri. Itu saat-saat tersulit, ketika gejala depresi muncul, tetapi aku harus tetap baik-baik saja demi Lavy. Dan aku tidak pernah menceritakan tentang ini padamu."

Maaf. Pekerjaanku membuat kita harus melalui berbagai macam tekanan. Terlebih media berkeliaran dan bergerak cepat menyebarkan berita yang tidak-tidak.

Gabriela terdengar menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. "Jack, disaat kau tidak ada untukku, seorang pria datang ke kehidupanku, membantuku keluar dari jurang gelap. Dia sama baiknya denganmu, dan Lavy juga menyukainya."

Lalu apa? Aku tidak ingin membenarkan terkaan buruk yang seketika melintas di kepala.

"Jack, kau pernah membuatku merasa menjadi wanita paling sempurna di dunia. Kau pernah menjadi hal terindah yang pernah ada di dalam hidupku. Kau pernah di sana untuk mewarnai hari-hariku. Tetapi ketika waktu menjadikanmu seolah menjadi manusia paling sibuk, dan ditambah keadaanmu yang tidak menunjukkan kemajuan selama enam bulan ini, aku seperti telah kehilangan dirimu, Jack. Aku terbiasa tanpamu. Tetapi dia selalu ada di waktu tergelapku, Jack."

Gabriela, jangan dilanjutkan jika yang akan kau katakan adalah kau sudah menyerah dengan hubungan kita.

"Ini yang aku takutkan saat aku menerima untuk mengikat tali pernikahan di hubungan kita. Aku takut aku tidak bisa mempertahankan hubungan kita." Gabriela menjeda. "Dengar, aku tahu ini salah dan aku mengakuinya. Aku tidak bisa lagi membohongi perasaanku jika aku ... aku mencintainya, Jack. Aku mengkhianatimu, aku menyakitimu, aku tidak pantas untukmu." Dan semua berakhir isakan penuh penyesalan.

Sedangkan aku ... tidak tahu. Aku tak bisa menyalahkannya, karena mungkin memang letak kesalahannya ada pada diriku, hanya saja aku tak menyadarinya. Seharusnya aku membencinya. Sayangnya aku tak bisa sebab aku mencintainya dengan hatiku, bukan egoku.

Tak apa, Gabriela, kejarlah kebahagiaanmu. Rasa sakit ini biar aku yang tanggung. Happy you, happy me.

"Satu hal lagi. Aku sudah lama memesan sebuah rumah di Hawaii, awalnya tengah diperbaiki tapi kini sudah selesai seluruhnya. Besok ... aku dan Lavy akan pindah ke sana, Jack. Maaf baru memberitahumu sekarang."

Kuharap dia bercanda saat secara tidak langsung akan menjauhkanku dengan Lavender. Kukira dia hanya akan menoreh satu luka. Tetapi ternyata dia membuat luka lainnya yang lebih dalam. Seharusnya dia tahu jika Lavender adalah duniaku. Semua orang bahkan tahu aku tak bisa jauh dari Lavender. Aku selalu melakukan apa pun untuk dirinya, bahkan jika harus kehilangan pekerjaanku. Aku bahkan pernah tidak menghadiri beberapa event hanya untuk memiliki waktu dengan putriku. Aku mencintainya lebih dari aku mencintai diriku sendiri.

StuckWhere stories live. Discover now