[xxii] Was Revealed

761 110 105
                                    

Sometimes when I say "I am okay" I want
someone to look at me in the eyes and tight
and then say 'you are not'

Paulo coelho

**

Brother ─  started

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brother ─ started























**

Darren mengingkari janjinya. Lagi.

Seperti pada acara acara pemakaman umumnya. Semua kerabat, orang orang dekat anggota keluarga, tetangga, hingga teman teman sekolah yang ada di London datang menghadiri acara pemakaman Darren. Membawakan sejuta kalimat sabar, tabah, ikhlas dan sebagainya.

Jansen kira─semalam Teresa tidak sungguhan mengatakan kakaknya telah pergi, ia mengira defibrillator bisa mengembalikan jantung kakaknya, namun ternyata, dokter juga mengatakan hal yang sama.

Sementara Alice, dia sudah terhitung lima kali tidak sadarkan diri sejak tadi malam, berharap semuanya bisa kembali seperti semula saat ia bangun nanti, namun harapannya harus pupus direnggut kenyataan bahwa putra sulungnya benar benar telah berpulang.

Sejak tiba di pemakaman Alice hanya diam membisu sambil terus menangis. Tidak mau makan, minum dan tidak mau berbicara. Ia belum sempat memeluk Darren untuk yang terakhir kalinya, belum sempat mengucapkan kalimat perpisahan pada anak sulungnya, Darren pergi secepat senja tenggelam. Yang ia lakukan saat itu hanya menatap kosong sekujur tubuh kaku tidak bernyawa Darren.

Banyak orang berusaha membuatnya tetap tegar, termasuk Abigail yang tidak berhenti mengelus pelan pundak sempit Alice sejak tadi, ia tau betul bagaimana sedihnya Alice sebagai seorang ibu yang telah kehilangan anaknya.

Kemudian Jev, rasa penyesalannya tidak bisa digambarkan melalui kata kata karena saking besarnya. Terakhir kali ia melihat sahabatnya ketika laki laki itu pulang dari rumah sakit, dia belum berpamitan sebelumnya untuk pulang ke London, Jev belum memiliki rencana untuk menyusul sahabatnya ke London, tapi kemudian tiba tiba saja semuanya berlalu, tiba tiba saja sahabatnya pergi. Jev masih sempat melihat senyum cerah Darren sebelum dia memutuskan untuk pulang ke negara kelahirannya.

'Andai gue dateng lebih cepet, andai gue tau, lo bukan hanya sekedar pulang ke London..' jev.

Setelah acara pemakaman selesai, semua orang satu persatu melangkah pergi. Hanya tersisa anggota keluarga dan teman dekat.

Jansen berlutut tepat didepan makam kakaknya. Sambil meremat kuat batu nisan yang sedikit tertutup oleh salju, tepat di permukaannya terukir nama Darren─Jansen kembali menangis. Menangisi kepergian saudaranya. Kembali menyesali perbuatan bodohnya karena telah mempercayai wanita seperti amber dan Sophia saat ia kehilangan memorinya.

BROTHERWhere stories live. Discover now