[ii] I Hate You

1.6K 236 203
                                    

Aku tumbuh dewasa tanpa keluarga yang lengkap, dan itu sangat sulit.

Jansen

Tentang kejadian di kantin kemarin siang─jujur saja sebenarnya Jansen tidak ingin bertindak seolah ia membenci Darren, ia sangat ingin memeluk tubuh yang sekarang agak lebih kecil darinya itu, ingin bertanya banyak pada kakaknya, ingin mengadu ten...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tentang kejadian di kantin kemarin siang─jujur saja sebenarnya Jansen tidak ingin bertindak seolah ia membenci Darren, ia sangat ingin memeluk tubuh yang sekarang agak lebih kecil darinya itu, ingin bertanya banyak pada kakaknya, ingin mengadu tentang apa saja yang selama ini ia alami selama tidak ada kakak dan ibu kandungnya.

Namun itu semua terkalahkan oleh rasa gengsinya yang besar.

Kemudian tadi sore─ketika sekolah sudah mulai sepi karena para murid sudah banyak yang pulang termasuk ale. Jansen melihat Darren yang tengah fokus mengerjakan sesuatu di dalam perpustakaan, Jansen sangat ingin bertemu dengannya, namun niatnya ia urungkan ketika tiba tiba Darren mengemasi barangnya dan beranjak dari tempat duduknya, Jansen buru buru bersembunyi. Sepertinya rasa ragu kembali menyelimuti dirinya, rasa takut untuk bertemu sang kakak menghantuinya.

Tidak sampai di sana, Jansen juga diam diam mengikuti Darren sampai lahan parkiran sekolah, disana juga dirinya melihat wanita cantik yang wajahnya tidak berubah sama sekali, tetap indah dan bersinar seperti dulu, alice tetap menjadi wanita paling cantik yang pernah ia lihat, cinta pertamanya di dunia ini sejak ia di lahirkan dari rahimnya. Sungguh─Jansen sangat merindukan dua orang yang tengah mengobrol dengan senyum merekah di ujung sana.

Beberapa menit setelah Darren dan ibunya pergi─jemputan Jansen datang. Ia menghela napas malas ketika sang ibu tiri berwajah super menjengkelkan itu keluar dari mobil milik ayahnya.

Wajah anggun yang sangat Jansen benci, sifat sok baik yang sangat memuakkan, membuat mood Jansen seketika lenyap.

Dia tersenyum, senyuman yang tidak pernah Jansen sukai juga, cowok itu kembali menghela napas malas sambil merotasikan bola matanya ketika netranya menangkap sosok mungil duduk di kursi belakang, namanya Daisy Lawrence Brown. Adik tirinya, juga anak kandung papa.

Sekarang, Jansen masih melamun di sofa besar ruang keluarga, pikirannya masih melayang pada kakaknya, mungkin raut sedih di wajahnya membuat gadis kecil yang tengah asik bermain sendiri di karpet itu tertarik untuk mendekat pada Jansen. Ia berlari kecil menghampiri kakaknya, Jansen yang sudah badmood duluan hanya melirik sinis pada anak itu.

Ia bukan benci terhadapnya, tapi wajahnya yang sangat mirip dengan ibunya itu membuatnya selalu ingat pada wanita yang telah mengambil alih posisi ibu kandungnya.

Tangan mungil itu menyentuh punggung tangan Jansen, Jansen yang tidak suka pun menepisnya, tidak terlalu keras tapi entah mengapa membuat anak itu terkejut dan terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan badannya, Daisy menangis saat itu juga, membuat mood Jansen makin buruk dan ia semakin jengkel karena tangisannya yang menurutnya berisik.

"shut up."

Jansen berusaha selembut mungkin menyuruh Daisy diam, namun bukannya semakin reda─tangisan anak itu malah semakin keras, mengundang ibunya untuk datang.

BROTHERWhere stories live. Discover now