Chapter. 28

10.7K 1.2K 199
                                    

Gue udah nganggurin cerita ini setengah taon. Anjay!

Tidak bisa tidur, walau mengantuk. Tidak bisa beristirahat, walau lelah. Akhirnya, Jared memutuskan untuk membelah kayu dengan tujuan melelahkan diri. Entah sudah berapa banyak kayu yang dibelah, bahkan sudah melebihi batas maksimal jumlah kayu bakar untuk perapian, tapi Jared terus membelah.

Pengalihan perhatian, itulah yang dibutuhkan, juga sebagai pelampiasan emosi untuk tidak gegabah dalam bertindak. Mendapati kenyataan berupa Estelle dan Royce yang sedang berada di rumah orangtuanya sudah membuat Jared panik.

Sudah setahun belakangan, Jared kerap kali menjadi orang yang mudah panik dalam segala hal, dan itu berlaku jika berhubungan dengan Estelle dan Royce saja. Dua orang itu seperti api kecil yang ada pada lilin di musim berangin, dan harus dijaga supaya tidak mati. Jika mati, maka Jared sudah ingin lenyap di saat itu juga.

Dengan alat komunikasi yang terpasang di telinga, Jared bisa mendengar berbagai macam suara yang terdengar dari rumah orangtuanya. Tentu saja, suara ibunya mendominasi. Sudah bisa dipastikan jika ibunya terdengar begitu senang dan antusias dalam merawat Royce di sana. Sesekali, suara ayahnya terdengar, dilanjutkan beberapa suara di belakang yang tampaknya menerima perintah dari orangtuanya.

Jared menaruh satu batang kayu di atas tumpuan, lalu mengayunkan kapak untuk membelah dengan kuat, dan mengumpulkan belahan kayu ke sisi kanan. Hendak kembali mengambil batang kayu, tatapannya menoleh ke belakang saat mendengar ada derap langkah yang menuruni tangga kayu. Estelle.

Wanita itu tertidur seperti bayi sejak tiba, dan baru terbangun. Masih begitu menawan, meski baru saja bangun tidur dengan rambut bergelombangnya yang tidak teratur. Sepasang mata birunya tampak begitu berkilau saat menatap Jared, meski ada kesan bingung di sana.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Jared sambil menaruh kapaknya dengan sembarangan, dan segera berjalan menghampiri Estelle.

Hendak membungkuk, tapi Estelle sudah lebih cepat menahannya dengan menaruh dua tangan di punggung tangannya sambil menggeleng cepat dan ekspresi tidak setuju. "Aku bukan ratumu, dan tidak sedang berada di Almauric. Berhenti bersikap seperti ini."

"Maaf, aku hanya bersikap spontan," ucap Jared dengan suara bergumam.

Estelle menarik tangannya dan kembali memeluk dirinya sendiri sambil menatap Jared dengan tajam. "Aku merasa lapar, apakah ada makanan?"

"Tentu, apa yang kau inginkan?" balas Jared sambil mengarahkan jalan agar mereka kembali masuk ke dalam rumah.

"Apa saja, aku sangat lapar," gumam Estelle pelan.

Jared mengangguk dan mempersilakan Estelle untuk duduk di kursi, lalu segera mengambilkan makanan yang sudah dikirim oleh ibunya sekitar sejam yang lalu di pantry, dan memanaskannya di microwave. Sembari menunggu, Jared hendak menyiapkan alat makan, tapi Estelle sudah beranjak untuk mengambilnya di rak.

"Biarkan aku saja," ucap Jared.

"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri, dan ini hanya mengambil piring, Jared," balas Estelle sambil mengeluarkan dua buah piring beserta sendok dan garpu.

Jared terdiam dan membiarkan Estelle menata alat makan di meja. Dia merasa salah tingkah dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena melihat seorang Estelle melayani diri sendiri. Hal yang tidak umum untuk dilihat setelah bekerja selama satu tahun di Almauric. Meski demikian, ada rasa senang saat melihat Estelle bersikap apa adanya, dan berada di rumahnya dengan hanya berdua saja seperti ini.

Bunyi dentingan microwave membuat tatapan Jared teralihkan. Dengan cepat, Jared mengeluarkan makanan berupa Chicken Pot Pie buatan ibunya. Saat makanan itu disajikan di meja, Estelle memekik antusias.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Sadden QueenWhere stories live. Discover now