Chapter. 12

12K 1.4K 189
                                    

WARNING : PART TERHOROR 💩
Written by. CH x She_Liu
Aing tatut...

Jared nyaris lupa bagaimana caranya untuk bernapas ketika melihat Estelle bersimbah darah dalam rengkuhan ibunya. Mengumpat kasar ketika melihat bagaimana cara kerja anak buah ayahnya yang tidak becus dalam mengawasi gerak gerik musuh yang berada di gedung sebrang, sampai harus kecolongan seperti itu.

Sialnya, dia tidak membawa senjata sama sekali dan hanya mengandalkan jasa anak buah ayahnya untuk mengawasi Marion dan Estelle dari kejauhan. Setelah orang itu melepas tembakan yang sepertinya ditujukan untuk Marion dari arah sebrang, pihak anak buah Jarvis langsung melakukan tindakan dengan membalas tembakan itu dari berbagai sisi, hingga orang itu jatuh di sana.

“Estelle! Estelle! Dengarkan aku!” panggil Jared sambil menekan bahu kanan Estelle dengan keras.

Wanita itu sudah tak sadarkan diri dan itu membuat Marion menangis histeris. Berada di sebuah restoran milik istri dari salah satu petinggi, Liam, membuat mereka segera mendapat pertolongan karena beberapa pelayan mereka, salah satunya Pierre, langsung menginstruksikan untuk membawa Estelle ke sebuah ruangan di lantai atas.

“Mom, telepon Dad untuk mengatasi kericuhan yang terjadi!” seru Jared sambil membopong Estelle, dimana Marion tampak linglung dan mengangguk untuk segera melakukan perintah Jared.

“Estelle, bangun! Bangun, Sayang!” desis Jared sambil memeriksa denyut nadi di sisi leher Estelle. “Pierre, ambil beberapa serum pertolongan pertama!”

Di lantai teratas, atau tepatnya di balik dinding ruang kerja yang dimiliki Mrs. Chelsea, terdapat sebuah ruang rahasia yang sengaja dibangun Liam untuk pertemuan rahasia yang dilakukan beberapa petinggi sejak dulu. Ruangan itu juga difungsikan sebagai tindakan darurat seperti ini.

Pierre segera kembali dengan membawakan apa yang dibutuhkan Jared, membantunya untuk menekan bahu kanan Estelle selagi Jared menyuntikkan beberapa serum pertolongan ke dalam tubuh Estelle. Kemudian, infus dipasangkan, bersiap untuk melakukan operasi kecil guna mengambil peluru yang bersarang di bahu kanan Estelle.

“Tolong temani ibuku, Pierre. Dia sudah cukup tertekan, dan tutup restoran ini! Aku membutuhkan bantuan tenaga medis untuk bisa sampai ke sini,” ucap Jared tanpa sekalipun menoleh pada Pierre.

Okay,” balas Pierre yang segera melakukan perintahnya.

Jared berusaha untuk berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya dengan degup jantung yang tak beraturan dan peluh yang membasahi keningnya. Ada semacam ketakutan yang terasa asing saat melihat wajah Estelle memucat dan tubuhnya menjadi dingin. Dia mengenyahkan pikiran sialan itu dengan menggeleng cepat, sambil terus memasangkan berbagai peralatan di tubuh Estelle.

Tidak menyangka akan mendapatkan serangan yang tiba-tiba, dan ingin segera mengetahui siapa yang melakukan, tapi itu bisa nanti. Sebab, urusan yang lebih penting adalah menangani Estelle. Meski bekerja sendirian, tapi bisa ditangani dengan cekatan, Jared tampak tidak peduli dengan beberapa suara yang terdengar dari luar sana.

Sorot matanya tertuju pada bahu kanan Estelle yang berlubang setelah bercak darah di kulit dibersihkan. Meski gugup, tapi tidak ada keraguan dalam diri Jared untuk segera mengambil peluru yang berada di dalam sana.

“Apa dia baik-baik saja?” suara Jarvis terdengar dari arah belakang.

“Kau bisa melihatnya sendiri,” balas Jared tanpa mengalihkan tatapan karena sudah bersiap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

Jared merasakan adanya kedatangan beberapa orang, yang adalah tim medis kepolisian untuk membantu proses operasi kecil yang dilakukannya. Sama sekali tidak ingin menyerahkan pekerjaan itu, Jared tetap melakukan kegiatannya dan memimpin kegiatan itu dengan tenang.

The Sadden QueenWhere stories live. Discover now