Chapter. 9

12.9K 1.2K 55
                                    

Written by. CH x She_Liu

Estelle yakin jika dirinya sudah gemetar. Sudah tertangkap basah, dia merasa ketakutan saat harus berhadapan dengan Jarvis. Berbagai pikiran berkecamuk tentang apa yang sudah mereka lakukan, tapi tetap tidak mendapat jawabannya. Semua karena dia yang tertidur dengan lelap. Tidak, bukan hanya dia, tapi juga Jared yang tidur begitu lelap hingga lepas malam, dan pulang dengan cara mengendap seperti pencuri.

"Tidak ada yang bisa menjawab?" tanya Jarvis dengan alis terangkat sambil menatap keduanya bergantian.

"Kami...,"

"Kami hanya pergi bersenang-senang, Dad," sela Jared cepat. Nadanya terdengar sinis dan tidak senang. Tampak terusik dengan tuntutan jawaban dari ayahnya. "Apakah kami adalah remaja yang perlu kau intimidasi dengan pertanyaan seperti itu?"

"Jika kau menunjukkan sikap baik pada Estelle, tentunya aku tidak akan berpikir macam-macam," desis Jarvis, lalu menatap Estelle dengan tajam, namun lembut di sana. "Estelle, bisakah kau memberi jawaban padaku? Aku tidak yakin jika Jared tidak mengancammu atau menyulitkanmu saat kau bersamanya."

Jared memutar bola matanya saat mendengar ucapan Jarvis. Estelle memberanikan diri untuk maju selangkah dan menatap Jarvis dengan seluruh keberaniannya.

"Kami berjalan-jalan," ucap Estelle dengan gemetar, lalu mengerjap cemas melihat ekspresi Jarvis. "Jared mengajakku ke restoran temannya di pusat kota."

"Really?" tanya Jarvis sambil melirik pada Jared dengan tatapan tidak percaya. "Kau mengajaknya ke tempat Arthur?"

"Bukankah dia sudah menjawabmu, Dad? Untuk apalagi kau menanyakan hal yang sama? Tidak percaya? Ingin menelepon Arthur untuk memastikan bahwa kami ke sana?" sindir Jared dengan sinis.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada kejadian seperti dulu, yaitu kau dengan Patricia. Apa kau paham maksudku?" balas Jarvis tanpa beban.

Patricia. Mendengar nama itu, membuat napas Estelle memberat. Sudah terlalu banyak orang yang mengaitkan Patricia dengan Jared. Si pemilik restoran pun mengatakan hal yang kurang lebih sama. Ada rasa tidak nyaman dalam hati Estelle ketika nama itu selalu disebut di depannya. Harusnya itu bukanlah gangguan, sebab wanita itu sudah menjadi istri kakak sepupunya, tapi ternyata rasa tidak nyaman itu semakin merayap dalam hati.

"Aku dan Jared tidak akan melakukan apapun yang kau cemaskan, Dad. Kami tidak seperti itu," ucap Estelle dengan tegas.

Baik Jarvis ataupun Jared sama-sama menoleh ke arahnya dengan tatapan yang beragam. Estelle terlalu marah untuk mengendalikan nada suaranya yang terdengar begitu lantang dan ketus, sehingga tidak menyadari sudah berbicara tidak sopan pada orang lain.

"Maksudku,..."

"Maaf jika aku tidak sopan," sela Estelle lagi. "Aku hanya ingin merasakan kehidupan normal dengan menerima tawaranmu untuk tinggal di sini. Jika hanya karena pulang tengah malam, lalu kau bersikap seperti ayah yang akan menindak tegas dan menghukum kami, kurasa itu sama saja. Aku tidak ingin lagi terkekang dan jangan memaksaku untuk tinggal dalam lingkungan yang sama."

Mengabaikan ekspresi tertegun dari kedua pria itu, Estelle meneguhkan diri untuk menarik napas dan mengembuskannya keras. Bingung sekaligus heran dengan amarah yang tiba-tiba menguar dalam dirinya.

"Estelle! Akhirnya kau pulang, Nak," seru Marion sambil menuruni anak tangga dengan tergesa, lalu berlari menghampiri Estelle dan memeluknya. "Aku mencemaskanmu. Apa kau baik-baik saja?"

Estelle mengangguk sambil menerima pelukan itu dengan canggung. Jika dia sudah terbiasa dengan sikap seorang ayah yang overprotektif, kini dia merasa asing dengan sikap seorang ibu yang tampak begitu cemas saat melihat kepulangannya. Sekali lagi, dia kebingungan dengan mata yang tiba-tiba memanas dan tidak mampu membendung airmatanya.

The Sadden QueenΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα