OO22 - Perdebatan

31.5K 2.8K 13
                                    


Ares keras kepala, menyebalkan sangat menyebalkan minta ditabok tapi sayang nanti bonyok

- Kata Harin yang sebenernya takut sama Ares.

Hari demi hari berlalu, Harin sudah sembuh. Dia sudah bisa berjalan tanpa tongkat kruk dan berkuliah kembali dengan lancar jaya. Setelah pulang kuliah seperti biasa dia menuju rumah sakit karena Ares sekarang sedang menjalani proses pemulihan.

"Gue balik duluan ya Sya, Sona mana?" tanya Harin. Menyampirkan totebag dan menenteng beberapa buku di tangan.

"Lo tau kan wakahim fakultas kita tuh sibuk? Akhir akhir ini ada event lagi, Sona keliatan kek orang stress." sahut Dasya. Padahal sendirinya sama saja, sibuk desain poster dan feeds ig sana sini sampai minta saran ke Harin.

"Ada faedahnya juga ikut himpunan sih, tapi gue keknya lebih betah jadi kupu kupu sejauh ini." ucap Harin. "Kelar event rehat bentar, lo butuh istirahat." sarannya. Cewek itu memberi sebungkus cokelat, "Biar lo semangat, ada satu doang potekan nanti sama Sona."

"Anjir cadburry seuprit suruh potekan. Buat gue semua lah." sahut Dasya mengelak.

"Jangan maruk. Ntar gue beliin kelar event."

"Dasar holkay mau beli sepabrik juga gas." cibir Dasya pelan.

Harin tertawa kecil. "Oh jelas, mau sepabrik? Ntar gue bikin patung cokelat juga."

Kehebohan di depan kelas membuat Harin dan Dasya menoleh. Sepertinya mereka tahu mengapa jadi heboh begini.

"Sana pergi, para pangeran sudah menjemput." ledek Dasya sambil menampilkan gestur mengusir.

"Pangerannya mereka gue mah upik abu."

"Merendah untuk ditendang nih manusia," cibir Dasya membuat Harin tertawa lagi.

"Sialan. Ada Yohan keknya, mau liat engga?" tanya Harin. Alisnya naik turun, menggoda Dasya.

Dasya cengar cengir. "Boleh yok. Asupan cogan tuh penting." ucapnya sambil merangkul Harin menuju sumber kehebohan yaitu depan kelas mereka.

Sudah bukan rahasia jika Dasya dan Yohan punya sedikit hubungan yang bahkan tidak dimengerti oleh mereka berdua. Seperti akrab tapi saling bermusuhan ketika bertemu namun Dasya senang melihat kehadiran Yohan dimanapun cowok itu berada dan Yohan sendiri tanpa meledek Dasya pasti ada sesuatu yang kurang dari hidupnya.

Membingungkan bukan? Jangankan kalian, yang jalanin juga bingung.

"Dasya, mata lo kayak nenek lampir."

Baru dibilang kan, udah mulai serangan pertama.

"Rambut lo lepek, belum keramas ya?" balas Dasya dengan senyum semanis racun.

"Rin, fakultas lo ciwinya pada heboh ya?" bisik Arkan pada Harin.

Harin terkekeh. "Rada bringas juga, tiati lo Ar."

"Anjirlah, siaga satu mayday harus cepet kabur dari sini."

"Udah kelar matkul kan?" tanya Alvaro. "Mau beli odading dulu? Gue inget lo dulu pengen."

RecherchèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang