OO2 - Accident

80.5K 5.9K 92
                                    


“Rin, udah makan?” Tanya Arkan. Cowok berdarah Kanada itu mulai cemas melihat wajah Harin yang makin pucat.

Harin mengeleng lemah. Matanya hanya menatap sosok Ares yang terbaring diatas brankar dengan pandangan kosong. Ares masih belum sadarkan diri padahal hari sudah malam.

“Makan dulu gih, si Ares mah strong bentar lagi juga sadar.” Hibur Haikal.

“Belum sadar daritadi Kal,” Sahut Harin pelan, nyaris berbisik. Tenaganya seolah terkuras habis melihat Ares seperti ini.

“Makanya lo makan dulu, nanti dimarahin Ares kalo telat makan.” Ujar Haikal.

“Males, nanti tunggu Ares sadar.”

Yohan melirik Harin, “Ayo makan dulu, gue anterin.”

“Gamau Han, nanti Ares sama siapa?” Tanya Harin polos.

“Lo anggap kita kita apaan?” Tanya Malvin merasa tidak dianggap.

“Loh gue baru sadar ada lo Vin.” Harin nampak terkejut melihat Malvin duduk disebelah Alvaro.

Malvin merengut. Malam ini banyak anak Petra yang menunggui Ares di ruang inapnya termasuk Harin. Kecelakaan Ares yang merupakan Ketua Petra membuat semuanya berada disini sekarang terkecuali Jendra dan Sagara yang sedang study tour ke Bali.

Penjelasan soal Ares yang kecelakaan karena cowok itu menyalip sebuah mobil, tetapi usahanya gagal karena pengendara mobil tersebut sedang mabuk. Tentu saja Ares terpental lumayan jauh dan motornya hancur begitu saja. Padahal Harin tahu jika Ares ingin menuju markas Petra dan malah berakhir di rumah sakit. Sedangkan si pengendara mobil sedang berada di kantor polisi untuk ditangani lebih lanjut.

“Ayo ke kantin rumah sakit. Setidaknya lo harus makan nasi.” Ajak Yohan sembari menarik tangan Harin keluar ruang inap Ares diikuti Kala dan Dana.

“Gue masih—”

“Ayo, nanti kesini lagi kalo dah kenyang.” Potong Dana.

Harin pun menurut diseret menuju kantin oleh ketiga orang tersebut. Mereka pun duduk di salah satu meja. Yohan di depan Harin, Dana dan Kala di kiri kanannya.

“Mau apa? Soto ayam mau?” Tanya Yohan seraya melirik beberapa stand makanan di kantin tersebut.

Harin mengeleng. “Gue nggak napsu dibilangin.”

“Mau ikutan masuk rumah sakit kayak Ares?” Celetuk Kala. Matanya menatap Harin datar.

“Gue belum ngerasa puas kalo Ares belum sadar.” Sungut Harin melihat Kala yang terlihat garang.

“Bandel. Nanti sakit bego.”

Harin merengut. Di detik selanjutnya perutnya berbunyi dengan lancang. Membuat pipi gadis itu bersemu merah, malu. Kampret, pake bunyi lagi. Serunya dalam hati.

Yohan terkekeh. “Mau makan apa Rin? Perut lo udah demo itu.”

Dana pun terkekeh melihat Harin, lain dengan Kala ia hanya tersenyum tipis.

“Yaudah soto ayam. Nasinya dikit aja terus yang pedes. Sekalian sama es teh manisnya. Makasih Yohann,” Sahut Harin seraya tersenyum.

Sekalian nyebur. Udah malu yaudah sekalian malu maluin.

Yohan mengusap lembut kepala Harin, “Oke, gue pesenin. Bentar ya,”

“Gue juga mau Han,” Kata Dana.

"Beli sendiri." Tukas Yohan.

“Gue ke Yohan dulu Rin, lo mau makan nggak Kal?” Tanya Dana pada Kala yang asik bermain ponsel sejak tadi.

“Boleh. Samain aja Dan ntar gue yang bayar.”

Dana mengangguk dan menyusul Yohan menuju stand soto ayam.

Harin diam. Kala diam. Soalnya Harin mau ngajak Kala ngomong pun cowok itu hanya menanggapinya dengan dingin. Sama seperti Ares, namun mereka tetap berbeda. Lagipula Harin sedang tidak memiliki topik untuk mengobrol sekarang. Kepalanya dipenuhi kecemasan akan kondisi Ares.

“Jangan ditekuk keningnya. Cepet tua nanti.”

Harin menatap Kala sekilas lalu berucap, “Iya, sori.”

Diam lagi. Keduanya memang sering mengobrol namun jarang berbicara hanya berdua jadi agak canggung.

“Kalo yang ada di otak lo tentang Ares tenang aja, dia nggak selemah itu.”

Harin mendengus pelan. “Habisnya dia belum siuman. Siapa yang nggak khawatir.”

Kala menepuk kepala Harin dua kali. Persis seperti menepuk kepala anjing. “Lo mirip Ciro.” Katanya iseng yang membuat Harin mendelik kesal. Masa beneran dia disamain sama anjing manja itu?

“Gue tabok lo Kal!”

Kala terkekeh. Dimple lelaki itu muncul, manisnya. Harin tetep kesal, dia masih menyebalkan.

“Apa nih ribut ribut?” Celetuk Dana yang datang dengan dua gelas es teh manisnya.

“Nih Kala ngeselin! Masa gue dibilang mirip Ciro” Adunya pada Dana dan Yohan.

Dana terbahak. “Anjir. Nggak ada akhlak lo Kal.”

“Udah nih makan dulu. Katanya mau cepat liat Ares lagi.” Yohan menyodorkan soto pada Harin.

Harin merengut, lalu mengambil alih es teh manis menyedotnya untuk meredakan kekesalan. Mereka bertiga pun makan dalam diam. Harin menyuap soto ke mulutnya. Ternyata enak. Apa karena efek belum makan dari pagi ya?

“Enak kan?” Tanya Yohan yang diangguki Harin.

“Makanya jangan ngeyel. Maag lo kambuh nanti.”

Beberapa saat kemudian ketiga orang tersebut sudah menghabiskan makanannya. Sisa Harin, gadis itu masih memakan sotonya di akhir. Nasinya sudah habis. Lalu menyedot es teh manis sebagai penutupan.

“Udah kenyang. Ayo ke Ares.”

“Bentar nasinya belum turun ke perut Rin, buru buru banget.” Ujar Dana sambil mengelus perut, kekenyangan.

“Ish, yaudah gue kesana sendiri.” Harin bangun dari duduknya. Baru Yohan mau memanggil tapi Harin berbalik. "Uhm, Yohan, sotonya nanti gue bayar dirumah ya? Dompetnya ketinggalan." Lanjutnya dengan terbata.

Hal tersebut sukses membuat Yohan gemas sendiri. “Makanya jangan buru buru, ayok!”

Dana menyusul begitupun dengan Kala. Diam diam menyunggingkan senyum manisnya saat melihat wajah memerah itu. Kala bergumam, “Gemes.”

oOo

RecherchèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang