OO69. Feeling Gangsta

13.7K 1.5K 145
                                    


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA <3

Happy Reading!

Hujan. Jam satu dini hari, masih di Tongkorongan Alim. Bisa dibilang Harin sedang kerja lembur tapi bisa dibilang juga dia kabur karena belum siap menjelaskan segala sesuatunya pada Ares.

Dia tidak takut, cuma melihat formasi The Four's yang masih berantakan pasti akan membuat Ares marah dan berakhir membubarkan mereka. Harin perlu briefing dulu biar Ares percaya padanya dan rencananya ini.

"Lo mau melindungi kita?" tanya Theo. Terselip nada penuh keraguan disana. Wajar sih, selama ini Harin cuma membayar jasa pukul dan pencarian informasi dengan uang dan sekarang menawarkan kerja sama berkonsep simbiosis mutualisme.

Bagi The Four's klien itu sangatlah berharga. Siapapun yang mampu membayar jasa mereka dengan mahal dan tetap merahasiakan identitas satu sama lain akan dilayani bagaikan Raja. Untuk sampai pada titik ini Harin mengeluarkan banyak hartanya, ia juga bisa dikategorikan sebagai klien utama yang merupakan aset terbesar The Four's.

Tapi kalau menawarkan kerja sama maka The Four's akan kehilangan klien yang bersedia membayar mahal jasa mereka. Mereka yang tadinya berkedok anak jalanan kaya raya bisa saja jadi miskin sungguhan.

"Itu salah satu keuntungan. Masih banyak keuntungan lain," Harin berucap sembari menyamankan posisi duduknya.

"We can't trust someone else, Harin." ujar Arion. Arion setuju tapi untuknya dan para sahabatnya serta ratusan orang dibawah kendalinya mempercayai seseorang terutama Harin belum bisa mereka terapkan.

"Makanya ayo omongin soal itu." Harin tersenyum tipis. "Gue mau bikin kesepakatan, mau denger?"

Mereka semua mengangguk pelan nyaris samar samar lalu hanya menatap Harin dengan seksama. "Seperti yang tadi gue bilang, gue butuh orang. Especially like The Four's for partners." Harin mengetukkan pelan jemarinya di meja, "Gue harus ikut persaingan sebagai Pewaris Utama klan keluarga."

"What do you mean?" tanya Alvin tak paham. 

"I am a Lombardy and I need a favor, Alvin."

"Lo serius!?" tanya Tristan tampak shock. Raut wajah Alvin dan Theo pun menggambarkan keterkejutan mereka. Satu satunya yang tak tertebak hanya Arion.

"Fucking serious." Harin menjawab tegas.

"Bukannya klan Lombardy dikenal cukup pemilih sama perempuan?"

"Bener banget Theo." Harin menyedot bobanya. "Gue jadi cucu perempuan satu satunya kakek tua bangka itu. Kemaren dia nyulik gue ke Milan, gue dibuang di jalanan terus hampir diajak ngamar sama bule, brengsek kan?" lanjut Harin malas.

Arion yang tadinya setengah ngantuk langsung melotot. "Kenapa nggak bilang?!"

"Gue nggak dikasih uang, hp gue dirampok sama si sinting Dimitri."

"Anjrit, kok lo bisa balik?" tanya Tristan yang membuat Arion memukulnya.

"Anak Petra nyusulin gue kesana." Harin menarik napas. "Balik lagi ke awal, simbiosis mutualisme kita jadi diresmiin nggak?" tanyanya sambil menatap satu persatu anggota The Four's dengan sorot datar.

Kemudian hening. Mereka saling tatap menatap seolah sedang bertelepati lewat hati. Harin mendengus pelan, jam terus berputar dan ponselnya tak berhenti diteror Ares.

"Ya."

Harin mendongak lalu menampilkan senyuman tanda senang. "Gue kirim file poin poin pentingnya ke emailnya Ion nanti."

RecherchèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang