4

439 55 3
                                    


Minggu pagi yang cerah.

Wonwoo memilih untuk duduk di bawah pohon dedalu yang ada di halaman rumahnya dengan buku dan sebotol cola. Selang beberapa menit kemudian, dia menutup buku di tangannya dan memejamkan mata menikmati semilir angin menerpa wajahnya. Samar-samar ia bisa mencium aroma beberapa bunga yang ditanamnya di taman.

Suasana disana terasa begitu tenang dan ketenangan ini sungguh tidak baik untuk kesadaran Wonwoo. Perlahan rasa kantuk mulai menyerangnya. Mengundangnya mengarungi pelabuhan kapuk yang damai. Membuainya dalam mimpi yang sulit tercapai.

Wonwoo tidak tahu berapa lama dia tertidur. Dia meregangkan badannya sembari menguap lebar dengan mata setengah tertutup. Dan ketika mata sipitnya terbuka sempurna, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memekik terkejut.

"Apa yang kau lakukan disini?!" tanyanya kaget.

Mingyu tersenyum menunjukkan gigi taringnya yang sexy -setidaknya begitu kata penggemarnya.

"Menemanimu tidur?" jawabnya santai.
Wonwoo berdecak, "Sejak kapan kau disini?"

"Aku melihatmu duduk terkantuk-kantuk disini dan memutuskan untuk menghampirimu. Dan menemanimu sampai... sekarang."

Wonwoo mengusap wajahnya kasar berusaha menghilangkan sedikit rasa kantuk yang masih menggelayut manja.

"Aku sama sekali tidak menyangka kalau kau tipe orang yang akan tidur disaat jam masih menunjukkan pukul 9 pagi." Goda Mingyu.

"Bukankah semua orang seperti itu di setiap akhir pekan?" elak Wonwoo.

"Aku tidak."

Wonwoo lagi-lagi berdecak sebal, "Lebih baik kau segera masuk. Jangan menggangguku disini!" usir Wonwoo.

"Kau tidak ikut masuk?"

"Tidak."

"Kau tidak ingin menemaniku?"

"Tidak!" jawab Wonwoo tanpa pikir panjang.

Mingyu berdecak kemudian menekan kedua pipi Wonwoo kuat-kuat saking gemasnya -membuat bibir pemuda di depannya maju beberapa senti.

"Yukk! Uphu hyung khu hukhukhun?! (Yak! Apa yang kai lakukan?!)" sentak Wonwoo. Tangannya berusaha menarik tangan Mingyu menjauh namun hasilnya nihil.

"Huphuskhun ekhu, shuul! (Lepaskan aku, sial!)"

Mingyu mengacuhkan semua teriakan Wonwoo dan baru menjauhkan tangannya ketika melihat mata sipit Wonwoo dipenuhi air mata. Tangan pria berkulit pucat itu segera bergerak mengusap pipinya yang memerah.

Melihat betapa merahnya pipi Wonwoo, mau tidak mau rasa bersalah hinggap di hati Mingyu, "Hei, apa sangat sakit?"

Tidak ada jawaban.

Mingyu yang khawatir merubah posisi duduknya menjadi berjongkok dan mengintip wajah Wonwoo yang tengah menunduk. Kekhawatirannya membuat dia kehilangan kewaspadaan hingga..

"Yak!" teriaknya ketika Wonwoo tiba-tiba menyerangnya dengan menekan kedua pipinya -seperti yang dilakukannya pada Wonwoo- dan mendorongnya kesamping hingga dia jatuh terduduk. Lantas Jeon Wonwoo segera berlari ke dalam rumah setelah meringkus barang-barangnya.

"Jeon Wonwoo! Kau menipuku?!" teriak Mingyu murka kemudian mengejar Wonwoo dengan kecepatan penuh.

Wonwoo membuka pintu rumahnya dengan kasar membuat Seulgi yang duduk di ruang tamu tersentak kaget.

"Wonwoo-ya! Kau membuatku kaget!" serunya.

"Maaf, Noona. Aku dikejar-kejar makhluk astral." Jawab Wonwoo asal membuat Seulgi menatapnya aneh.

SequoiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora