11

483 53 15
                                    




“Kau lihat? Wonwoo tidak selemah itu. Setidaknya dia tidak ingin terlihat lemah untukmu.” Ungkap Mingyu.

Seulgi masih mengamati Wonwoo ketika matanya bersirobok dengan milik Jun.

“Seulgi-ya, Mingyu-ya!” sapa pemuda China itu lantang. Sontak tiga temannya yang lain berbalik dan mengikuti arah pandangnya.

“Hai, kalian! Pagi-pagi kalian sudah membuat kami iri!” sapa sekaligus sindir Soonyoung.

Mingyu melambaikan tangan membalas sapaan mereka sedangkan Seulgi hanya tersenyum.

Empat anak manusia itu segera mendatangi meja Seulgi dan Mingyu setelah mendapatkan pesanan mereka -bergabung tanpa meminta izin lebih dulu. Jun dan Soonyoung bahkan menarik kursi dari meja lain agar bisa duduk bersama yang lainnya.

“Wonwoo-ya, kau tidak ingin mengatakan sesuatu pada pasangan yang selalu berkencan seperti mereka? Bagaimana dengan efek hormon entah apa itu yang kau katakan padaku dan Jihoon kemarin?” tanya Soonyoung bermaksud menyindir pasangan Seulgi dan Mingyu lagi.

“Kenapa tidak kau saja? Mari kita lihat apa kau mendengarku atau tidak!” tantang Wonwoo.

Soonyoung berdecak, “Kau menantangku? Baik-baik.”

“Jadi begini. Cinta itu merupakan efek dari suatu hormon dalam tubuh manusia yang tidak akan bertahan lebih dari tiga tahun. Jadi jangan berlebihan selama masa tiga tahunmu itu.”

“Aku menjelaskan panjang lebar dan hanya itu yang kau ingat? Bagus sekali!” cibir Wonwoo.

Mingyu tersenyum melihat perdebatan antara Soonyoung dan Wonwoo. Merasa senang karena meja yang awalnya sepi menjadi super berisik dengan kehadiran mereka.

“Soonyoung-ah, bukannya karena hanya berlaku selama tiga tahun itulah kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin?” elak Mingyu.

Soonyoung terdiam sebelum menoleh ke arah Mingyu dengan tatapan penuh rasa kagum.

“Kau benar.” Dia menoleh ke arah Wonwoo, “Kau menipuku!” celanya.

“Salahmu mudah ditipu!” cibir Wonwoo balik. Soonyoung mendengus sebal.

“Jihoon-ah, seperti yang dikatakan Mingyu, sepertinya kita..”

“Tidak!” tolak Jihoon acuh bahkan sebelum Soonyoung menyelesaikan kalimatnya.

Soonyoung tertunduk pasrah. Menerima penolakan kejam Jihoon sekaligus tawa mengejek dari teman-temannya dengan sukarela.

“Kalian semua terlalu kejam untuk hatiku yang selembut kapas.” Keluhnya.

Ditengah semua percakapan itu, sesekali Seulgi melirik Wonwoo yang duduk di sampingnya. Saudara kembarnya itu terlihat tidak memikul beban sama sekali. Persis seperti yang dikatakan Mingyu.

‘Apa aku benar-benar khawatir berlebihan?’ tanya batinnya.

Dia kembali melirik Wonwoo.

Apa yang harus kukatakan padanya? Apa ini waktu yang tepat untuk membicarakannya? Tapi kalau tidak sekarang, aku mungkin tidak akan memiliki kesempatan yang sama.

Seulgi menggigit bibir bawahnya gugup, “Won..”

Noona, kau tidak ingin membaginya denganku?”

Seulgi terpaksa menghentikan kalimat yang sudah berada di ujung lidah saat mendengar Wonwoo berbicara padanya.

“Ya?”

Wonwoo tersenyum dan menunjuk Red Velvet yang masih tersisa setengah di piring Seulgi, “Noona tidak ingin membagi itu denganku?”

Seulgi melihat Wonwoo dan kue di depannya bergantian berulang kali sebelum terkesiap sadar.

SequoiaWhere stories live. Discover now