31

237 27 5
                                    

Seulgi sudah puluhan kali menekan bel pintu apartemen Mingyu tapi tidak ada jawaban sama sekali. Dia juga sudah menghubungi ponsel Mingyu hasilnya sama saja. Teman-teman Mingyu yang ia hubungi juga mengatakan tidak tahu menahu tentang keberadaan pemuda itu. Jelas itu membuatnya khawatir setengah mati.

“Kalau sampai orang yang kuhubungi ini juga mengatakan tidak tahu kau dimana, aku bersumpah akan menghubungi polisi, Kim Mingyu.” geramnya.

Sambungan itu baru berdering sekali ketika matanya menangkap sosok pemuda bertubuh tinggi baru keluar dari lift dengan kotak kardus di tangan. Ia buru-buru mematikan sambungan dan menunggu. Mingyu yang baru keluar dari lift dengan kepala tertunduk fokus pada kardus di tangannya jelas tidak menyadari keberadaan Seulgi yang menunggunya dengan kaki diketukkan ke lantai dan ekspresi marah.

“Kau akhirnya muncul, eoh?!”

Mingyu jelas terlonjak kaget mendengar suara teriakan yang tiba-tiba itu, “Seulgi-ya, kau mengagetkanku.” tegurnya setelah berhasil menenangkan diri. Dia membuka pintu dan mempersilahkan Seulgi untuk masuk.

Seulgi mendengus tapi tetap melangkah masuk mengikuti Mingyu.

“Jadi ada apa?” tanya Mingyu setelah meletakkan kotak kardus yang ia bawa ke atas meja ruang tamu.

“Seingatku yang artis disini adalah aku, tapi kenapa kau yang sulit dihubungi?”

“Aku tidak mengerti.”

Seulgi menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menatap Mingyu lekat-lekat, “Kemana kau selama seminggu ini? Kenapa sulit sekali dihubungi?” cecarnya. Dia merasa wajar bersikap seperti ini karena pemuda di depannya bukan hanya bersikap seperti itu padanya melainkan pada semua teman-temannya termasuk Seungcheol. Dan itu tidak biasanya.

“Aku di rumah orang tuaku. Ibu memintaku pulang dan kebetulan jatah cutiku masih ada jadi kuiyakan saja”

Seulgi menghembuskan napas lega, setidaknya Mingyu tidak melakukan hal aneh, “Lalu kenapa kau sulit dihubungi?”

“Aku hanya ingin menikmati masa cutiku dengan tenang tanpa mendengar ocehan kalian.” Mingyu menghalau bantal sofa yang dilempar Seulgi sambil terkekeh, “Sialan kau! Sia-sia kami khawatir.” umpat gadis itu yang membuat kekehan Mingyu berubah menjadi tawa.

Meskipun merasa lega, diam-diam Seulgi mengamati Mingyu dari atas sampai bawah untuk memastikan kondisi mantan kekasihnya itu. Syukurlah tidak ada yang aneh. Lalu matanya beralih pada kotak kardus di atas meja.

“Kardus apa ini?”

Mingyu yang tidak kunjung menjawab membuat Seulgi menghentikan kegiatannya mengamati kotak itu dan beralih pada Mingyu, “Mingyu-ya? Kau mendengarku?”

Mingyu mengangguk, “Aku membawakan itu untukmu.” 

Jawaban itu jelas membuat Seulgi mengernyit bingung, “Seingatku ulang tahunku masih lama dan aku tidak melakukan apapun yang membuatku pantas mendapat hadiah.”

“Kau bawa saja. Aku memberikannya untukmu.”

“Kalau kau bersikeras.” Seulgi melihat jam di pergelangan tangannya, “Karena aku sudah tahu keadaanmu dan kau baik-baik saja, aku akan langsung pulang” Gadis itu beranjak tidak lupa membawa kotak yang Mingyu berikan padanya. Diluar dugaan kotak itu tidak seberat yang ia pikir melihat ukurannya yang cukup besar.

Mingyu mengantar Seulgi sampai pintu depan saat gadis itu tiba-tiba berbalik dengan ekspresi serius, “Ada apa?”

“Kau tidak ingin bertanya apa Wonwoo sudah mengirim pesan bulan ini atau tidak?”

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang