10

489 60 29
                                    

“Wonwoo-ya.” Panggil Seulgi dengan kepala menyembul di balik pintu.

Wonwoo sontak mempercepat kegiatan mengganti bajunya.

Seulgi mencibir kemudian melangkah masuk, “Tidak perlu bertingkah seperti itu. Aku bahkan sudah melihat seluruhnya!” ucap Seulgi sambil menatap Wonwoo dari atas sampai bawah.

Mata Wonwoo terbuka lebar, “Apa maksudmu?”

Seulgi berdecih, “Kenapa kau terkejut begitu? Kita sering mandi bersama saat kecil dulu.”

Wonwoo balas berdecak, “Itu jelas berbeda!”

“Apa bedanya?” tolak Seulgi, “Aku yakin ‘itu’ juga tidak banyak berubah.” Seulgi mengarahkan matanya ke arah selatan Wonwoo dengan alis yang bergerak naik turun.

Wonwoo mengikuti arah tatapan Seulgi kemudian melempar handuk bekas pakainya ke wajah Seulgi saat menyadari apa yang menjadi perhatian saudara kembarnya itu.

Seulgi tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Wonwoo.

“Kau seperti gadis perawan, Wonwoo-ya.”

“Diam! Kaulah gadis perawannya disini! Atau mungkin tidak?” goda Wonwoo balik.

Seulgi memasang gestur hendak memukul Wonwoo, “Jaga bicaramu, bocah!”

“Kita hanya terpaut empat menit kalau kau lupa.”

“Lagipula kekasihmu itu mesum. Bukan tidak mungkin dia sudah melakukan yang tidak-tidak denganmu!” sindir Wonwoo. Otaknya mau tidak mau memutar ulang adegan pelecehan yang didapatnya di ruang Gardening Club setahun lalu.

Seulgi merengut, “Kami tidak melakukan apapun. Hanya sebatas ciuman dan itu hanya sekali.”

“Benarkah?” tanya Wonwoo acuh sembari membuka buku. Dia tersentak ketika sebuah bantal mengenai belakang kepalanya.

Dia menoleh ke arah Seulgi dengan wajah bengis, “Untuk apa barusan itu?!”

Seulgi balas menatapnya sengit, “Jangan menatap kakakmu seperti itu!”

Wonwoo mencibir.

Seulgi berdecak kesal, “Kau pikir karena siapa kontak fisik kami terhambat?”

“Kenapa bertanya padaku?!” balas Wonwoo.

“Kalau saja kau tidak kekanak-kanakan dengan mengabaikan kami hanya gara-gara ciuman, Mingyu tidak mungkin menolak setiap afeksi yang kuberikan!” sungut Seulgi.

Wonwoo terlonjak.

“Kau tahu?!”

“Tentu saja!”

Kim Brengsek Mingyu sialan!’ umpat Wonwoo dalam hati.

“Kapan si sialan itu memberitahumu?”

“Jangan panggil dia seperti itu. Walau bagaimanapun dia calon saudara iparmu!”

“Tidak sudi!” tolak Wonwoo yang membuatnya mendapat lemparan bantal kedua.

“Dia memberitahuku tahun lalu. Saat persiapan festival.”

Double sialan! Aku ditipu!’ rutuk batin Wonwoo lagi.

“Ck! Jangan libatkan aku dalam hubungan kalian!”

Karena itu sangat menyakitkan bagiku.’ Lanjut batinnya.

“Katakan itu pada Mingyu! Karena dia yang bersikeras sebelum kau memberinya restu, dia tidak akan menyentuhku!”

“Bagus kalau begitu!”

SequoiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon