| I DO, BUT HOW? |

1.5K 132 18
                                    

"Hai"

"Hai, masuklah"

Seorang pria berkulit pucat mempersilahkan tamunya memasuki bangunan yang ia tinggali.

Keduanya mengambil duduk di ruang tengah.

"Apa jalanan macet?" tanya yang lebih tua dari dapur kecil. Ia tampak mengeluarkan soju rasa buah beserta minuman bersoda.

"Tidak, biasa saja."

Yoongi menyerahkan minuman berkarbonasi pada yang lebih muda.

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Ya, begitulah. Membosankan. Aku harus mau menghadapi manusia manusia aneh lainnya. Tidak ada yang menarik"

"Kau yang menarik"

Pipi gembil Wo Sung merona. Jika saja ia lanjut menenggak minuman tersebut, sudah bisa di pastikan ia akan tersedak.

Memalukan.

"A-apa yang kau bicarakan?"

"Aku hanya berkata yang sejujurnya"

Suasana menjadi canggung. Submissive manis itu terlihat salah tingkah dengan tatapan tajam sang dominant yang duduk di seberang.

"Bisakah kau tidak menatapku seperti itu? Aku tidak nyaman"

"Tapi kau begitu nyaman saat aku menyentuhmu. Di pagi itu"

"Kau bahkan menikmati sentuhanku di setiap jengkal tubuhmu" lanjut sang dominant yang kini mengikis jarak di antara keduanya. Yang lebih muda menunduk malu.

Flashback ON

Seorang namja menggeletakkan kepalanya di atas meja bar. Bersinggungan dengan beberapa gelas minuman beralkohol yang berhasil ia tenggak. Hingga telerlah ia saat ini.

Si Bartender sibuk mengedarkan pandang ke penjuru bar. Mencari cari sosok kerabat pria itu, apalagi jika bukan untuk memintanya membawa pulang.

Sayang seribu sayang, hingga bar akan tutup, tak ada seorang pun yang mencari submissive manis tersebut.

"Apa ku harus membawanya pulang?" gumamnya pada diri sendiri.

"Yoon, bukankah dia pelangganmu?" celutuk salah seorang rekan di trngah kebingungan.

"Iya, benar. Dia teler"

"Pakai dia. Ambil semua uangnya. Jackpot, Yoon!" bisik lelaki itu setelah berhasil mendekat.

"Aku bukan manusia brengsek, bodoh!"

"Ccckk! Kau yang bodoh! Melewatkan kesempatan berharga!"

Waiter itu berlalu. Meninggalkan ia dan Wo Sung dan seorang petugas kebersihan.

Kelopak mata sipitnya melirik jam yang terpatri di dinding.

Pukul enam pagi.

Sudah seharusnya ia pulang dan beristirahat. Akan sangat kelewatan jika ia membiarkan pria manis yang tengah tidur itu sendiri di bar kosong dalam posisi duduk.

Tangan pucatnya terulur merogoh kantung coat yang di kenakan. Mencari sebuah identitas dalam isi dompet.

Gotcha!

Sebuah kartu identitas dengan banyak kartu debit bewarna hitam beejejer rapi. Sekitar dua belas buah bila di jabarkan.

Jemarinya menerobos masuk pada celah samping.

Lembaran cash pecahan tertinggi banyak tersimpan disana.

"Dia benar benar kaya" cicitnya.

| B A B Y B O S S | JINVWhere stories live. Discover now