| HI = BYE|

1.1K 117 73
                                    

Tubuh kekar pria tampan itu hampir limbung. Ia terlihat kepayahan menahan raganya supaya tetap terjaga. Sekujurnya bergetar dan menjadi dingin. Pandangan mata pun memburam. Akibat air mata yang terus memaksa keluar dari pelupuknya. Mendadak tenggorokannya sakit. Seakan tersumpal benda kasar hingga membuatnya terluka.

Kejadian yang ia saksikan beberapa saat lalu benar benar meruntuhkan segala pertahanan diri yang selama ini ia bangun.

Dalam hati tak mau berhenti mengoreksi, apa salah diri hingga sang kekasih berani memulai sebuah kebohongan?

Apa yang kurang dari dirinya?

Sebisa mungkin Seokjin mengontrol emosi yang seakan segera meledak.

Tangannya bersandar pada meja dapur dengan mata terpejam. Mencoba mengingat kembali janji yang ia ucapkan saat awal perjanjian itu bermula.

Begitu manis dan tulus.

Namun mengapa kini ia harus marah? Bukankah arti kata mencintai yang sebenarnya adalah menerima kurang dan lebihnya pasangan. Mungkin saja saat ini hubungannya dengan Taehyung sedang di uji, melalui tingkah sang submissive.

Tidakkah lebih baik mendengar penjelasannya lebih dulu ketimbang harus menuduh?

Mungkin saja gendang telinganya telah salah menangkap sebuah kata.

Lalu, bagaimana dengan hasil rekaman yang di tangkap indera penglihatannya?

Mereka hanya berdua.

Tak ada manusia lain di sekitarnya, terkecuali para pelayan.

Kepala Seokjin serasa akan pecah. Dada hingga telinganya telah memerah padam. Menandakan ia sedang berperang dengan dirinya sendiri. Melawan segala ego yang seakan menguasai.

Ia mengambil pisau besar yang tajam dan ia lemparkan pada meja makan.

Jleeb!

Menancap akurat dan akurat pada buah apel. Saking besarnya energi yang ia hempaskan, buah buah yang tertata rapi di sekitar target ikut berhamburan jatuh di atas meja. Bahkan beberapa menggelinding ke atas lantai.

"Bukankah sesempurna apapun manusia pasti tak luput dari kesalaha?"

Lelaki berbahu lebar menarik senyum pada sudut bibir. Seiring air matanya mulai berjatuhan membasahi pipi.

Tubuhnya pun ikut ambruk di atas lantai yang dingin.

Bagai tak bertulang.

Seokjin mulai berteriak.

Sekencang kencangnya.

Meluapkan emosi yang kini menguasai diri.

Ya, ia kalah.

.

Pukul 10.28 malam.

Taehyung memasuki apartmentnya dengan riang. Bahkan bibir tipis itu mendendangkan sebuah lagu yang ceria. Di ikuti dengan jari tengah dan ibu jari yang memetik. Bak irama musik yang begitu asyik.

Ia terkaget kala memasuki ruang tengah. Semua lampu masih menyala demgan terang. Dan lagi, sosok kekasihmya sedang terduduk dalam keheningan. Dengan sorot mata yang tajam juga dingin.

"Sayang, kau belum tidur?"

"Pukul berapa ini?"

"Um~ "

Taehyung mengusap tengkuk sembari melirik arloji yang di kenakan.

"Ah, maafkan aku kalau aku pulang terlambat"

| B A B Y B O S S | JINVWhere stories live. Discover now