9. Belanja (Pertemuan ke 2)

233 20 0
                                    

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

"Nona Lea?"

Suara itu berhasil membuat Lea menoleh ke belakang. Begitu tahu siapa yang memanggilnya, Damn!! Dia menyesal sudah menoleh. Kenapa harus dia? Dari banyaknya orang kenapa harus dia? Dan dari semua tempat di Jakarta, kenapa mereka harus bertemu di sini?

Oh.. Lea melupakan sesuatu, jika pria di depannya ini adalah rekan bisnis Gilang, dan kini ia sedang berada di rooftop perusahaan sepupunya itu. Tapi tepatkah sekarang? Disaat Lea sedang membutuhkan ketenangan.

"Sedang apa anda di sini?" tanya Aaron kembali.

Oh suara itu..! Tidak, ini waktu yang tepat! Buktinya hanya dengan satu pertanyaan yang dilontarkan Aaron, itu sudah berhasil membuat Lea merasakan ketenangan dengan suara beratnya. Terlebih sosok itu tengah berjalan mendekat dan memilih berdiri di samping Lea.

"Anda sendiri?" tanya Lea balik, tanpa ada niat menjawab pertanyaan Aaron.

"Saya ada janji temu dengan Gilang di sini." Jelas Aaron.

Lea mengangkat satu alisnya, "di rooftop?"

Aaron terkekeh pelan mendengar pertanyaan Lea, sementara gadis itu sibuk menikmati suara kekehan Aaron.

"Bukan! tapi di ruang rapat, di lantai 80." jelas Aaron sekali lagi.

"Lalu kenapa anda di sini?" tanya Lea tanpa menatap Aaron, pandangannya kini tengah menatap ke arah matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Itu menandakan jika dia sudah cukup lama di sana.

"Tadinya saya ingin merokok sebentar, tapi perhatian saya teralihkan karena kehadiran anda di sini." Jawab Aaron masih menatap Lea, baginya wajah Lea yang di terpa angin ini begitu menawan.

"Bagus, itu lebih baik dari pada merokok, saya benci asap rokok!" komentar Lea.

"Baiklah, saya gak akan merokok lagi!"

"Kenapa nggak? Kan saya gak pernah melarang anda?" tanya Lea acuh.

"Tapi anda membencinya kan?" tanya Aaron memastikan.

"Jika saya membenci sesuatu apa anda akan ikut membencinya?"

"Untuk saat ini mungkin iya" jawab Aaron pasti.

Sambil menoleh Lea memicingkan matanya, "termasuk jika saya membenci anda, apa anda akan membenci diri anda sendiri?"

Bukannya menjawab, Aaron justru memberi pertanyaan lagi, "apa anda membenci saya?"

Ingin rasanya Lea berteriak dan menjawab "IYA, SAYA BENCI ANDA! KARENA ANDA YANG SUDAH MEMBUAT HIDUP SAHABAT SAYA HANCUR!!" tapi bibirnya justru menjawab dengan mengambang.

"Entahlah, bisa engga, bisa juga belum!"

Lalu Lea kembali memalingkan wajahnya. Entah ini perasaan Aaron saja atau gadis di depannya ini seperti menghindari tatapannya. Lebih tepatnya Lea sedang menahan diri agar tidak terlena pada Aaron, ayah dari anak yang dikandung Jane. Itulah yang ia tanamkan difikirannya sekarang.

"Apa anda punya waktu?" tanya Aaron tiba-tiba.

"Jika ada, anda mau apa?" tanya Lea balik dengan nada malas.

"Mau ikut saya belanja? Saya dengar mood seorang gadis akan membaik jika sedang berbelanja?" ajak Aaron.

Lea melirik Aaron bingung, bagaimana dia bisa tahu mood nya sedang tidak baik sekarang? Apa ekspresi bad mood-nya begitu ketara? Oh bahkan wajahnya selalu terlihat judes.

SCANDAL PROTECTIONWhere stories live. Discover now