17. Orang Tak Diundang

168 16 1
                                    

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Aaron menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, terdengar bunyi gemeletuk dari lehernya. Menandakan jika tubuhnya sudah terlalu lama duduk, dan memandangi laptop. Tapi jari-jarinya tetap bergerak mengetik sesuatu pada laptopnya tanpa menghiraukan tubuhnya sudah mulai pegal. Workaholic-nya ini semakin menjadi-jadi, bahkan di pesawat pun dia juga bekerja.

Sementara itu, pria yang tengah tertidur di sampingnya mulai terbangun. Felix merenggangkan ototnya yang kaku karena tidur sambil duduk. Matanya melirik Aaron yang masih fokus pada laptopnya, masih dengan posisi yang sama sebelum dirinya tidur tadi. Apa bosnya ini sama sekali tidak istirahat?

"Presdir apa anda sama sekali tidak istirahat?" tanya pria itu setelah menyucek matanya.

"Tidak," jawabnya datar.

"Presdir, anda bukan robot yang harus bekerja 24 jam penuh. Tubuh anda butuh istirahat!" omel Felix, mungkin cuma dia yang berani mengomeli Aaron.

Pria itu tersenyum dan menanggapinya dengan santai. "Makasih udah khawatir Felix, tapi saya baik-baik saja"

Pandangannya masih setia pada layar laptopnya, seakan-akan laptopnya ini adalah kekasihnya.

Felix mendengus, "saya fikir tadi Presdir suruh saya istirahat karena anda juga akan istirahat. Saya jadi merasa gak enak!"

"Nggak enak kenapa?"

"Rasanya gak etis, saya sebagai sekretaris malah istirahat sementara anda masih bekerja." Jawab Felix tidak enak, terlebih dia sedang berada di pesawat pribadi milik bosnya. Sungguh, dia seperti bawahan yang tidak tahu diri karena enak-enak tidur, sedangkan Aaron masih bergulat dengan pekerjaannya.

"Nggak perlu sungkan, toh saya yang nyuruh istirahat," jawab Aaron.

Pria beristri itu merasakan sebuah kejanggalan dari sikap Aaron belakangan ini. Atasannya ini terlihat lebih giat bekerja. Dia tahu kalau Aaron ini sudah bukan giat kerja lagi, tapi Gila Kerja! Tapi kegilaannya dalam bekerja ini semakin menjadi-jadi begitu ia menerima tawaran makan malam dari rekan bisnisnya, Jonathan Baskara.

Dengan pandangan menyelidik, Felix mencondongkan tubuhnya pada Aaron. "Apa Presdir melakukan ini biar bisa hadir di acara makan malam pak Jonathan?"

Aaron meliriknya sekilas, namun sudah berhasil membuat Felix tersenyum puas.

"Tebakan saya benar," ujarnya sambil menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Saya belum bilang apa-apa!"

"Tapi mata Presdir menjawab semuanya," jawab Felix santai.

Aaron kalah, dia memang tidak akan bisa menutupi sesuatu dari sekretarisnya ini. Felix sudah bekerja dengannya saat pertama kali ia menjabat sebagai CEO Asta Group. Selama itu pula Felix jadi hafal kapan waktunya ia bisa santai bicara dengan Aaron, dan kapan waktunya ia patuh dan hormat pada bosnya ini.

"Kau sekretaris apa peramal ha?" tanya Aaron meledek.

"Berarti memang benar kan?" balas Felix menelisik.

SCANDAL PROTECTIONWhere stories live. Discover now