- XII -

49 13 84
                                    

Pemuda berbulu halus di dagu seketika menghentikan aksi larinya tepat di bibir hutan. Entah kenapa langkah Gav membawanya ke sana. Kini rahangnya lagi-lagi mengeras dengan pejaman mata singkat, mencoba untuk tidak memedulikan sakit yang mendera. Namun, Gav tetap saja kalah. Ia berakhir teriak seraya mengacak rambut frustrasi.

Sakit bak dihujani paku, ditambah gejolak aneh di perut seakan-akan tengah terjadi demo di dalam sana, serta gatal pada tubuh yang amat hebat, juga rasa perih seperti sesuatu sedang menyayat kulitnya, pun dengan pusing luar biasa seolah batu besar baru saja menghantam, semua itu membuat Gav ambruk begitu saja. Kedua kalinya ia menjerit sembari memukuli dirinya sendiri. Untung saja malam itu keadaan sedang sepi, karena memang hutan tersebut berada lumayan jauh dari rumah penduduk di sana.

Embusan napas berat terus lolos dari bangirnya. Sangat jelas tercetak di wajah Gav, ia begitu kelelahan. "Ada apa denganku?" tanyanya lirih.

Seketika rasa mual menyerang ulu hati pria itu. Tubuhnya menggelinjang disertasi tatapan menyorot tajam. Pun dengan jari-jarinya yang menekuk keras seolah siap mencakar. Erangan menahan sakit terus saja terdengar saat kulit Gav sedikit demi sedikit mengelupas dengan sendirinya. Begitupun wajah tampan pria itu, mata biru sapirnya perlahan menyusut dan berakhir sirna. Tergantikan dengan sebuah mulut besar nan lebar yang hampir memenuhi wajahnya. Deretan gigi yang dipenuhi taring pun menjadi pelengkap pada mulut yang seolah siap mencabik mangsa.

 Deretan gigi yang dipenuhi taring pun menjadi pelengkap pada mulut yang seolah siap mencabik mangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐚🐚🐚

Negeri Vascaria, Klan Bawah Tanah.
Unknown date and time.

Pria berperawakkan tinggi kini tengah sibuk membereskan batu bara hasil dari kerja kerasnya beberapa jam lalu. Pemuda mantan Earl itu menghabiskan waktu di setiap harinya dengan bergulat bersama benda tersebut, berharap sesuatu bisa ia ciptakan dari sana. Karena tidak mungkin dirinya bisa kembali bekerja menjadi seorang menteri kerajaan. Semuanya sudah pupus dan ia tidak akan mengaharapkan itu lagi.

Sebuah tepukan di pundak membuat Grow menghentikan aktivitas. Ia menoleh dan mendapati sang teman tengah berdiri di belakangnya.

"Xio?"

Sontak Grow berdiri seraya memberi hormat pada temannya yang merupakan seorang Baronet kerajaan. Dulu saat Grow masih menjadi Earl, mereka selalu menghabiskan waktu dengan saling memberi pelajaran tentang banyak hal. Akan tetapi, sekarang semuanya sudah berbeda. Posisi Grow jauh lebih rendah, sehingga ia memberi hormat walaupun diiringi kecanggungan. Ia tidak menyangka Xio akan mengunjunginya.

"Apa aku mengganggu?" tanya Xio tersenyum simpul.

"Ah, tidak. Ayo, masuk." Grow memepersilakan tamunya untuk memasuki gua. Batu bara yang tadi ia bereskan di luar tampak belum sepenuhnya rapi. Kehadiran sang teman lebih penting. "Sudah lama tidak berjumpa. Apa kabar denganmu, Xio? Bagaimana pekerjaanmu? Kau datang kemari bukan karena dipecat sepertiku, bukan?" Grow terkekeh di akhir kalimatnya.

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang