- XXIV -

4 1 0
                                    

Atensi wanita bermata sipit teralihkan kala dering telepon di mejanya berbunyi. Tanpa ragu ia mengangkatnya sembari masih sibuk membuka lembaran dari berkas-berkas di hadapan.

"Halo?"

"Ternyata kau belum puas dengan permulaan kami."

Editor Chang sontak menghentikan aksinya. "Siapa ini? Apa maksudmu?"

"Apa aku harus benar-benar menghancurkan kantormu?"

Lagi-lagi Editor terkejut. "Oh, jadi kau yang sudah berani membuat kekacauan di kantorku?"

Kekehan hambar terdengar merambat rungu Editor dari seberang telepon.

"Akan ada kekacauan berikutnya jika sampai tiga hari ke depan berita itu masih tersebar."

"Apa kau gila? Kau ber—"

Tuttt ....

Panggilan tersebut tiba-tiba putus secara sepihak. Editor Chang mulai meracau, pikirannya sungguh buntu. Bahkan mereka kini sudah berani mengancam melalui telepon perusahaan.

Tanpa pikir panjang Editor langsung memanggil Vey menuju ruangannya. Gadis itu harus segera mengetahui hal ini agar tetap waspada.

"Apa?" Kedua netra gadis bermanik cokelat membelalak hebat.

Keterkejutan kembali dirasakan oleh Vey yang baru saja mendengar penjelasan Editor Chang.

"Kurasa kita benar-benar akan mati sekarang."

"Editor jangan bilang begitu. Aku yakin pasti ada cara untuk kita terlepas dari semua ini."

Editor mengepalkan tangan lalu memukul meja cukup keras. Emosinya sungguh tidak bisa ditahan. "Cara apa lagi, Vey? Kita sudah terkurung di antara kedua perusahaan sialan itu! Jika kita memihak salah satunya, maka pihak lain akan bertindak jauh lebih kejam. Jika kita mengabaikan dua-duanya, maka kita akan diserang dari dua sisi dengan lebih parah. Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Vey mencoba berpikir keras. "Perusahaan North Cordero tetap kukuh agar kita menghapus berita pertambangan ilegalnya. Pasti mereka ingin tetap aman tanpa terganggu oleh pihak luar termasuk media, yang bisa saja tembus ke kepolisian. Maka dari itu, kita harus mencari tahu siapa pemilik North Cordero dan bertemu dengannya."

"Maksudmu?"

"Maksudku kita harus menjelaskan semuanya pada bos mereka. Bahwa kita sudah berusaha untuk menghapus beritanya tapi tetap tidak bisa, karena akun kita sudah diretas. Entah bos mereka mau percaya atau tidak, tapi di situ juga kita harus bernegosiasi. Bahkan jika perlu, aku akan menunjukkan penghapusan berita itu di depan matanya sendiri agar dia percaya." Vey terlihat begitu yakin dengan kata-katanya.

Editor Chang bergeming. "Apakah itu tidak terlalu berbahaya? Secara yang kita temui adalah pemimpin mereka."

"Kita harus mengambil risiko. Karena aku yakin jika kita bernegosiasi dengan anak buahnya itu akan sia-sia. Akan lebih bagus lagi jika pemimpin mereka mempercayai kita. Aku yakin dia akan langsung menyerang pihak yang sudah meretas website kita karena telah menghalangi jalan North Cordero untuk menghapus beritanya. Dengan begitu, dua perusahaan itu akan turun tangan dengan sendirinya dan berhubungan secara langsung dengan musuh mereka yang sebenarnya. Pada akhirnya kita akan terlepas sebagai perantara yang menjadi korban masalah ini."

Editor Chang tertawa hambar mendengar semua ide konyol tersebut. "Apa kau sungguh berpikir semudah itu?"

Helaan napas berat lolos dari hidung Vey. "Itulah yang kuharapkan, Editor."

"Ya, semua akan berjalan sesuai harapanmu jika mereka mempercayai kita. Tapi bagaimana jika mereka tidak percaya?"

Vey menggigit bibir bawahnya, ia tidak bisa berpikir lagi. "Menurutku kita pikirkan kemungkinan buruk itu nanti saja. Hal tersebut hanya akan menghambat pergerakan kita. Lebih baik kita yakin dan percaya pada tujuan kita. Jadi, pikirkanlah hal-hal positif dulu. Urusan mereka percaya atau tidak itu belakangan," gumam Vey ragu-ragu mengatakan isi hatinya.

Editor Chang tersenyum. "Kau memang pemberani. Ya sudah, mulai sekarang kita cari tahu siapa pemilik North Cordero. Aku akan menyuruh beberapa staff keamaan baru untuk ikut bergabung menyelidikinya."

"Staff keamanan baru? Apa mereka sudah mulai bekerja?" tanya Vey.

"Aku berniat menghubungi mereka hari ini dan besok adalah hari pertama mereka."

"Tapi aku belum selesai mengecek data salah satu anggota yang menurutku ada yang tidak beres."

"Maksudmu pria bernama Gav? Liam sudah memberitahuku, hanya terdapat alamat sebagai latar belakangnya. Tapi itu tidak masalah, mungkin privasinya sangat ketat sehingga kita tidak bisa menembusnya. Yang penting mereka mau bekerja di sini, dan lihat saja kinerja mereka terlebih dahulu."

Vey mengangguk paham, padahal jauh di dalam hatinya ia begitu penasaran dengan latar belakang kehidupan pemuda itu. Entah apa sebabnya, yang jelas rasa keingintahuan di dalam diri Vey seakan-akan meronta ingin menguak lebih dalam tentang Gav.

"Ya sudah kalau begitu, aku permisi dulu, Editor," pamit Vey.

Setelah Vey melenggang, kekhawatiran Editor belum juga surut. Ia masih memikirkan ancaman dari telepon tadi. Editor Chang tidak mungkin memberi tahu Vey bahwa waktu mereka tidak banyak. Tiga hari bukan waktu yang cukup untuk menemukan siapa pemimpin North Cordero.

🐚🐚🐚

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi sosok pemuda yang ditunggu-tunggu Xio dan Mitc belum juga datang. Mereka berdua bahkan sudah mencari Gav sampai jam sepuluh tadi, tetapi hasilnya nihil. Jejaknya sama sekali tak terlihat.

"Mitc, apa Gav akan baik-baik saja?" tanya Xio kian gelisah.

"Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika Gav kenapa-napa." Kucing itu terus bersimpuh di sofa beludru dengan raut sedihnya. "Kau tidak akan membuang surat itu, bukan?" lanjut Mitc.

Xio melirik sebuah amplop yang ia dapat dari kurir pengantar surat. Ternyata amplop tersebut berisikan surat panggilan kerja untuk Gav. Perusahaan Press Guild memilih cara kuno untuk menyampaikannya, karena tidak ada kontak apa pun yang bisa mereka dihubungi.

Namun, Xio malah meremas surat itu dengan sekuat tenaga. "Kau bilang Vey juga bekerja di sana. Maka dari itu, aku jelas akan melarang Gav. Aku tidak akan membiarkan Gav berdekatan dengan gadis itu!"

"Racun harus dilawan dengan racun, Xio."

"Tapi ini hal berbeda, Mitc. Kutukan itu tidak akan hilang hanya dengan terus melawan penyebabnya. Dia hanya bisa lenyap dengan cara ...."

"Dengan cara apa?" Raut kucing itu mulai serius. "Apa kau tahu sesuatu mengenai kutukan itu?"

Belum sempat Xio menjawab, erangan seseorang dari luar seketika mengejutkan mereka. Keduanya segera berlari dan ternyata salah satu pemuda keturunan Ras Zygal tengah terbaring tak berdaya di teras.

"Astaga! Gav! Kau tidak apa-apa?" Xio mulai panik. Ia merangkul Gav dan membawanya masuk.

Keadaan pemuda itu sungguh kacau. Pakaiannya dipenuhi darah kering dengan kulit lembab yang menjijikan. Xio begitu terpukul melihat sahabatnya seperti sekarang.

"Sshh ... Xio."

"Diam, Gav. Kau masih lemas. Aku akan membersihkan tubuhmu dulu, setelah itu kau bisa istirahat," cakapnya.

Tanpa mereka sadari, tetesan air bening seketika luruh dari kedua mata bulat nan kecil di sudut ruangan. Ya, Mitc menangis melihat Gav selalu menderita.

"Andai aku bisa merawat dan menjagamu, Gav," batin kucing itu.

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang