- XXI -

8 1 0
                                    

Pintu rumah minimalis bernuansa putih seketika terbuka. Langkahnya yang tak bersuara terus memasuki rumah di tepi danau itu dengan seenaknya. Kedua netra orang itu bergulir mengamati setiap inci rumah tersebut, hingga pandangannya menyapu pintu kamar yang terbuka dan seketika matanya terkunci pada sosok aneh di atas kasur.

Ia mulai mendekati ranjang dengan sunggingan miring di bibir. Sang tuan rumah sama sekali tidak terusik dengan kedatangan seseorang yang seperti maling.

Akar-akar serabut yang keluar dari setiap inci tubuh pria berkulit hitam di atas kasur itu sedikit bergerak, seolah ia menyadari bahwa dirinya kini tengah diperhatikan. Matanya mengerjap dan sontak terbelalak. Akar serabut yang memenuhi tubuhnya seketika menyusut memasuki kulit hitam pekat pemuda itu. Secara bersamaan warna kulitnya pun berangsur hilang berubah menjadi warna kulit sawo matang.

"Xio?" kejut Gav seraya berdiri tak percaya. "Apa benar ini kau?"

Xio terkekeh, lalu tanpa permisi memeluk sahabatnya begitu saja. "Bagaimana kabarmu Gav?"

Gav tak menjawab, ia masih sangat bingung. "Apa aku sedang bermimpi?"

"Tidak, Gav. Ini memang aku, Xio, sahabatmu."

"Lalu kenapa kau bisa ada di sini? Bagaimana caranya?"

"Kau lupa? Aku ini seorang Baronet kerajaan. Datang ke permukaan adalah salah satu tugasku, dan caranya itu rahasia," jelas Xio sedikit tertawa.

Gav malah tertawa keras seraya duduk di tepi ranjang. "Astaga, benar juga. Kenapa aku melupakan itu? Mitc bilang ini bahkan tempat tinggalmu saat berada di Permukaan."

"Ya, di mana dia sekarang?"

Kedua pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan satu hewan yang merupakan temannya.

"Entahlah, biasanya jam segini dia mengganguku saat tidur agar aku terbangun. Ah sudahlah, kucing itu sepertinya sedang jalan-jalan," imbuh Gav, "omong-omong, kau ada urusan apa kemari?"

"Seperti biasa, aku sedang melaksanakan tugas kerajaan untuk menganalisis hal dari permukaan." Gav hanya mengangguk, lalu kembali mendengarkan gumaman Xio. "Hm, kurasa tidak ada perubahan dengan rumah ini, padahal sudah cukup lama aku tidak kemari," lanjutnya sembari mengamati sekeliling.

"Harusnya dari dulu kau tinggal di sini saja Xio. Tempat ini sungguh jauh lebih baik dari pada Klan Bawah Tanah."

Xio menepuk pundak Gab dengan terkekeh. "Andai aku bisa, aku pasti sudah melakukannya. Tapi di Klan Bawah Tanah aku juga dibutuhkan."

"Ck, kau mulai menyombongkan diri lagi." Gav tertawa kecil.

Xio berdeham dan sedikit melirik Gav dengan ragu. "Omong-omong, bagaimana keadaanmu?"

"Ya, seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja."

"Tidak, maksudku ... bagaimana dengan kutukanmu?" tanya Xio sedikit canggung.

Gav bergeming sejenak, ia enggan membahas masalah itu. "Kutukan dari Raja Kazh sungguh .... Ah, aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Semua itu terlalu rumit."

Xio mendelik, lalu meneguk saliva dengan gugup. "Apa mungkin ... kau sudah menemukan orang yang mampu membangkitkan kutukan itu?"

Gav menautkan kedua alisnya. "Orang yang membangkitkan kutukan? Maksudmu?"

Xio gelapagan, ia membuang muka berusaha menghindar dari pembicaraan tersebut.

"Hei, apa kau tahu sesuatu tentang kutukanku?" tanya Gav lagi.

Xio terdiam cukup lama, ia berkompromi dengan pikiran perihal kutukan yang tak sengaja ia dengar dari perbincangan Raja Kazh dan Slakarz. Pemuda itu bingung harus mengatakan semuanya pada Gav atau tidak. Ia takut kalau informasi yang ia dapat tidak akurat.

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang