- XXVIII -

2 0 0
                                    

"Vey, bisa kita berhenti dulu? Ini sudah waktunya makan siang. Perutku sudah lapar." Liam mengerang lemas di sela-sela aksi menyetir mobilnya.

Gadis di sampingnya melirik arloji yang memang sudah menunjukan pukul sebelas siang. Matanya kemudian menatap Maps pada layar kecil di bagian depan mobil, layar tersebut menunjukan bahwa beberapa menit lagi mereka akan sampai di tempat tujuan.

"Sebentar lagi, Li. Mohon sabar, ya."

Setelah tikungan terakhir di persimpangan yang cukup ramai, beberapa gedung yang lumayan tinggi beserta anak-anak gedungnya menyambut mereka. Tak lupa dengan beberapa hotel yang terpampang di sekitar sana.

Mobil Liam seketika berhenti di sebuah cafe yang kini ramai dengan para pegawai dari perusahaan sekitar, karena waktu makan siang yang sedang berlangsung.

"Benar ini tempatnya?" tanya Liam memastikan.

"Kurasa benar. Tulisan di depan cafe juga sama dengan nama cafe yang kita cari, X'rez Cafe," sahut Vey seraya melepas seatbelt.

Keduanya lantas turun dari mobil, mengamati sekeliling dengan waspada. Mereka takut akan bertemu salah satu dari dua perusahaan yang membuat onar pada kantornya.

"Ayo, masuk. Kita tanya-tanya pada orang di dalam saja," ucap Vey, lalu bergegas.

Vey dan Liam menyunggingkan senyuman ramah pada orang-orang yang dilewatinya. Cafe tersebut tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu kecil. Namun, ruangan itu tampaknya cukup untuk menampung beberapa karyawan perusahaan yang sedang beristirahat.

Mereka kini sampai di ujung ruangan dengan meja panjang yang dihiasi lampu gantung. Tak lupa lembaran menu makanan dan minuman yang bertengger di atas meja tersebut.

Seorang pelayan yang berdiri di sana pun tersenyum manis seraya berkata, "Mau pesan apa?"

"Sorry, kita mau tanya. Ap—"

"Vey, itu bukannya Trevor?" Ucapan Liam berhasil menghentikan gerak bibir gadis di sampingnya.

Vey pun mengikuti arah pandang Liam, ternyata benar itu adalah Trevor. Sosok jangkung putih tersebut baru saja memasuki cafe bersama asistennya, mereka tampak sedang mencari tempat duduk. Namun, sepertinya urung kala kedua netra pria itu menangkap kehadiran Vey di sana. Sudut bibir Trevor tertarik sempurna pada gadis yang hanya berjarak beberapa meter darinya.

Vey hanya tersenyum simpul, tetapi kini bahkan ia mematung. Bagaimana tidak, seorang Trevor alias sang idola kini melangkahkan kaki mendekatinya. Perasaan senang, bingung, gugup, kini bercampur aduk di dalam hati Vey.

"Hai," sapa pria itu.

Vey malah kikuk. "H-hai."

"Kalian sedang ada urusan apa sampai jauh-jauh ke sini?" Dengan entengnya Trevor bertanya demikian.

Vey dan Liam malah saling memandang untuk sesaat, yang kemudian disadarkan oleh dehaman Trevor.

"Oh, astaga, maaf. Kalian pasti sedang meliput sebuah berita atau pun sedang ada wawancara di sekitar sini, ya?" Trevor menebak untuk menghindari kesalahan atas pertanyaan sebelumnya.

"Iya, kita ada pekerjaan di sini," jawab Vey seadanya.

Bunyi cacing di perut Liam tiba-tiba memecah suasana menjadi semakin canggung, membuat Vey merasa malu di hadapan Trevor.

Liam menggaruk tengkuk dengan cengiran kuda. "Maaf," celetuknya.

Trevor malah terkekeh, lalu melirik arlojinya sebentar. "Ini masih jam makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang bersama di sini terlebih dulu. Saya tahu betul daerah sini, dan ini adalah salah satu cafe yang menu makanannya enak-enak."

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang