- XXVI -

5 0 0
                                    

Tiga pemuda dengan badan kekar terlihat sedang berdiri tegap di hadapan seorang wanita sipit yang merupakan sang editor perusahaan Press Guild.

Ketiganya begitu gugup di tengah-tengah proses interview kerja tersebut. Apalagi lelaki yang mengenakan kaos berwarna abu-abu, dia berpenampilan seadanya seolah tidak sedang melamar pekerjaan.

"Tadi kau bilang namamu Gav?" tanya Editor Chang.

"Iya."

"Kenapa kau berpakaian seperti itu?"

Gav malah memerhatikan penampilannya, lalu melihat dua pria di sampingnya seolah membandingkan. "Apakah ada yang salah dengan pakaianku?"

Editor dan dua pria di sana terkekeh mendengar jawaban Gav.

"Apa kau tidak tahu aturan berpakaian saat melakukan interview kerja? Atau kau belum pernah melamar pekerjaan sekali pun?" Editor mendelik.

Gav begeming, otaknya baru menyadari kalau sekarang dia berada di Klan Permukaan. Jelas semuanya pasti akan berbeda, termasuk saat wawancara kerja. Gav sungguh melupakan hal itu.

"Maaf, aku tadi buru-buru sehingga tidak sempat memperhatikan pakaianku," elak Gav mencari alasan.

"Jangan diulangi lagi. Ya sudah kita lanjutkan. Saya Chang Jihye, selaku Editor dan CEO di kantor ini. Tapi saya lebih akrab dipanggil Editor. Saya memang bukan berasal dari Amerika Serikat, melainkan dari China. Walau begitu, bukan berarti saya lebih memihak patner kerja dari negara saya. Saya tetap loyal bekerja di mana pun itu. Maka dari itu dari mana pun asal kalian, kalian harus tetap bersungguh-sungguh bekerja di sini."

Gav mengernyit, kalimat terakhir dari Editor seolah menyinggung dirinya.

Apakah Editor mengetahui tentang asal-usulku?

"Maaf, Editor. Berarti apakah kita sudah diterima untuk bekerja di sini?" tanya salah satu kandidat yang tak lain ialah sepupu Liam.

"Dilihat dari uji coba bela diri kalian tadi, semuanya lolos. Karena maksud dan tujuan kalian ke sini adalah untuk menjadi Staff Keamaan atau bodyguard kantor," jawab Editor.

Ketiga pria itu tersenyum senang, usaha mereka tidak sia-sia. Walaupun ketiganya bisa masuk ke kantor itu melalui orang dalam, tetap saja mereka bangga karena bisa menggunakan bakatnya di sana.

"Tugas kalian adalah menjaga kantor tetap aman. Termasuk menjaga para karyawan agar jauh dari hal-hal yang berbahaya. Mulai sekarang akan ada sistim kerja baru, yaitu Staff Keamanan akan dibagi untuk mengikuti beberapa reporter atau pun saya jika sedang bertugas di lapangan."

Ketiga pria di depan Editor malah saling berbisik mendengar penjelasan tersebut. Editor terkekeh mendengar bisikan mereka yang nyatanya masih mampu terdengar.

"Kalian benar. Keadaan kantor Press Guild memang sedang tidak aman. Maka dari itu kami membutuhkan kalian. Kalian bisa bekerja mulai dari sekarang."

Kini semuanya bubar, tinggal Editor Chang yang tersisa di ruangannya. Namun, ia melihat Gav dari balik jendela, pemuda tersebut tampak sedang mencari seseorang.

"Kau mencari Vey?" tanya Editor setelah menghampirinya.

Gav malah tersenyum, lalu membungkuk. "Iya, Editor."

"Vey tidak ada di sini, dia sedang bertugas di lapangan."

Kedua bola mata Gav membola. "Apakah dia akan baik-baik saja? Apa ada Staff Keamanan yang ikut dengannya?"

Editor Chang malah tertawa mendengar pertanyaan Gav yang menyerbu dirinya. "Kau tenang saja, dia tidak sendirian. Dia bersama mitra kerjanya."

"Mitra kerja? Bukan Staff Keamanan?"

"Ya, karena tadi pagi sebelum kalian datang, staff keamanan kami masih kurang. Jadi tidak ada bodyguard yang ikut dengannya," papar Editor lagi.

Wajah cemas Gav langsung tercetak jelas. "Aku harus mencarinya, aku akan jadi bodyguard yang mengikutinya."

"Eh, tunggu!" cegat Editor saat melihat Gav yang hendak berlari. "Kau tidak bisa bertugas dengan pakaian seperti itu, Gav. Lihat mereka. "Editor menunjuk beberapa Staff Keamaan yang berdiri tegak di depan kantor. "Gunakan pakaian seperti itu, agar kalian lebih disegani."

Gav mengernyit, pakaian para bodyguard kantor yang berjas hitam dengan dasi yang menempel di kameja putihnya memang sangat bertolak belakang dengan baju kaos abu-abu yang dikenakannya.

"Baiklah, aku pulang dulu untuk mengganti pakaianku."

"Sekarang?" Editor memastikan ucapan pemuda itu.

Gav mengangguk, lalu melenggang begitu saja tanpa permisi.

Editor lagi-lagi dibuat aneh dengan kelakuannya. "Apakah ini pengalaman pertamanya dalam bekerja?" monolog Editor. Dia tidak memikirkannya lebih lanjut, Editor akan memaklumi itu karena ini masih hari pertama mereka bekerja.

🐚🐚🐚

"Maaf, Liam. Kau pasti sudah menunggu lama," ucap seorang gadis yang baru saja memasuki mobil pemuda itu.

"Tidak masalah. Memangnya kau habis dari mana sampai aku tidak boleh menjemputmu dan malah harus menunggu di persimpangan jalan ini?"

Vey menghela napas sembari menyandarkan bokongnya dengan lemas. "Aku habis pergi ke perusahaan Trevor untuk menemuinya dan melakukan wawancara. Karena aku baru ingat bahwa hari ini adalah deadline yang ditentukan Editor untuk wawancaranya, tapi dia malah tidak ada di sana."

Mata Liam membulat. "Astaga! Aku juga lupa kalau kita masih ada tugas untuk mewawancarai Trevor. Maaf, Vey, seharusnya aku selaku mitra kerjamu bisa mengingatkan itu."

"Tidak masalah, kita masih punya waktu sampai malam nanti."

"Lalu apa rencanamu untuk penyeledikan tentang pemilik North Cordero?" tanya pemuda itu penasaran.

Vey bergeming sejenak, ia masih berpikir langkah apa yang akan ia ambil. "Aku juga tidak tahu harus mulai dari mana, tapi aku sedikit menemukan pencerahan setelah mengamati hasil wawancara yang kita lakukan waktu itu dengan salah satu kaki tangan North Cordero."

Liam mengernyit. "Seingatku isi wawancara itu kebanyakan hanya alasan-alasan penyebab pertambangan ilegalnya ditutup. Lagipula, penjelasannya tidak begitu rinci, karena dia tampak terburu-buru saat kita mewawancarainya"

"Ya bisa dibilang ini informasi kecil. Dari sana aku hanya menangkap kalau sepertinya orang itu berusaha agar North Cordero dianggap buruk di mata media atau pun publik dengan mengatakan perusahaan cadangan yang berada di bagian Timur. Awalnya aku tidak mengingat itu, tapi untung saja aku menonton ulang rekaman tersebut."

"Tunggu, bukannya katamu orang itu bukan dari pihak North Cordero? Kau bilang dia pengkhianat yang merupakan mata-mata dari musuhnya. Jadi, untuk apa kau mempercayai penjelasannya?" Liam masih bingung.

Vey menanggapi, "justru itu, rata-rata informasi yang berasal dari lawan jauh lebih akurat. Jadi, aku memilih untuk mencari tahu perusahaan cadangan di bagian Timur tersebut. Tapi sebelum itu, kita harus pergi ke lahan pertambangan terlebih dahulu, siapa tahu kita bisa menemukan sedikit tambahan informasi dari sana untuk memantapkan pergerakan selanjutnya ke bagian Timur."

"Lahan pertambangan yang waktu itu kita wawancara di sana?" Pertanyaan Liam diangguki dengan cepat oleh Vey. "Hm, rasanya aku ingin berhenti saja dari pekerjaan ini! Andai dulu kita tidak memaksakan untuk meliput berita itu, pasti sekarang kita tidak akan mengalami hal ini. Aku sungguh menyesal!" seru Liam memelas.

"Sudahlah, kita harus semangat demi keselamatan semua orang di kantor. Ayo, jalan! Hari semakin siang."

"Ck, baiklah." Liam pun mulai menancapkan gas dengan kecepatan sedang. Hari-hari mereka semakin buruk karena masalah tersebut.

EVIGHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang