CHAPTER 4

1.2K 107 100
                                    

CYNICAL SMILE

"Terkadang orang pendiam tampak lebih menakutkan ketika marah daripada orang yang banyak bicara."

✿✿✿

Risa berada di ruangan sepetak. Ruang itu berada di sebelah kantor guru. Dari papan nama ruangan yang terletak di depan bertuliskan 'Ruang Konseling'. Ia telah memenuhi perintah Ester untuk menemuinya usai sepulang sekolah.

Risa melirik benda bulat yang melingkari pergelangan tangannya. Sudah lima menit ia menunggu di ruangan ini seorang diri. Ester belum juga menunjukkan batang hidungnya. Barangkali ia masih sibuk dengan kegiatan lain.

"Lama banget sih Bu Ester. Kalo tau bakal kek gini mending gue pulang aja dari tadi," keluhnya menghentakkan tangan di atas meja. Menimbulkan bunyi nyaring di seisi ruang.

Dari arah belakang Risa mendengar derap langkah. Tanpa perlu menoleh pun ia bisa menebak empu pemilik derap. Seorang wanita memasuki ruangan lalu duduk di tempat kerjanya, berhadapan dengan Risa.

Ia mengambil sebuah buku hitam yang terletak di atas meja. Ia menggilir halaman buku sampai menemukan halaman kosong untuk ia menulis nanti. "Baru sudah kemarin Ibu tulis nama kau di sini. Hari ini kau bikin ulah lagi. Lama-lama buku ini habis karena nama kau semua."

"Ya... mau gimana lagi, Bu," jawab Risa santai.

"Apa motivasi kau masuk ke toilet cowok? Kau mau belajar kencing berdiri?"

"Yakali, Bu. Risa masih normal."

"Terus alasan kau masuk ke sana itu apa?"

"Salah masuk aja kok, Bu."

"Salah masuk gimana? Sudah jelas tulisannya 'Toilet Siswa' di depan."

"Salah baca."

Ester menghela napas panjang. Berbicara lama-lama dengan Risa membuatnya semakin naik darah. Siswi itu terus menjawab asal, tak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ester memijit kepalanya karena merasa pusing. Berurusan dengan Risa hanya menghabiskan energinya saja. Terbuang percuma.

"Sudah, pulang sana kau. Nanti kau dicari mamak kau."

Risa berdiri lalu menyalami tangan Ester untuk berpamitan. "Risa pulang, Bu," pungkasnya berjalan keluar.

Sepuluh menit berlalu usai bel pulang bereksistensi. Risa masih menemukan segelintir siswa yang menetap di sekolah. Barangkali masih ada kegiatan tambahan atau kepentingan pribadi.

Muncul dering notifikasi telepon dari seseorang. Risa menyeluk saku kemeja dan mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar. Ia menatap layar ponsel itu dan membaca nama pemanggil. Tristan. Tumben dia nelpon jam segini.

Kening Risa mengernyit. Tak biasanya cowok itu menelepon di waktu siang. Ia akan menghubungi Risa menjelang waktu malam. Tak lain unik mengajaknya clubbing. Tak menunggu lama Risa menggulir layar ke atas untuk menerima panggilan.

"Kenapa?"

"Lo udah pulang?"

"Belum. Gue masih di sekolah."

"Mau pulang bareng gue?"

"Emangnya lo dimana?"

"Di depan lo."

Risa yang baru saja keluar dari gerbang sekolah terdiam di tempat setelah sebuah motor berhenti tepat di hadapannya. Pengendara itu membuka helm full face menunjukkan wajah yang tak asing lagi dalam ingatan Risa.

She's Dating a Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang